Validasi PICS Pharmaceutical Inspection Co-Operation Scheme

4. Kualifikasi Kinerja atau Performance Qualification PQ. Yaitu tindakan pembuktian terdokumentasi bahwa pabrik, sistem, atau peralatan beroperasi secara konsisten dan akan selalu menghasilkan suatu produk yang memenuhi spesifikasi atau kualitas yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Validasi

Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi RIV atau dokumen setara. Validasi terdiri dari : 1. Validasi Proses Berlaku untuk pembuatan sediaan obat, yang mencakup validasi initial validation proses baru, validasi bila terjadi perubahan proses dan validasi ulang. Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan Validasi Prosfektif, validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan Validasi Konkuren. Proses yang sudah berjalan hendaklah juga divalidasi Validasi Retrospektif. 2. Validasi Pembersihan Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan Universitas Sumatera Utara pada bahan yang terkait dengan proses pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat dicapai dan diverifikasi. Hendaklah digunakan metode analisa tervalidasi yang memiliki kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran. 3. Validasi Metode Analisa Tujuan validasi metode analisa adalah untuk mengetahui bahwa metode analisa sesuai dengan tujuan penggunaannya. Metode analisa hendaklah jelas dan mudah dimengerti karena hal ini akan menentukan karakteristik validasi yang perlu dievaluasi. Karakteristik validasi yang umumnya perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : akurasi, presisi, ripitabilitas, intermediate precision, spesifisitas, batas deteksi, batas kuantisasi, linieritas, dan rentang.

2.7 PICS Pharmaceutical Inspection Co-Operation Scheme

Pharmaceutical Inspection Convention dan Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme disebut sebagai PICS adalah dua instrumen internasional antar negara dan merupakan otoritas inspeksi farmasi, yang bersama-sama aktif dalam melaksanakan konstruksi di bidang GMP Good Manufacturing Practice. Misi dari PICS adalah “Untuk Memimpin Pembangunan Internasional, Implementasi dan Pemeliharaan yang harmonis dari Good Manufacturing Practice GMP dan Sistem Standar Mutu Dalam Bidang Produk Obat.” Hal ini akan dicapai dengan mengembangkan dan mempromosikan standar GMP dan dokumen standar, pelatihan analis, menilai dan menilai kembali inspeksi, dan memfasilitasi kerjasama dan jaringan untuk pihak yang berwewenang dan organisasi internasional. Saat ini ada 37 partisipan yang berwenang di PICS. Universitas Sumatera Utara PIC Pharmaceutical Inspection Convention didirikan pada bulan Oktober 1970 oleh EFTA European Free Trade Association. Anggota awal PIC terdiri dari 10 negara anggota EFTA pada waktu itu, yaitu. Austria, Denmark, Finlandia, Islandia, Liechtenstein, Norwegia, Portugal, Swedia, Swiss dan Kerajaan Inggris. Keanggotaan PIC kemudian diperluas untuk mencakup Hungaria, Irlandia, Rumania, Jerman, Italia, Belgia, Perancis dan Australia. Disadari di awal 1990-an karena suatu ketidaksesuaian antara Konvensi dan hukum Eropa, sehingga tidak mungkin bagi negara-negara baru untuk diakui sebagai anggota PIC. Australia adalah negara terakhir yang mampu menjadi anggota dari PIC pada Januari 1993. PIC dan PICS, secara bersama beroperasi secara paralel dan bergabung menjadi PICS. Sebelum suatu negara menjadi anggota PICS, penilaian dilakukan untuk menentukan apakah negara tersebut memiliki peraturan dan kompetensi yang diperlukan sesuai dengan ketentuan PICS. Penilaian yang dilakukan oleh delegasi PICS ini melibatkan pemeriksaan otoritas dan sistem lisensi, sistem mutu, persyaratan, pelatihan, dan untuk mengamati pelaksanaan GMP secara aktual. Tujuan dari PICS, dengan memberikan perhatian terhadap kesehatan masyarakat, adalah: a. Kesamaan pengakuan inspeksi sesama anggota b. Harmonisasi persyaratan GMP Good Manufacturing Practice c. Kesamaan sistem inspeksi d. Pelatihan inspektor e. Pertukaran informasi sesama anggota Universitas Sumatera Utara f. Kepercayaan sesama anggota Manfaat PICS terhadap industri farmasi adalah: a. Mengurangi duplikasi pemeriksaan b. Penghematan biaya c. Ekspor fasilitasi d. Peningkatan akses pasar Universitas Sumatera Utara

BAB III PERAN APOTEKER DI INDUSTRI FARMASI

3.1 Kompetensi Apoteker di Industri Farmasi

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 yang mengatur tentang pekerjaan kefarmasian, dalam bagian ketiga yaitu tentang pekerjaan kefarmasian dalam produksi sediaan farmasi, menyebutkan bahwa industri farmasi harus memiliki setidaknya 3 tiga orang apoteker sebagai penanggung jawab masing-masing pada bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu setiap produksi sediaan farmasi. Untuk memenuhi tuntutan peran apoteker di industri farmasi, maka seorang apoteker harus memiliki beberapa kompetensi antara lain : 1. Mampu melaksanakan fungsi pendaftaran produk jadi secara efektif, terutama dalam hal pengisian formulir kelengkapan pendaftaran. 2. Mampu berpartisipasi dalam mengembangkan senyawabahan aktif terapeutik atau eksipen baru yang lebih baikaktif. 3. Mampu berpartisipasi dan berkontribusi dalam pengembangan formula sediaan obat, pilot plant dan up-scaling. 4. Mampu berpartisipasi dalam pengembangan spesifikasi bahan bahan awal maupun produk jadi, metode analisis, prosedur pengujian untuk bahan awal, produk jadi dan kemasan. 5. Mampu melaksanakan produksi sediaan obat sesuai dengan CPOB dan ketentuan lain dalam rangka menghasilkan produk yang baikbermutu tinggi. Universitas Sumatera Utara