BAB IV KEBIJAKAN HUKUM DALAM PENGGUNAAN TENAGA KERJA
ASING TERKAIT PERKEMBANGAN INDUSTRIALISASI NASIONAL DAN INTERNASIONAL
A. Kebijakan Pemerintah Terkait Iklim Investasi Inpres No.3 Tahun
2006
Iklim investasi yang baik memberikan kesempatan dan insentif kepada dunia usaha untuk melakukan investasi yang produktif, menciptakan lapangan
kerja dan memperluas kegiatan usaha. Investasi memainkan peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan.
Memperbaiki iklim investasi adalah masalah kritial yang dihadapi pemerintah di negara berkembang, menyediakan lapangan kerja penting untuk menciptakan
keseimbangan dan kedamaian.
93
Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia No.3 tahun 2006 tentang ”Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi’, Presiden mengeluarkan paket
kebijakan perbaikan iklim investasi dimana bertujuan untuk :
94
a. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan Paket Kebijakan
Perbaikan Iklim Investasi guna menciptakan Iklim Investasi yang kondusif.
93
The World Bank, World Development Report 2005 A Better Investment Climate for Everyone, Washington,Dc.:World Bank and Oxford University Press,2004, hal 1.
94
Instruksi Presiden Republik Indonsia No.3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi
88
Universitas Sumatera Utara
b. Dalam mengambil langkah-langkah sebagaimana dimaksud dalam diktum Pertama, berpedoman kepada program-program sebagaimana tercantum
dalam lampiran instruksi Presiden ini. c. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengkoordinasikan kegiatan
yang dilaksanakan oleh para MenteriKepala Lembaga Pemerintah Non Departemen.
d. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian : 1. Memantau pelaksanaan Instruksi Presiden ini dan melaporkan
secara berkala kepada Presiden; 2. Membentuk Tim Pemantau, yang diketuai oleh Staf Khusus
Menteri Koodinator Bidang Perekonomian Urusan Pemantauan Kebijakan Ekomoni dan sebagai wakil ketua adalah Deputi
Sekretaris Kabinet Bidang Hukum dan Direktur Jenderal Otonomi Daerah, Departemen dalam Negeri;
3. Mengatur tugas, keanggotaan, susunan oerganisasi, tata kerja dan kesekretariatan Tim Pemantau.
e. Melaksanakan Instruksi Presien ini dengan penuh tanggung jawab. Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia No.3 Tahun 2006 tentang,
’Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi’ Pemerintah membentuk Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi, yang
untuk selanjutnya dalam keputusan Presiden ini disebut Timnas PEPI.
95
95
Pasal 1 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 3 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi
Universitas Sumatera Utara
Dimana dalam Inpres No. 3 tahun 2006 ini Pemerintah membentuk PEPI dengan atau bertugas untuk :
a. merumuskan kebijakan umum peningkatan ekspor dan peningkatan investasi;
b. menetapkan langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka peningkatan ekspor dan peningkatan investasi;
c. mengkaji dan menetapkan langkah-langkah penyelesaian permasalahan strategis yang timbul dalam proses peningkatan ekspor dan peningkatan
investasi; d. melakukan deregulasi dan debirokratasasi ekonomi, keterpaduan promosi
pariwisata dan investasi, serta peningkatan penggunaan produksi dalam negeri.
96
Sejalan dengan bidang yang esensial untuk dikaji dalam bidang perburuhan yaitu ketentuan tentang tenaga kerja asing. Untuk itu pemerintah telah
mengeluarkan beberapa peraturan yaitu : 1. Keputusan Menteri Tenaga dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor :
KEP.228MEN2003 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : PER.02MENXII2004 tentang Pelaksanaan Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Tenaga Kerja dan Transmigrasi
96
Pasal 2 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 3 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi
Universitas Sumatera Utara
Republik Indonesia Nomor : PER.02MENXII2004 tentang Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Asing
3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: KEP-20MENIII2004 tentang Tata Cara Memperoleh Ijin
Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing. 4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor :KEP.67MENIV2004 tentang Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Asing.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : PER-07MENIII2006 tentang Penyederhanaan Prosedur
Memperoleh Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing IMTA. Peraturan-peraturan tersebut menimbulkan kontroversial dan berpotensi
membatasi tenaga kerja asing untuk bekerja di Indonesia. Keputusan ini dirasakan menutup pintu industri karena arus masuk pekerja asing menjadi sangat rendah.
Ditinjau dari segi hukum, maka aspek perburuhan pada mulanya masuk ke dalam hukum keperdataan tetapi sejalan dengan perkembangan waktu , aspek hukum
perburuhan masuk ke dalam lingkup hukum publik. Konsekuensinya adalah masuknya dan pemakaian tenaga kerja asing diserahkan pada mekanisme pasar,
tetapi hal ini belum terwujud dengan baik . Hal ini seharusnya mengacu pada Tap MPR No. IVMPR1999 tentang
Garis-garis Besar Haluan Negara Bab IVB mengenai arah kebijakan ekonomi yang menegaskan yaitu mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang
bertujuan pada mekanisme pasar yang berkeadilan. Dari apa yang telah diuraikan
Universitas Sumatera Utara
di atas, tampak peraturan perundang-undangan di bidang perburuhan di Indonesia belum mencerminkan adanya kepastian hukum dan perlakuan yang adil bagi
masyarakat khususnya buruh pekerja sebagaimana dinyatakan dalam GBHN Tahun 1999 begitu juga belum siapnya perangkat hukum di bidang perburuhan
dalam menghadapi era perdagangan bebas.
97
B. Kebijakan Liberalisasi Jasa GATTWTO terhadap Tenaga Kerja