dibuat oleh buruh dan majikan, tetapi pada kenyataannya perjanjian kerja sudah disiapkan terlebih dahulu oleh majikan untuk ditandatangani oleh buruh saat buruh
diterima kerja oleh majikan.
32
1. Syarat-syarat sahnya perjanjian.
Menurut Pasal 1338 KUH Perdata, yang mengatakan bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Persetujuan ini tidak dapat ditarik kembali, selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan
cukup untuk itu.
33
Dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, sahnya suatu kontrak atau perjanjian diperlukan 4 empat syarat :
34
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
Sepakat yang dimaksud adalah kesepakatan antara pihak-pihak yang melakukan perjanjian. Dalam hubungan kerja yang dijadikan dasar adalah perjanjian
kerja, maka pihak-pihaknya adalah buruh dan majikan. Kesepakatan yang terjadi antara buruh dan majikan secara yuridis haruslah bebas. Dalam arti tidak terdapat
cacat kehendak yang meliputi adanya penipuan Dwang, paksaan Dwaling, kekhilafan Bedrog.
32
Ibid.
33
Ibid, hlm. 40.
34
Pasal 1320, Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Universitas Sumatera Utara
Pada Pasal 1321 KUH Perdata menyatakan bahwa “Tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan atau diperolehnya dengan paksaan
atau penipuan”. Pada kenyataannya, buruh tidak mutlak menentukan kehendaknya. Karena
buruh hanya mempunyai tenaga yang melekat pada dirinya didalam melakukan hubungan kerja, dan buruh tidak memiliki kebebasan untuk memilih pekerjaan yang
sesuai dengan kehendaknya, terutama apabila buruh tidak memiliki keahlian. Subekti menyatakan sepakat sebagai perizinan, yaitu kedua subjek hukum
yang mengadakan perjanjian itu harus sepakat, setuju atau seia sekata mengenai hal- hal pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang
satu juga dikehendaki oleh pihak yang lain. Mereka menghendaki sesuatu yang sama secara timbal balik.
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
Kecakapan di sini artinya para pihak yang membuat kontrak haruslah orang- orang yang oleh hukum dinyatakan sebagai subyek hukum. Pada dasarnya semua
orang menurut hukum cakap untuk membuat kontrak. Yang tidak cakap adalah orang-orang yang ditentukan hukum, yaitu anak-anak, orang dewasa yang
ditempatkan di bawah pengawasan Curatele, dan orang sakit jiwa. Anak-anak adalah mereka yang belum dewasa yang menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan belum berumur 18 delapan belas tahun. Meskipun belum berumur 18 delapan belas tahun, apabila seseorang telah atau pernah kawin
dianggap sudah dewasa, berarti cakap untuk membuat perjanjian.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Pasal 1329 KUH Perdata bahwa “Setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan, jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tak
cakap”. Sedangkan seseorang yang tak cakap dalam membuat suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1330 KUH Perdata adalah:
1. Orang-orang yang belum dewasa
2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan
3. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang,
dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.
Hukum perburuhan membagi usia kerja dari tenaga kerja menjadi anak-anak 14 tahun ke bawah, orang muda 14-18 tahun, dan orang dewasa 18 tahun ke atas.
Untuk orang muda dan anak-anak dapat atau boleh bekerja asalkan tidak di tempat yang dapat membahayakan jiwanya. Namun, dengan alasan ekonomi kebanyakan
anak-anak dan orang muda yang bekerja dan mungkin tempat kerjanya dapat membahayakan jiwanya.
Dibidang hukum ketenagakerjaan, seseorang dikatakan dewasa apabila ia telah berumur 18 tahun. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat 3 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 1999 Tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 138 mengenai usia minimum untuk diperbolehkan bekerja, yaitu usia minimum yang telah ditetapkan
ialah tidak boleh kurang dari usia tamat sekolah wajib dan paling tidak, tidak boleh kurang 15 tahun. Selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat 1, yaitu usia
minimum untuk diperbolehkan masuk kerja setiap jenis pekerjaan atau kerja yang
Universitas Sumatera Utara
karena sifatnya atau karena keadaan lingkungan dimana pekerjaan itu harus dilakukan mungkin membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral orang muda tidak boleh
kurang dari 18 tahun. Maka, seseorang dapat bekerja apabila usianya telah 18 tahun dan apabila terpaksa maka usia minimumnya adalah 15 tahun.
c. Suatu hal tertentu.
Pasal 1333 KUH Perdata menyatakan bahwa “Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya.
Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu, asal saja jumlah itu terkemudian dapat ditentukan atau dihitung”.
Dalam melakukan hubungan kerja, suatu hal tertentu maksudnya adalah semua orang bebas melakukan hubungan kerja, asalkan objek pekerjaannya jelas,
yaitu melakukan pekerjaan. Jadi tidak boleh samar-samar. Hal ini penting untuk memberikan jaminan atau kepastian kepada pihak-pihak
dan mencegah timbulnya kontrak fiktif. Misalnya jual beli sebuah mobil, harus jelas merk apa, buatan tahun berapa, warna apa, nomor mesinnya berapa, dan sebagainya.
Semakin jelas semakin baik. Tidak boleh misalnya jual beli sebuah mobil saja, tanpa penjelasan lebih lanjut.
d. Suatu sebab yang halal.
Dalam Pasal 1335 KUH Perdata, “Suatu perjanjian tanpa sebab atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai
kekuatan”. Namun Pasal 1336 KUH Perdata menyatakan bahwa “Jika tidak
Universitas Sumatera Utara
dinyatakan sesuatu sebab, tetapi ada suatu sebab yang halal, ataupun jika ada suatu sebab lain, daripada yang dinyatakan perjanjiannya namun demikian adalah sah”.
Dalam perjanjian sebab yang halal maksudnya isi kontrak tidak boleh
bertentangan dengan perundang-undangan yang sifatnya memaksa, ketertiban umum, dan atau kesusilaan. Misalnya jual beli bayi adalah tidak sah karena bertentangan
dengan norma-norma tersebut.
2. Unsur-unsur perjanjian kerja