Kebijakan Liberalisasi Jasa GATTWTO terhadap Tenaga Kerja

di atas, tampak peraturan perundang-undangan di bidang perburuhan di Indonesia belum mencerminkan adanya kepastian hukum dan perlakuan yang adil bagi masyarakat khususnya buruh pekerja sebagaimana dinyatakan dalam GBHN Tahun 1999 begitu juga belum siapnya perangkat hukum di bidang perburuhan dalam menghadapi era perdagangan bebas. 97

B. Kebijakan Liberalisasi Jasa GATTWTO terhadap Tenaga Kerja

Asing di Indonesia General Agreement on Tariffs and Trade GATT lahir dengan tujuan untuk membuat suatu unifikasi hukum dibidang perdagangan internasional. Meskipun pada awalnya masyarakat internasional ingin membentuk sebuah organisasi perdagangan internasional di bawah PBB, namun dengan adanya penolakan dari Amerika Serikat, maka negara peserta GATT membuat kesepakatan agar perjanjian dalam GATT ditaati oleh para pihak yang menandatanganinya. Beragam kelemahan yang terdapat dalam GATT kemudian diperbaiki melalui beberapa pertemuan. Salah satu pertemuan yang berhasil adalah Putaran Uruguay antara tahun 1986-1994. Pada putaran tersebut dicapai kesepakatan untuk membentuk sebuah lembaga perdagangan internasional World Trade OrganizationWTO. 98 97 http:www.presidenri.go.idDokumenUU.php169.pdf Diakses pada tanggal 21 Mei 2013 Pukul 12.00 Wib 98 Administrator, Perjanjian Perdagangan Regional RTA dalam Kerangka WTO, http:senandikahukum.wordpress.com20090301perjanjian-perdagangan-regional-rta-dalam- kerangka-world-trade-organization-wto-study, terakhir diakses pada hari senin tanggal 18 April 2013 Universitas Sumatera Utara Pembentukan World Trade OrganizationWTO tersebut, dan Indonesia meratifikasi GATTWTO ini dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1994, 99 dan telah memberikan konsep liberalisasi perdagangan kepada dunia khususnya kepada negara-negara anggota, dimana konsep dasar dari liberalisasi perdagangan adalah penghilangan hambatan dalam perdagangan internasional. Konsep ini dalam pelaksanaannya membentuk globalisasi 100 , yang maknanya ialah universal dan mencakup bidang yang sangat luas. Dari segi ekonomi dan perdagangan globalisasi sudah terjadi pada saat mulainya perdagangan rempah-rempah, kemudian tanam paksa di Jawa, sampai tumbuhnya perkebunan-perkebunan di Hindia Belanda, dan pada saat itu globalisasi lahir dengan kekerasan dalam alam kolonialisme. Berbeda dengan globalisasi ekonomi dan perdagangan pada masa kini dilakukan dengan jalan damai yaitu melalui perundingan dan perjanjian internasional yang melahirkan aturan perdagangan bebas serta memfokuskan pengembangan pasar bebas terbuka. 101 The World Trade Organization WTO merupakan payung yang menaungi berbagai jenis persetujuan yang mengatur tentang perdagangan barang, perdagangan jasa dan perlindungan hak milik intelektual serta investasi yang berhubungan dengan perdagangan. Keikutsertaan suatu negara sebagai anggota 99 Erman Rajagukguk, Butir-Butir Hukum Ekonomi,, Fakultas Hukum Universitas Indonesia : Lembaga Studi Hukum dan Ekonomi, 2011, hal. 31. 100 Eko Prilianto Sudradjat, Free TradePerdagangan Bebas dan Fair Trade Perdagangan berkeadilan Dalam Konsep Hukum, http: Whatbecomethegreaterme.blogspot.com200712konsep-hukum-fair-trade.html, diakses pada tanggal 18 Maret 2013. 101 Erman Rajagukguk, Globalisasi Hukum dan Kemajuan Teknologi: Implikasinya Bagi Pendidikan Hukum dan Pembangunan Hukum Indonesia, Jurnal hukum, Vol.01,No.1, 2005, hal. 12 . Universitas Sumatera Utara WTO menimbulkan konsekuensi hukum yang otomatis mengikat, bahkan disertai dengan sarana penerapan sanksi-sanksi bagi pelanggaran terhadap aturannya. Pada tanggal 12 Nopember 1994 Indonesia menyetujui Persetujuan Pembentukan World Trade Organization WTO berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Lembaran Negara No. 57 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Estabilishing The World Trade Organization. Berdasarkan Undang-Undang ini Indonesia telah memenuhi kesepakatan yang tercantum di dalam Final Act sehingga dapat meratifikasinya pada tanggal 2 Desember 1994. Sejak tanggal tersebut Indonesia resmi menjadi anggota WTO, selain itu Indonesia juga tergabung di dalam APEC yang pada tanggal 15 November 1994 mengeluarkan Deklarasi Bogor. Deklarasi tersebut pada intinya kesepakatan untuk menghilangkan hambatan-hambatan dalam perdagangan dan investasi serta mendorong ke arah perekonomian dunia yang lebih terbuka. 102 Dengan keikutsertaan Indonesia di dalam WTO dan juga berdasarkan Deklarasi Bogor yang menentukan bahwa jadwal pelaksanaan sistem perdagangan bebas dan terbuka bagi anggota APEC dimulai tahun 2003, diharapkan Indonesia dapat menyediakan kerangka hukum yang memadai bagi transaksi-transaksi perdagangan internasional. Berkaitan dengan pasar bebas adalah adanya GATT. Sasaran utama dari GATT adalah untuk mempromosikan pembebasan perdagangan sampai pengurangan substansiil tarif-tarif dan penghalang- 102 Pendekatan telah dicoba pada waktu penyusunan komiten Indonesia dibidang perdagangan jasa dalam rangka putaran UruguayWTO. Harmonisasi tersebut dilakukan dengan menyusun komitmen yang dimuat dalam Horizontal Measures yang berlaku untuk seluruh sector jasa yang ditawarkan. Dalam kerangka WTO ini sector jasa yang ditawarkan sebanyak 5 sektor jasa yaitu, sector pariwisata, keuangan, telekomunikasi, angkatan laut , dan konsultan kontruksi. Universitas Sumatera Utara penghalang lain untuk berdagang dan penghapusan perawatan bersifat membedakan seperti yang dinyatakan dalam Mukadimah nya. Untuk tujuan mencapai sasaran, GATT melayani tiga fungsi, yang adalah untuk menetapkan aturan-aturan umum sekitar melakukan dari kebijakan-kebijakan perdagangan nasional, untuk bertindak sebagai satu forum untuk negosiasi-negosiasi tarif multilateral, dan untuk memecahkan perselisihan-perselisihan antar para pihak. Dalam GATT ada di fasilitas untuk peserta dalam hal menyelesaikan hubungan perdagangan mereka, satu forum untuk negosiasi-negosiasi perdagangan dan satu institusi penyelesaian perselisihan. Berdirinya WTO telah memberikan konsekwensi bagi Indonesia sebagai salah satu diantara negara yang ikut menandatangani perjanjian WTO dan telah meratifikasinya melalui UU No. 7 Tahun 1994 tanggal 2 November 1994. Dengan retifikasi ini maka seluruh ketentuan dalam WTO wajib dilaksankan oleh Indonesia. Pelaksanaan ketentuan WTO tersebut dilakukan dengan menyesuaikan seluruh ketentuan yang berlaku di bidang perdaganganperekonomian dengan ketentuan-ketentuan WTO tersebut. 103 Beranjak dari hal-hal tadi maka timbullah dilema dalam penerapan GATT di bidang ketenagakerjaan di negara kita. Di satu pihak penerapan GATT menghendaki adanya pasar bebas. Dengan adanya pasar bebas maka tenaga kerja asing bebas untuk masuk ke Indonesia. Di lain pihak, masuknya tenaga kerja asing dengan bebas membuat kesempatan kerja tenaga kerja Indonesia sendiri menjadi semakin sempit. 103 Pasal XVI ayat 4 Perjanjian WTO. Universitas Sumatera Utara Dalam perspektif GATSWTO , peraturan ketenagakerjaan yang protektif dianggap menyalahi aturan main WTO karena WTO menginginkan adanya kebijakan tanpa diskriminasi dalam semua hal. Mengedepannya proteksi bagi tenaga kerja lokal dan diskriminasi terhadap tenaga kerja asing menyebabkan Indonesia tertinggal ketika harus bersaing dengan tenaga kerja asing yang mempunyai skill dan pendidikan yang lebih baik. Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA juga menghendaki barang, jasa, modal dan investasi bergerak bebas melewati batas negara anggota MEA. Sektor tenaga kerja yang termasuk diliberalisasi hanya untuk tenaga profesional seperti dokter , arsitek, akuntan dan pengacara. Dengan demikian bukan tidak mungkin dalam tahun-tahun mendatang pembatasan tenaga kerja Indonesia semakin ketat di negara ASEAN. Di lain pihak, banyak tenaga profesional dari negara-negara tetangga masuk bekerja di Indonesia. Kebijakan ketenagakerjaan di Indonesia diarahkan untuk memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi tenaga kerja Indonesia. Oleh sebab itu dalam Undang Undang Ketenagakerjaan diatur bahwa setiap pemberi kerja yang memperkerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis. Pemberi kerja tenaga kerja asing meliputi : 104 a. Kantor perwakilan dagang asing,kantor perwakilan perusahaan asing atau kantor perwakilan berita asing yang melakukan kegiatan di Indonesia b. Perusahaan swasta asing yang berusaha di Indonesia 104 http:bphn.go.iddatadocumentslany_ramlli.htm diakses pada tanggal 03 Mei 2013 Universitas Sumatera Utara c. Badan usaha pelaksana proyek pemerintah termasuk proyek bantuan luar negeri d. Badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia e. Lembaga – lembaga sosial , pendidikan, kebudayaan atau keagamaan. f. Usaha jasa impresariat Tenaga kerja asing yang dipekerjakan oleh pemberi wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : 105 a. Memiliki pendidikan dan atau pengalaman kerja sekurang-kurangnya 5 lima tahun yang sesuai dengan jabatan yang akan diduduki b. Bersedia membuat pernyataan untuk mengalihkan keahliannya kepada tenaga kerja warga negara Indonesia khususnya tenaga kerja Indonesia pendamping. c. Dapat berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia. Berkaitan dengan itu ketentuan GATSWTO tentang Natural Movement of Persons perlu diadopsi dalam kebijakan penempatan tenaga kerja asing dengan memperhatikan pengalaman penerapannya di negara-negara lain demi kepentingan tenaga kerja Indonesia. Dilema yang harus segera diselesaikan berkenaan dengan penempatan tenaga kerja asing yaitu : 106 1. tetap memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia dengan memperketat kelengkapan peraturan mengenai persyaratan tenaga kerja asing dan pengamanan penggunaan tenaga kerja asing. 105 Ibid 106 Ibid Universitas Sumatera Utara 2. mengikuti kebijakan internasional yang menghendaki globalisasi tenaga kerja, tanpa memperhatikan perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia. Menyadari kenyataan sejauh ini Indonesia masih memerlukan investor asing, demikian juga dengan pengaruh globalisasi peradaban dimana Indonesia sebagai negara anggota WTO harus membuka kesempatan masuknya tenaga kerja asing. Untuk mengantisipasi hal tersebut diharapkan ada kelengkapan peraturan yang mengatur persyaratan tenaga kerja asing, serta pengamanan penggunaan tenaga kerja asing. Peraturan tersebut harus mengatur aspek-aspek dasar dan bentuk peraturan yang mengatur tidak hanya di tingkat Menteri, dengan tujuan penggunaan tenaga kerja asing secara selektif dengan tetap memprioritaskan TKI. Oleh karenanya dalam mempekerjakan tenaga kerja asing, dilakukan melalui mekanisme dan prosedur yang sangat ketat, terutama dengan cara mewajibkan bagi perusaahan atau korporasi yang mempergunakan tenaga kerja asing bekerja di Indonesia dengan membuat rencana penggunaan tenaga kerja asing RPTKA sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor PER.02MENIII2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Kehadiran para tenaga kerja yang memakai otot tidak hanya karena adanya pengiriman dari negara asal melainkan juga karena ada permintaan dari negara yang dituju karena permintaan akan selalu hadir jika ada penawaran, begitu juga sebaliknya. Di negara-negara yang miskin dan berkembang, kesulitan mendapatkan pekerjaan dan upah yang rendah-lah yang mendorong terjadinya migrasi tenaga kerja. Terjadinya kondisi sebagaimana dimaksud diatas, tidak hanya terjadi akhir-akhir ini saja melainkan sudah sejak dahulu meski arus migrasi Universitas Sumatera Utara dari maupun menuju Indonesia belum begitu secepat sekarang ini. Bahkan sejak tahun 1958, Indonesia telah memiliki Undang-undang yang mengatur penempatan tenaga kerja asing di negaranya. Dengan berlandaskan pada ketentuan yuridis Pasal 28 Ayat 1 dan 89 UUD 1945 maka untuk menjamin bangsa yang layak dari kesempatan kerja di Indonesia bagi Warga Negara Indonesia, perlu diadakan peraturan untuk mengawasi pemakaian tenaga bangsa asing di Indonesia. 107 107 Sebagai anggota WTO Indonesia hatus memahami aturan main yang ditentukan dalam perjanjian WTO, khususnya yang terkait dengan investasi yaitu TRIMs dan GATS Dengan perubahan undang-undang Ketenagakerjaan tersebut telah terjadi perubahan yang sangat mendasar mengenai pengaturan tenaga kerja, khusus berkaitan dangan pengaturan tenaga kerja asing dimana perkembangannya teryata tidak secara tersendiri di atur dalam satu undang-undang, sebagaimana terdapat dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Asing, akan tetapi dalam berbagai perubahan undang-undang ketenagakerjaan tersebut masih dipertahankan substansi hukum yang berkaitan dengan lembaga perizinan dan pengawasan dan substansi hukum yang berhubungan dengan penggunaan dan penempatan tenaga kerja asing yang pada pelaksanaannya dilakukan oleh Instansi atau lembaga yang berlainan, sehingga dibutuhkan suatu koordinasi yang baik diantara lembaga-lembaga tersebut, seperti Imigrasi, Kejaksaan, Kepolisian, Badan Intelejen negara BIN maupun Pemda. Universitas Sumatera Utara Permasalahan yang timbul sehubungan dengan penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia, adalah pelanggaran izin tinggal, dan ijin kerja. Dalam paspor para tenaga kerja asing ini tertulis bahwa izin yang diberikan pemerintah Indonesia oleh pihak imigrasi adalah untuk bekerja sebagai tenaga kerja asing di Indonesia dengan jabatan dan waktu tertentu bahkan hanya sebagai turis. Tidak jarang para perusahaan pengguna sering kali menyembunyikan tenaga erja asing ilegal ini. Dalam paspor para TKA tertulis bahwa izin yang diberikan pemerintah Indonesia oleh pihak imigrasi adalah untuk bekerja sebagi tenaga kerja asing di indonesia dengan jabatan dan waktu tertentu bahkan hanya sebagai turis. Pasal 42 ayat 4 UU No. 13 Tahun 2003 Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu merupakan ketentuan khusus yang mengatur mengenai tenaga kerja asing, maka dengan demikian mengesampingkan Pasal 59 UU No. 13 Tahun 2003 jo Kepmenaker No. 100 Tahun 2004 yang berlaku bagi tenaga kerja secara umum, hal ini sejalan dengan azas lex specialis derogat lex generalis. Oleh karena itu, hubungan kerja tenaga kerja asing harus dianggap sebagai suatu hubungan kerja waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat 4 UU No. 13 Tahun 2003 Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu maka dapat dipastikan bahwa TKA bukan pekerja permanen melainkan pekerja untuk waktu tertentu. Maka dapat dipastika bahwa tenaga kerja asing bukan pekerja permanen melainkan pekerja untuk waktu tertentu. Universitas Sumatera Utara Permasalahan yang timbul sehubungan dengan penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia, adalah pelanggaran izin tinggal, dan izin kerja. Dalam paspor para tenaga kerja asing ini tertulis bahwa izin yang diberikan pemerintah Indonesia oleh pihak imigrasi adalah untuk bekerja sebagai tenaga kerja asing di Indonesia dengan jabatan dan waktu tertentu bahkan hanya sebagai turis. Tidak jarang para perusahaan pengguna sering kali menyembunyikan tenaga kerja asing ilegal ini. 108 Khusus mengenai Tenaga Kerja Asing ini, meskipun libersalisasi yang dilakukan dalam rangka WTO dimaksudkan untuk mengatur free movement of personnel, namun demikian, saat ini movement of personnel masi dikaitkan dengan kepemilikan perusahaan. Artinya, apabila pihak asing diijinkan untuk mebeli atau mendirikan suatu perusahaan maka pihak asing tersebut juga dibolehkan untuk membawa atau memperkerjakan tenaga ahli atau pemimpin perusahaan yang berasal dari negaranya atau Negara lain. Untuk perbankan Komitmen yang diberikan oleh Indonesia dalam rangka WTO, mensyaratkan bahwa pihak asing dibolehkan memperkerjakan Tenaga Ahli Asing di perbankan dengan ketentuan setia satu Negara ahli diwajibkan untuk mengangkat dua understudies. Dengan demikian, akan terjadi ahli keahlian,khususnya di bidang perbankan. Akan tetatp persyaratan understudies ini tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Salah satu penyebabnya adalah tidak jelasnya mengenai kewenangan bank sentral. 108 http:dumtrek.blogspot.com201201penegakan-hukum-terhadap-pelanggaran.html diakses pada tanggal 03 Mei 2013 Universitas Sumatera Utara misalnya bank asing dibolehkan untuk memperkerjakan tenaga ahli asing di bank tersebut. Dalam Era yang semakin liberal seperti saat ini, melarang masuknya Tenaga kerja Asing kerja asing apalagi dalam kaitannya dengan intra agencies transfer yaitu pembeli perusahan dibolehkan untuk membawa pimpinan dan atau tenaga ahli yang dibutuhkan akan membawa dampak ekonomi politik dan hukum yang negatif. Pendekatan harus dilakukan untuk mengatasinya haruslah melalui pendekatan hukum. Satu hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan tenaga kerja asing ini adalah adanya standar keahlian yang diterapkan. Standar keahlian ini diperlukan untuk menyaring tenaga kerja asing yang datang ke Indonesia. Pemberlakuan standar profesi ini dapat menyeleksi kehadiran tenaga kerja asing tanpa melanggar kewajiban internasional dalam rangka komitmen Indonesia di WTO. Perjanjian perdagangan jasa GATS dalam rangka WTO membolehkan Negara anggota untuk menerapkan standar untuk mengakui pendiidikan dan keahlian yang dibutuhkan dan harus dipenuhi oleh tenaga kerja yang ingin bekerja di suatu sektor industri jasa. Dalam kaitan ini seyogiaya standar tersebut tidak diterapkan oleh pemerintah akan tetapi oleh organisasi profesi. 109 109 http=..fileslp_tc_penelitianfile=15makalah-dep-kehakiman.pdf Diakses pada tanggal 21 Juni 2013 Pukul 18.00 Wib Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN