sesungguhnya maksud dari peristilahan tersebut adalah sama, yaitu orang yang bekerja pada orang lain dan mendapatkan imbalan atas pekerjaannya tersebut.
23
Menurut Abdul Khakim, pengertian yang dirumuskan dalam UUK tersebut belum jelas menunjukkan status hubungan kerjanya. Selanjutnya, dalam
Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dinyatakan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pasal 1 ayat 1 UUK merumuskan Tenaga kerja sebagai setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang danatau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
24
Menurut Payman Simanjuntak, tenaga kerja manpower adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang
melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah, dan mengurus rumah tangga. Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurutnya ditentukan oleh
umurnya.
25
2. Pengertian TKA
TKA dalam pasal 1 ayat 13 diartikan sebagai warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. Landasan hukum
penempatan TKA di Indonesia diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Bab VIII Pasal 42 sampai dengan Pasal 49 yang mencabut
23
Darwan Prinst, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, halaman 20.
24
Abdul Khakim, Opcit, halaman 2.
25
Agusmidah buku 1, Opcit. halaman 5.
Universitas Sumatera Utara
ketentutan UU No. 3 Tahun 1998 Tentang Penempatan TKA di Indonesia. Dengan kata lain UUK ini menjadi acuan dasar dalam hal penempatan TKA di
Indonesia pada saat ini ditambah lagi dengan berbagai peraturan pelaksananya.
3. Hubungan Kerja
a. Perjanjian Kerja Dalam bahasa belanda perjanjian kerja disebut Arbeidsoverenkoms.
Menurut pasal 1601 KUH Perdata, perjanjian kerja adalah: “Persetujuan dengan mana pihak yang satu, si buruh mengikatkan dirinya
untuk dibawah perintahnya pihak yang lain, si majikan, untuk suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah
”. Berdasarkan rumusan yang dikemukakan dalam pasal 1601 KUH Perdata
tersebut, dapat disimpulkan bahwa perjanjian kerja adalah:
26
1 Perjanjian antara seorang pekerja buruh dengan majikan untuk melakukan suatu pekerjaan yang disepakati bersama. Jadi si pekerja
sendiri yang harus melakukan pekerjaan tersebut, dan tidak dapat dialihkan kepada orang lain.
2 Dalam melakukan pekerjaan itu pekerja harus tunduk dan patuh kepada pengusahapemberi kerja. Jadi antara keduanya ada hubungan antara yang
diperintah dan yang memerintah. 3 Sebagai imbalan atas pekerjaan yang dilakukan, pekerja berhak atas upah
yang dibayarkan pengusahapemberi kerja kepada pekerjaburuh yang melakukan pekerjaan.
26
Sendjun H. Manulang, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Rineka Cipta, 1995, Halaman 64.
Universitas Sumatera Utara
b. Unsur-unsur dalam Perjanjian Kerja Berpedoman pada rumusan pasal 1601 KUH Perdata yang dikemukakan
diatas, maka dapat disimpulkan beberapa unsur yang terdapat dalam perjanjian kerja
27
1 Ada Pekerjaan; , yaitu:
Secara umum undang-undang tidak mengatur secara detai mengenai pengertian pekerjaan, namun pada pokoknya yang dimaksud dengan pekerjaan
adalah segala perbuatan yang harus dilakukan oleh pekerja yang menyangkut kepentingan majikansesuai dengan isi perjanjian. Hal ini merupakan pokok dari
klausula buruh mengikatkan diri kepada majikan.
28
Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi karena bersangkutan dengan
keterampilankeahliannya, karena itu meurut hukum jika si pekerja meninggal dunia maka perjanjian kerja itu putus demi hukum.
29
2 Ada Upah; Upah dalam suatu pekerjaan merupakan bagian yang sangat penting. Upah
menjadi tujuan utama dari pekerjaan yang dilakukan seseorang, bahkan karenanya sering muncul ungkapan no work, no pay. Pasal 1602 b KUH Perdata
menyatakan;
27
Perlu kita pahami bersama bahwa mengenai syarat sah nya suatu perjanjian diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata yang terdiri dari:
1 Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2 Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3 Suatu hal tertentu; dan 4 Suatu sebab yang halal.
28
Abdul Rahmat Budiono, Hukum Perburuhan di Indonesia, Raja Grafindo Perada, Jakarta, 1999, Halaman 35.
29
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Halaman 37.
Universitas Sumatera Utara
‘Tidak ada upah dibayar untuk waktu buruh tidak melakukan pekerjaan yang diperjanjikan”
. Menurut Darwan Prinst, upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan
dari pengusaha kepada buruh atas prestasi berupa pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan oleh pekerja manpower dan dinyatakan atau dinilai dalam
bentuk uang.
30
3 Dibawah Perintah; dan Unsur yang paling khas dari perjanjian kerja adalah bahwa perjanjian yang
dilakukan oleh pekerja tersebut berada dibawah perintah majikan, apabila tidak ada ketaatan kepada pemberi kerja maka tidak ada perjanjian kerja.
31
4 Adanya waktu tertentu. Disinilah
perbedaan antara hubungan kerja dengan hubungan lainnya. Pasal 1603 b KUH Perdata menyebutkan bahwa:
“Buruh diwajibkan menaati peraturan-peraturan tentang hal melakukan pekerjaan serta peraturan-peraturan yang ditujukan kepada perbaikan
tata tertib dalam perusahaan majikan, yang diberikan kepadanya oleh atau atas nama majikan didalam batas-batas aturan undang-undang,…”
.
Dalam melakukan perjanjian kerja harus disepakati mengenai jangka waktu berlakunya. Jangka waktu ini dalam perjanjian kerja dapat dibuat secara
tegas, terutama untuk pekerja kontrak.
32
30
Darwan Prinst, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, halaman 47.
31
Abdul Rahmat Budiono, Hukum Perburuhan di Indonesia, Raja Grafindo Perada, Jakarta, 1999, Halaman 37.
32
Lalu Husni, Opcit, Halaman 38.
Dengan adanya jangka waktu ini berarti
Universitas Sumatera Utara
bahwa hubungan kerja antara pekerja dengan majikan tidak serta merta berlaku secara abadi atau selama-lamanya.
G. Metode Penulisan 1. Jenis Penelitian