mengatur secara tegas masalah perlindungan hukum antara Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia PJTKI dan Tenaga Kerja Indonesia TKI, sehingga
mendapat jaminan dari undang-undang. Dari judul permasalahan dan hasil penelitian tersebut diatas memang terdapat
kemiripan, kususnya mengenai perjanjian kerja antara perusahaan dengan tenaga kerja. Judul yang penulis teliti yaitu Perlindungan hukum mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam perjanjian kerja pada perusahaan, Maka dengan demikian penelitian ini dapat dijamin keasliannya serta dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka teori
Teori merupakan suatu sistem yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lain atau berbagai ide yang memadatkan dan
mengorganisasi pengetahuan tentang dunia. Ia adalah cara yang ringkas untuk berpikir tentang dunia itu bekerja.
9
Kerangka teori merupakan kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesisi, si penulis mengenai sesuatu ataupun permasalahan problem, yang bagi
9
Neuman dalam H.R. Otje Salman S., Arton F. Samson, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka kembali, Bandung : Refika Aditama, 2005, hlm. 22.
Universitas Sumatera Utara
si pembaca menjadi bahan perbandingan pasangan teoritis, yang mungkin disetujui maupun tidak disetujuinya dan ini merupakan masukan eksternal bagi pembaca.
10
Munculnya hukum perlindungan buruh merupakan bukti bahwa secara sosial doktrin laissez-faire yakni negara tidak boleh melakukan intervensi ke dalam bidang
ekonomi kecuali untuk menjaga keamanan dan ketertiban, yang mana konsep negara yang dominan waktu itu adalah Negara Penjaga Malam The Night Watchman State,
sudah mulai ditinggalkan atau setidaknya tidak lagi dapat diterapkan secara mutlak. Mulai muncul kesadaran bahwa negara harus intervensi dalam hubungan buruh-
majikan. M. G. Rood berpendapat bahwa undang-undang perlindungan buruh merupakan contoh yang memperlihatkan ciri utama hukum sosial yang didasarkan
pada teori ketidakseimbangan kompensasi. Teori ini bertitik-tolak pada pemikiran bahwa antara pemberi kerja dan penerima kerja ada ketidaksamaan kedudukan secara
sosial-ekonomis. Penerima kerja sangat tergantung pada pemberi kerja. Maka hukum perburuhan memberi hak lebih banyak kepada pihak yang lemah daripada pihak yang
kuat. Hukum bertindak tidak sama kepada masing-masing pihak dengan maksud agar terjadi suatu keseimbangan yang sesuai.
11
Sehingga kedua belah pihak dapat saling mengisi dalam pemenuhan hak dan kewajiban tanpa adanya pihak yang merasa
dirugikan karena kedudukan yang tidak sama, maka dengan sendirinya akan tercipta keadilan yang dicita-citakan para pihak.
10
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Mandar Maju, 1994, hlm. 27.
11
Marsen S. Naga, “Hukum Sebagai Perangkap Gerakan Buruh”, http: pukmusashi.blogspot.com200605hukum-sebagai-perangkap-gerakan-buruh.html, tanpa halaman,
diakses tanggal 30 April 2011.
Universitas Sumatera Utara
John Rawls, mengemukakan konsep keadilan sebagai fairness. Teori ini berdasarkan suatu anggapan mengenai kedudukan asal, dimana setiap orang duduk
untuk merundingkan suatu perjanjian yang berisi aturan-aturan yang harus ditaati para pihak. Perjanjian berlangsung diantara pribadi-pribadi yang bebas dan mandiri
dalam kedudukan yang sama dan karena itu mencerminkan integritas dan otonomi yang sama dari pribadi-pribadi rasional yang mengadakan perjanjian tersebut. Teori
John Rawls ini, memperhatikan kepada hak dan kewajiban secara seimbang dalam masyarakat, sehingga setiap orang berpeluang memperoleh manfaatnya. Prinsip yang
terpenting adalah keadilan yang berfungsi sebagai panduan kesepakatan yang patut.
12
2. Landasan Konsepsional