Laparoskopi PEMERIKSAAN PATENSI TUBA

2.5.2. Laparoskopi

Tiga dekade terakhir telah menjadi saksi atas kemajuan cepat dan kemajuan teknologi dalam laparoskopi. Laparoskopi operatif dikembangkan pada tahun 1970-an, dan di awal tahun 1980-an, laparoskopi digunakan pertama kali untuk mengarahkan penggunaan energi listrik atau laser untuk pengobatan endometriosis stadium lanjut. Penggunaan kamera video ringan dengan resolusi tinggi pada laparoskopi operastif memudahkan kita memandang pelvis selama pelaksanaan prosedur yang kompleks. Selanjutnya, banyak prosedur lainnya yang dilaksanakan sebelumnya dengan menggunakan teknik tradisional, seperti hysterectomy, menjadi layak dengan laparoskop. Akan tetapi, pendekatan endoskopik bisa mempunyai kekurangan pada sebagian pasien. Walaupun sebagian prosedur laparoskopik ternyata mengurangi biaya dan morbiditas yang terkait dengan bedah, prosedur lainnya tidak terbukti menjadi pengganti yang efektif untuk operasi yang lebih tradisional. Teknik dan indikasi untuk endoskopi operasi masih sedang dikembangkan. 1 Keharusan laparoskopi dalam pemeriksaan infertilitas masih kontroversial. Bukti yang signifikan bahwa patologi pelvis mungkin ada pada hampir sepertiga pasien dengan HSG normal dan ultrasound; akibatnya, ada yang yakin bahwa dengan laparoskopi kita bisa mengobati patologi seperti lekatan yang ditemukan pada waktu prosedur, atau bisa melewatkan pasien yang tidak membutuhkan siklus pemicuan ovulasi yang tidak mungkin berhasil dengan memberikan pengetahuan tentang penyakit pelvis berat. Yang lain yakin bahwa walaupun penyakit pelvis mungkin ada, pendekatan empiris bertahap adalah yang paling efektif-biaya. 24 Laparoskopi, penilaian endoskopik atas patologi abdominal dan pelvis, adalah standar emas untuk diagnosis nyeri pelvis. Laparoskopi diindikasikan pada kasus nyeri pelvis yang tidak reaktif terhadap terapi medis atau bila diduga nyeri mempunyai sebab-musabab organik. Kira-kira 40 laparoskopi dilaporkan dilaksanakan dalam kasus nyeri pelvis kronis. Ini juga memberi kesempatan untuk mengobati dan juga mendiagnosa patologi. 21 Universitas Sumatera Utara Laparoskopi memungkinkan visualisasi semua organ pelvis dan memungkinkan deteksi mioma intramural dan subserosal, pelekatan peritubal dan periovarium, dan endometriosis. Temuan-temuan abnormal atas HSG bisa dipastikan melalui visualisasi langsung atas laparoskopi. Chromopertubasi melibatkan instalasi transserviks bahan warna, seperti methylene blue atau indigo carmine. Kelayakan tubal dinilai dengan visualisasi laparoskopik langsung bahan warna yang diekstrusi melalui lubang fimbrial tuba. Berbeda dengan HSG, laparoskopi memungkinkan penilaian yang cermat atas arsitektur eksternal tuba dan, khususnya, visualisasi fimbria. Kelainan yang diidentifikasi, yang meliputi obstruksi tubal, pelekatan pelvis dan endometriosis, bisa diobati pada waktu diagnosis. Laparoskopi haruslah dijadwalkan pada fase follicular dan merupakan tahap akhir dan paling invasif dalam evaluasi pasien, kecuali jika HSG menimbulkan dugaan atas kelainan. Temuan-temuan atas HSG berkorelasi dengan temuan-temuan laparoskopik 60 sampai 70. Bahan warna biasanya larutan encer indigo carmine haruslah diinstilasi melalui tuba fallopi chromopertubasi selama laparoskopi untuk mendokumentasikan kelayakan tuba secara visual. 1 Lensa objektif laparoskop bisa diposisikan untuk memungkinkan pandangan sudut-lebar atau diperbesar atas rongga peritoneal. Kejelasan dan penyinaran optik memungkinkan pemahaman yang lebih baik atas rincian halus daripada yang mungkin dengan mata telanjang. Laparoskopi adalah metode standar untuk diagnosis endometriosis dan pelekatan karena tidak ada teknik pencitraan lain memberikan tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang sama. 1 18 Akan tetapi, ada limitasi pada laparoskopi. Pandangan bidang operatif bisa terbatas, dan jika jaringan atau cairan melekat pada lensa, penglihatan bisa kabur. Juga, jaringan lunak, myoma intramural, atau bagian dalam beronggaberlubang tidak bisa diraba. Untuk penilaian ini, metode pencitraan, seperti ultrasonografi, computed tomography CT atau scan pencitraan resonansi magnetik MRI, lebih unggul. Karena kemampuannya memandang jaringan lunak, ultrasonografi lebih akurat daripada laparoskopi untuk evaluasi bagian dalam massa adnexal. Keterpaparan bidang operasi bisa berkurang, dibutuhkan peralatan kecil dan Universitas Sumatera Utara hanya bisa digunakan melalui lubang tetap, kemampuan memanipulasi viscera pelvis terbatas dan kaliber jahitan yang dibutuhkan mungkin lebih besar daripada yang diinginkan. Dalam banyak kasus, biaya perawatan inap meningkat, meskipun lebih singkat tinggal di rumah sakit, karena waktu kamar operasi yang lama dan penggunaan peralatan dan perlengkapan bedah yang lebih mahal. Efikasi mungkin berkurang jika ahli bedah tidak bisa mereplikasi operasi abdominal secara layak. Pada sebagian pasien, terjadi peningkatan risiko komplikasi, yang bisa terkait dengan limitasi bawaan laparoskopi, tingkat keahlian bedah, atau keduanya. Akan tetapi, dengan kombinasi yang layak dari kemampuan, pelatihan dan pengalaman, waktu dan komplikasi operasi sebanding dengan waktu dan komplikasi bedah abdominal tradisional. Kontur intraluminal rahim hanya bisa diperlihatkan dengan hysteroscopy atau pencitraan kontras. Ultrasonografi, dikombinasikan dengan pengujian serum gonadotropin chorionic manusia hCG dan progesteron, bisa digunakan untuk mendiagnosa kehamilan ectopic, yang biasanya memungkinkan terapi medis dapat diberikan tanpa penegasan laparoskopik. Sebagai akibat dari kemajuan dalam test darah dan teknologi pencitraan, laparoskopi lebih sering digunakan untuk menegaskan kesan klinik daripada untuk diagnosis awal. Laparoskopi bisa mengungkapkan kelainan yang tidak selalu terkait dengan masalah pasien. Walaupun endometriosis, pelekatan, leiomyoma dan kista kecil di dalam ovarium umum terjadi, namun sering asymptomatik. Dengan demikian, laparoskopi diagnostik haruslah dilaksanakan dengan cermat, dengan menafsirkan temuan-temuan dalam konteks masalah klinik dan diagnosis lainnya. Laparoskopi diagnostik biasanya dilaksanakan dengan bius umum tetapi mungkin hanya membutuhkan sedasi dalam dan bius lokal; laparoskopi operatif untuk pengobatan penyakit biasanya membutuhkan bius umum. 1,20 Peranan laparoskopi dalam penanganan operatif kondisi ginekologik sedang berkembang sekarang ini. Banyak prosedur yang sebelumnya dilaksanakan sebagai operasi abdominal dan vaginal tradisional bisa dilakukan dengan laparoskopi. Laparoskopi operatif mempunyai keuntungan berupa tinggal di rumah sakit lebih singkat, nyeri pascaoperatif lebih sedikit dan kembali ke aktivitas normal lebih cepat. Selain keuntungan prosedur endoskopik pada Universitas Sumatera Utara umumnya, lekatan lebih kecil kemungkinannya terbentuk dengan bedah laparoskopik daripada dengan laparotomi. Karena sepon tidak digunakan, besarnya trauma peritoneal langsung berkurang secara berarti, dan kontaminasi rongga peritoneal terminimalkan. Tidak adanya keterpaparan terhadap udara memungkinkan permukaan peritoneal tetap lebih lembab dan, karenanya, tidak begitu rentan terhadap cedera dan pembentukan lekatan. 1 Laparoskopi dengan chromotubasi instilasi bahan warna adalah standar emas untuk evaluasi faktor tuba, dan bila dilaksanakan bersamaan dengan hysteroscopy, informasi tentang kontur rahim bisa diperoleh secara simultan. Kelainan tubal seperti lekatan fimbria atau lekatan yang membatasi gerakan tuba atau kista peritubal bisa mengisyaratkan penyakit tubal yang tidak selalu terdeteksi atas hysterosalpingogram. Diagnosis endometriosis biasanya didasarkan pada temuan-temuan laparoskopik. Serviks dipasangi cannula, dan 5-20 ml bahan warna methylene biru diinjeksikan ke dalam rongga rahim. Jika tuba fallopi patent, bahan warna bisa tampak tumpah keluar dari ujung masing-masing tuba. Hidrotubasi laparoskopik mempunyai keuntungan bahwa organ-organ pelvis bisa diperiksa selama prosedur. Bahan warna indigo carmine lebih diinginkan ketimbang methylene biru, yang jarang bisa memicu methemoglobinemia akut; individu dengan defisiensi glucosa-6-phosphat dehydrogenase sangat berisiko mengalami komplikasi. Seperti halnya HSG, injeksi cairan perlahan-lahan membantu mengurangi kejadian hasil negatip-palsu. Temuan-temuan operatir haruslah didokumentasikan dengan foto sebagai alat bantu untuk konseling pascaoperasi dan untuk rujukan masa mendatang. 20,24,42 Gambar II.16 laparoskopi hidrosalping, tuba faloppi yang terblock dan dilatasi dengan cairan. Ini bukti dari penyakit radang panggul yang sebelumnya – PID 44 Universitas Sumatera Utara A B C D Gambar II.17.Septum uterus. A: Gambaran laparoskopi yang menunjukkan fundus uterus. B: Pemeriksaan laparoskopi fundus uterus yang menunjukkan kedalaman dan lebarnya septum. C: Gambaran histeroskopik menunjukkan reseksi septum uterus. D: Pemeriksaan laparoskopi fundus uterus menunjukkan septum yang direseksi. Perhatikan echogenisitas dari debris di fundus. 24

2.5.3. HysterosalpingocontrastsonographyHyCoSy