berkali-kali. Pada Tahun 1957, didirikan pula Lembaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Pada Tahun 1970, Undang-Undang Nomor 1 Tantang Keselamatan Kerja
diundangkan. Undang-undang ini mengganti ”Veiligheidsreglement” Tahun 1910. Pada Tahun 1973 berdiri Ikatan Higene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja K3, yang menghimpun juga profesi dalam keselamatan kerja. Laboratorium keselamatan kerja telah dibangun sejak Tahun 1969 sampai sekarang. Dalam usia 10
tahun akhir-akhir ini, berkembang pula organisasi-organisasi keselamatan kerja ditingkat perusahaan-perusahaan. Pada Tahun 1975, seminar Nasional Higene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja mengambil tema “Penerapan Keselamatan Kerja Demi Pembangunan”.
67
2. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Secara Umum
Perlindungan terhadap tenaga kerja berguna untuk dapat mempertahankan produktivitas dan kestabilan perusahaan. Perlindungan pekerja dapat dilakukan, baik
dengan jalan memberikan tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia. Perlindungan fisik dan teknis serta sosial dan ekonomi
melalui norma yang berlaku dalam lingkungan kerja, mencakup:
68
1. Norma keselamatan kerja, yang meliputi keselamatan kerja yang bertalian
dengan mesin, pesawat, alat-alat kerja bahan dan proses pengerjaannya, keadaan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan.
67
Ibid, hlm. 25
68
Zainal Asikin, et. al., Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1993, hlm. 96.
Universitas Sumatera Utara
2. Norma kesehatan kerja dan Heigiene Kesehatan Perusahaan, yang meliputi
pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian obat-obatan, perawatan tenaga kerja yang sakit.
Mengatur persediaan tempat, cara dan syarat kerja yang memenuhi heigiene kesehatan perusahaan dan kesehatan pekerja untuk mencegah penyakit, baik
sebagai akibat bekerja atau penyakit umum serta menetapkan syarat kesehatan bagi perumahan pekerja.
3. Norma kerja yang meliputi perlindungan terhadap tenaga kerja yang bertalian
dengan waktu bekerja, sistem pengupahan, istirahat, cuti, kerja wanita, anak, kesusilaan ibadah menurut agama keyakinan masing-masingyang diakui oleh
pemerintah, kewajiban sosial kemasyarakatan dan sebagainya guna memelihara kegairahan dan moril kerja yang menjamin daya guna kerja yang tinggi serta
menjaga perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral. 4.
Kepada Tenaga Kerja yang mendapat kecelakaan dan atau menderita penyakit kuman akibat pekerjaan, berhak atas ganti rugi perawatan dan rehabilitasi
akibat kecelakaan dan atau penyakit akibat pekerjaan, ahli warisnya berhak mendapat ganti kerugian.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu program untuk melindungi yang dibuat bagi pekerjaburuh maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan
Preventif bagi timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
69
Tujuan utama keselamatan dan kesehatan kerja adalah mencegah, mengurangi bahkan menghilangkan resiko kecelakaan kerja Zero Accident. Maksud utama
dibutuhkannya Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 adalah untuk mencegah terjadinya cacatkematian pada tenaga kerja, mencegah kerusakan tempat dan
peralatan kerja, mencegah pencemaran lingkungan dan masyarakat disekitar tempat kerja, dan norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang menciptakan
dan memelihara derajat kesehatan kerja.
70
Menurut Mangkunegara, tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 adalah:
71
1. Agar setiap tenaga kerja mendapat jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
K3 baik secara fisik, sosial dan psikologis. 2.
Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja dipergunakan sebaik-baiknya. 3.
Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. 4.
Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi tenaga kerja.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.
69
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 170.
70
“Maksud Dan Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja”, http:habibiezone.wordpress.com 20101006969, tanpa halaman, diakses pada tanggal 8 April
2011.
71
“Jurnal Manajemen, Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Bahan Kuliah Manajemen”, http:jurnal-sdm.blogspot.com200910kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.html, hlm. 1, diakses
pada tanggal 8 April 2011.
Universitas Sumatera Utara
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja. 7.
Agar setiap tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
a. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja Occupational Safety sehari-hari disebut dengan safety saja, yang secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya.
72
Menurut Suma’mur, dalam bukunya yang berjudul “Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan”, yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah:
73
“Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan pekerjaan”.
Keselamatan kerja termasuk dalam perlindungan teknis, yaitu perlindungan terhadap pekerja buruh agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh alat
kerja atau bahan yang dikerjakan. Peraturan yang mengatur tentang keselamatan kerja ini adalah Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, namun sebagian besar peraturan pelaksanaan undang-undang ini belum ada sehingga beberapa peraturan warisan
Hindia Belanda masih dijadikan pedoman dalam pelaksanaan keselamatan kerja di
72
Direktorat Sarana dan Prasarana Institut Teknologi Bandung, “Kesehatan Dan Keselamatan Kerja”,
http: kesehatandankeselamatankerja.blogspot.com200901pengertian-keselamatan-dan- kesehatan-kerja.html, hlm. 1, diakses pada tanggal 8 April 2011.
73
Suma’mur, Op. Cit., hlm. 1.
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Misalnya: Veiligheidsreglement, S. 1910 No. 406 yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan S. 1931 No. 168 yang kemudian setelah Indonesia
merdeka diberlakukan dengan Peraturan Pemerintah No. 208 Tahun 1947. Peraturan yang mengatur tentang keselamatan dan keamanan didalam pabrik dan tempat
kerja.
ikan terhadap manusia atau merusak
ahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan
ihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
76 74
Keselamatan kerja yang dimaksud adalah bebas dari kecelakaan Accident pada waktu bekerja ditempat kerja Occupational Safety means free from accident at
the place of work. Yang dimaksud dengan kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merug
harta benda. Tujuan keselamatan kerja adalah:
75
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesej produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.
3. Sumber produksi dipel
b. Kesehatan Kerja
Kesehatan merupakan nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai harganya. Oleh karena itu, setiap manusia ingin mendapatkan kesehatan dan
menjaganya agar terhindar dari segala penyakit yang dapat mengganggu segala
74
Ibid, hlm. 106.
75
J.H. Ritonga, Pengetahuan Dasar Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta: CV. Garut Narisi Corp, 1990, hlm. 5.
76
Billy N, “Dasar Hukum Keselamatan Dan Kesehatan Kerja”, http: hiperkes.wordpress.com, tanpa halaman, diakses pada tanggal 8 April 2011.
Universitas Sumatera Utara
aktivitas manusia itu sendiri dan kesehatan kerja senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit
atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berin
memandang peker
dan dapat ditekan dengan upaya-upaya di bidan
teraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya. Kesehatan kerja termasuk kedalam perlindungan sosial karena ketentuan-
ketentuan mengenai kesehatan kerja berkaitan dengan sosial kemasyarakatan, yaitu aturan-aturan yang bermaksud mengadakan pembatasan-pembatasan terhadap
kekuasaan pengusaha untuk memperlakukan pekerjaburuh “semaunya” tanpa memperhatikan norma-norma yang berlaku, dengan tidak
jaburuhnya sebagai mahluk Tuhan yang mempunyai hak asasi.
77
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat saling berkaitan. Pekerja yang menderita gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja cenderung lebih mudah
mengalami kecelakaan kerja. Menengok ke negara-negara maju, penanganan kesehatan pekerja sudah sangat serius. Mereka sangat menyadari bahwa kerugian
ekonomi Lost Benefit suatu perusahaan atau negara akibat suatu kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja sangat besar
g kesehatan dan keselamatan kerja.
78
Jadi kesehatan kerja bermaksud untuk melindungi atau menjaga pekerjaburuh dari kejadian atau keadaan hubungan kerja yang merugikan kesehatan dan kesusilaan
77
J.H. Ritonga, Op.cit., hlm. 87.
78
Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3, http:mily.wordpress.comkesehatan-dan-
keselamatan-kerja-k3, diakses tanggal 3 September 2011
Universitas Sumatera Utara
dalam hal pekerjaburuh melakukan pekerjaannya. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan yang dijalankan oleh pekerjaburuh untuk pengusaha dalam hubungan kerja
dengan menerima upah. Dalam suatu hubungan kerja, maksudnya adalah semua tenaga kerja yang tidak melakukan hubungan kerja dengan pengusaha tidak
mendapatkan perlindungan sosial sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomo
engarah kepada upaya kesehatan untuk
preventif atau kuratif terhadap penyakitgangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor
itempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja
pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu r 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
79
Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar kesehatan pada sektor industri saja melainkan juga m
semua orang dalam melakukan pekerjaannya. Suma’mur memberikan pengertian mengenai kesehatan kerja, yaitu:
80
“Merupakan spesialisasi ilmu kesehatankedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerjamasyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha
pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum”. Faktor resiko ditempat kerja berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi
kondisi kesehatan kerja. D sangat dipengaruhi oleh:
81
1. Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya
penempatan diperhatikan.
79
Billy N, Op.cit.
80
Direktorat Sarana dan Prasarana Institut Teknologi Bandung, op.cit., hlm. 1.
81
Ibid., hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
2. Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya. 3.
ik, gik, ergonomik maupun aspek psikososial.
1. matan kerja, maka yang dimaksud adalah yang
an. Salah penempatan tenaga kerja, misalnya si tenaga
yang etapi supaya lebih murah dibuat dari
againya. Lingkungan kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fis
kimia, biolo Secara umum unsur dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 adalah:
82
Keselamatan kerja Berbicara mengenai kesela
bertalian dengan kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja. Kecelakaan kerja ada 4 empat faktor, yaitu:
a. Faktor manusianya, dalam hal ini karena kurangnya keterampilan atau
kurangnya pengetahu kerja Lulusan Sekolah Teknologi Menengah STM akan tetapi ditempatkan
di bagian tata usaha. b.
Faktor materialnyabahannyaperalatannya, yakni misalnya bahan seharusnya terbuat dari besi, akan t
bahan lainnya sehingga dengan mudah dapat menimbulkan kecelakaan. c.
Faktor bahayasumber bahaya, yakni: 1.
Perbuatan berbahaya, misalnya karena methode kerja yang salah, keletihankelelahan, sikap kerja yang tidak sempurna dan seb
82
Sendjun H. Manulang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2001, hlm. 90.
Universitas Sumatera Utara
2. Kondisikeadaan berbahaya, yaitu keadaan yang tidak aman dari
mesinperalatan-peralatan, lingkungan, proses, sifat kerjaan. d.
Faktor yang dihadapi, yakni misalnya kurangnya pemeliharaanperawatan bekerja dengan sempurna.
esin, peralatan, bahan dan bangunan. rawatan korban.
yakni pada umumnya berupa penderitaan naga kerja yang bersangkutan, baik itu merupakan kematian,
juan untuk:
l.
kan oleh kondisi lingkungan kerja. mesin-mesinperalatan sehingga tidak bisa
Maka akibat yang disebabkan dari kecelakaan kerja adalah:
83
a. Kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain:
1. Kerusakankehancuran m
2. Biaya pengobatan dan pe
3. Tunjangan kecelakaan.
4. Hilangnya waktu kerja.
5. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi.
b. Kerugian yang bersifat non ekonomis,
manusia yaitu te lukacidera berat maupun luka ringan.
2. Kesehatan kerja
Merupakan bagian dari ilmu kesehatan yang bertu 1.
Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi- tingginya baik phisik, mental maupun sosia
2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang
disebab
83
Ibid, hlm. 92.
Universitas Sumatera Utara
3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerja atau pekerjaan dengan tenaga
dalah:
84
g terlalu tinggi datau terlalu rendah. urang memadai.
lu tinggi atau terlalu rendah. di tempat kerja.
berupa:
dan bentuk-bentuk lain. punyai sifat racun.
c. Faktor biologis, dapat berupa:
kerja. 4.
Meningkatkan produktifitas kerja. Sumber-sumber bahaya bagi kesehatan tenaga kerja a
a. Faktor phisik, yang dapat berupa:
1. Suara yang terlalu bising.
2. Suhu yan
3. Penerangan yang k
4. Ventilasi yang kurang memadai.
5. Radiasi.
6. Getaran mekanis.
7. Tekanan udara yang terla
8. Bau-bauan
9. Kelembaban udara.
b. Faktor kimia, dapat
1. Gasuap.
2. Cairan.
3. Debu-debuan.
4. Butiran kristal
5. Bahan-bahan kimia yang mem
84
Ibid, hlm. 94.
Universitas Sumatera Utara
1. Bakteri virus.
2. Jamur, cacing dan serangga.
yang hiduptimbul dalam lingkungan
ada waktu kerja. n yang
dengan tenaga kerja.
ang monoton.
enyenangkan. teman
3. Tumbuh-tumbuhan dan lain-lain
tempat kerja. d.
Faktor faalperubahan, dapat berupa: 1.
Sikap badan yang tidak baik p 2.
Peralatan yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan sikap bada tidak baik pada waktu kerja.
3. Peralatan yang tidak sesuai atau tidak cocok
4. Gerak yang senantiasa berdiri atau duduk.
5. Proses, sikap dan cara kerja y
6. Beban kerja yang melampaui batas kemampuan.
e. Faktor psikologis, dapat berupa:
1. Kerja yang terpaksadipaksakan yang tidak sesuai dengan kemampuan.
2. Suasana kerja yang tidak m
3. Pikiran yang senantiasa tertekan terutama karena sikap atasan atau
sekerja yang tidak sesuai. 4.
Pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkan kecelakaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 harus diterapkan dan dilaksanakan
disetiap tempat kerja. Penanggung jawab Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 ditempat kerja adalah pengusaha atau pimpinan atau pengurus tempat kerja, dan
pengurusannya dilaksanakan secara bersama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan
Universitas Sumatera Utara
dan seluruh pekerjaburuh. Bagi pekerjaburuh, adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja akan menimbulkan suasana kerja yang tentram sehingga
pekerjaburuh akan dapat memusatkan perhatiannya pada pekerjaannya semaksimal
B. ia
peraturan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3,
Undang
emikian hal-hal yang belum diatur dalam peratur
mungkin tanpa khawatir sewaktu-waktu akan tertimpa kecelakaan kerja.
85
Peraturan Yang Mengatur Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indones
Beberapa yaitu:
86
-Undang
1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-undang ini diundangkan untuk menggantikan Veiligheidsregement Tahun 1910 stb. No. 406. UUK No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja ini
tidak secara tegas dicabut, dengan d an pelaksana lainnya maka ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UU No. 1
Tahun 1970 dianggap masih berlaku.
87
UUK No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja mengalami pembaharuan dan perluasan, yaitu: 1 perluasan ruang lingkup, 2 perubahan pengawasan yang
85
Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, Jakarta
turanPerundang-Undangan,KeselamatandanKesehatanKerja, diakses tanggal 25 Agustus
Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Medan: USU Press, 2010, hlm. 73.
: PT. RajaGrafindo Persada, 2008, hlm. 104.
86
http:www.scribd.comcom12966864Peraturan-PerundangUndangan-K3, HimpunanPera
2011
87
Universitas Sumatera Utara
bersifat represif menjadi preventif,
88
3 perumusan teknis yang lebih tegas, 4 penyesuaian tata usahaadministrasi yang diperlukan bagi pelaksana pengawas. 5
tambah
akaian, penyim
barang dan manusia, usaha penyelam, pekerjaan dengan tekanan udara atau suhu tinggirendah, pekerjaan dalam tangki atau lubang, serta di tempat kerjanya yang
an pengaturan pembinaan keselamatan kerja bagi manajemen dan tenaga kerja, 6 tambahan pengaturan pemungutan retribusi tahunan.
89
Ruang lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, dan undang-
undang ini mencakup di semua tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara di wilayah negara Republik Indonesia.
Karena sumber bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang berada di tempat kerja harus dikendalikan melalui penerapan syarat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 sejak tahap perencanaan, proses produksi, pemeliharaan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasaran, pem
panan, pembongkaran dan pemusnahan bahan, produk teknis dan alat produksi yang mendukung dan dapat menimbulkan bahaya dan kecelakaan.
90
Syarat keselamatan kerja diberlakukan di tempat kerja yang memakai antara lain peralatan yang berbahaya, pekerjaan konstruksi dan perawatan bangunan, usaha
pertanaman kehutanan dan perikanan, usaha pertambangan, usaha pengangkutan
88
Ibid, hlm. 77.
89
Ibid
90
Ibid
Universitas Sumatera Utara
terdapat atau menyebarkan suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar, radiasi, suara dan getaran.
91
Maka untuk menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 di tempat kerja yang menggunakan alat atau bahan yang berbahaya dan beracun atau lingkungan
tempat kerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan, maka berbagai persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 perlu dipenuhi.
92
Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja ada ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja, untuk:
93
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian lain yang berbahaya. e.
Memberi pertolongan pada kecelakaan. f.
Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja. g.
Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca sinar atau
radiasi, suara dan getaran.
91
“Peraturan perundang-udangana mengenai Keselamatan dan kesehatan kerja”, http: www.docstoc.comdocs37727358PERATURAN-PERUNDANG-UNDANGAN-DIBIDANG K3,
diakses tanggal 25 Mei 2011.
92
Ibid
93
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Universitas Sumatera Utara
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun phychis, infeksi dan penularan. i.
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. j.
Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik. k.
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. l.
Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban. m.
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang. o.
Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. p.
Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. 2.
Undang-undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-undang ini mengatur tentang landasan, asas, dan tujuan, kesempatan dan perlakuan yang sama, perencanaan tenaga kerja, pelatihan kerja, penempatan
tenaga kerja, perluasan kesempatan kerja, penggunaan tenaga kerja asing, hubungan kerja, perlindungan, pengupahan dan kesejahteraan, hubungan industrial, pemutusan
Universitas Sumatera Utara
hubungan kerja, pembinaan, pengawasan, penyidikan ketentuan pidana dan sanksi administrasi, dan ketentuan peralihan. Dalam undang-undang ini perlindungan hak
normatif bagi tenaga kerja yaitu diatur dalam Bab X tentang perlindungan, pengupahan dan kesejahteraan.
1. Perlindungan.
a. Perlindungan pekerjaburuh
1. Perlindungan terhadap penyandang cacat
Pekerja cacat oleh undang-undang diberi perlindungan dan jaminan untuk melakukan hubungan kerja dengan majikanpengusaha. Pasal 67 Undang-Undang
Ketenagakerjaan dengan tegas menyebutkan terhadap pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan
sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya. Perlindungan sebagai mana dimaksud misalnya penyediaan aksesibilitas, pemberian alat kerja, dan alat pelindung diri yang
disesuaikan dengan jenis dan derajat kecacatannya tersebut.
94
Ketentuan ini lahir sebagai usaha pemerintah menegakkan jaminan kepastian bagi setiap tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak
sesuai dengan kemanusiaan, sebagaimana amanat UUD NKRI Tahun 1945 dalam Pasal 27 ayat 2 dan 28 D ayat 2. Kategori penyandang cacat terdiri dari:
95
94
Agusmidah, Op. Cit., hlm. 56.
95
Ibid, hlm. 58.
Universitas Sumatera Utara
a. Penyandang cacat fisik.
Cacat fisik adalah kecacatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh, antara lain gerak tubuh, penglihatan, pendengaran, dan
kemampuan bicara. b.
Penyandang cacat mental. Cacat mental adalah kelainan mental danatau tingkah laku, baik cacat
bawaan maupun akibat dari penyakit. c.
Penyandang cacat fisik dan mental. Cacat fisik dan mental adalah keadaan seseorang yang menyandang dua
jenis kecacatan sekaligus. 2.
Perlindungan terhadap pekerja anak Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Ketenagakerjaan mendefinisikan anak
adalah “Setiap orang yang berumur dibawah 18 delapan belas tahun”. Secara khusus Undang-Undang Ketenagakerjaan memberi batasan tentang pekerja anak,
batasan yang dapat digunakan antara lain:
96
a. Pekerja anak adalah anak-anak yang bekerja baik sebagai tenaga upahan
maupun pekerja keluarga. b.
Pekerja anak adalah anak yang bekerja disektor formal maupun informal dengan berbagai status hubungan kerja.
96
Ibid, hlm. 62.
Universitas Sumatera Utara
Pengusaha dilarang mempekerjakan anak, kecuali bagi anak yang berumur antara 13 tiga belas tahun sampai dengan 15 lima belas tahun untuk:
97
a. Melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu
perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial Pasal 68 dan 69 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. b.
Untuk mengembangkan bakat dan minat. Pengusaha yang mempekerjakan anak untuk mengembangkan bakat dan
minatnya wajib memenuhi syarat: a.
Dibawah pengawasan langsung orang tuawali. b.
Waktu kerja paling lama 3 tiga jam sehari. c.
Kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan fisik, mental, sosial, dan waktu sekolah.
c. Khusus bagi anak yang berusia minimum 14 tahun, untuk pekerjaan
yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang.
Pasal 72 Undang-Undang Ketenagakerjaan menetapkan dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan pekerjaburuh dewasa, maka tempat
kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja pekerjaburuh dewasa.
98
97
Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004, hlm. 101.
98
Agusmidah, Op. Cit., hlm. 65.
Universitas Sumatera Utara
3. Perlindungan terhadap pekerja perempuan
Perlindungan terhadap pekerja perempuan secara keseluruhan terkait dengan perlindungan ekonomis, perlindungan sosial dan perlindungan teknis. Perlindungan
ekonomis diantaranya menyangkut upah dan tunjangan lainnya tidak boleh dibedakan dengan pekerja laki-laki untuk jenis pekerjaan dan jabatan yang sama, selain itu
terhadap perempuan yang menjalankan masa istirahat dikarenakan haid, malahirkan atau keguguran kandungan tetap mendapat upah penuh.
99
b. Perlindungan jam kerja dan waktu istirahat Waktu kerja dan waktu istirahat merupakan jaminan perlindungan
pekerjaburuh di tempat kerja guna menghindari adanya perlakuan tidak manusiawi atas pekerjaburuh atas jam kerja berlebihan sehingga dapat mengganggu kesehatan
dan keselamatan.
100
1. Waktu kerja
Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Kecuali
bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu misalnya pengeboran minyak lepas pantai, sopir angkutan jarak jauh, penerbangan jarak jauh, pekerjaan dikapal laut atau
penebangan hutan. Pasal 77 Undang-Undang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja apabila dilakukan
penyimpangan atas jam kerja tersebut maka pengusaha harus mengajukan izin dari
99
Ibid, hlm. 68.
100
Ibid, hlm. 69.
Universitas Sumatera Utara
lembaga yang berwenang dan harus melakukan pembayarankompensasi sesuai peraturan tentang kerja lembur dan upah kerja lembur.
101
2. Waktu istirahat
Pengusaha wajib memberikan waktu istirahat bagi pekerjaburuh, sebagai berikut:
102
a. Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja
4 empat jam terus-menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja.
b. Istirahat mingguan 1 satu hari untuk 6 enam hari kerja dalam 1 satu
minggu atau 2 dua hari untuk 5 lima hari kerja dalam 1 satu minggu. Selain istirahat, pekerjaburuh berhak atas cuti untuk tidak melaksanakan
pekerjaannya, yaitu: 1.
Cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 dua belas hari kerja setelah pekerjaburuh yang bersangkutan bekerja selama 12 dua belas bulan
secara terus-menerus. 2.
Istirahat panjang, sekurang-kurangnya 2 dua bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan, masing-masing 1 bulan bagi
pekerjaburuh yang telah bekerja selama 6 enam tahun secara terus- menerus pada perusahaan yang sama.
101
Ibid.
102
Ibid, hlm. 72.
Universitas Sumatera Utara
c. Perlindungan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3
Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 merupakan jenis perlindungan pencegahan Preventif yakni pengawasan yang dilakukan sebelum
terjadinya penyelewengan-penyelewengan, kesalahan-kesalahan, dan sebelum suatu pekerjaan dilaksanakan dengan memberi pedoman-pedoman pelaksanaan, yang
diterapkan untuk mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
103
Pengusaha diwajibkan memberikan hak pekerja yakni melindungi Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 tenaga kerja sesuai dengan Pasal 86 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Perlindungan yang diperoleh tenaga kerja yakni:
104
a. Keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Moral dan kesusilaan.
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama. Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 diselenggarakan untuk melindungi
keselamatan pekerjaburuh guna mewujudkan produktifitas kerja yang optimal. Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 dimaksudkan untuk memberikan
jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerjaburuh dengan
103
Sendjun H. Manulang, Op. Cit., hlm. 83.
104
Ibid
Universitas Sumatera Utara
cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
105
2. Pengupahan
Upah adalah pembayaran yang diterima pekerjaburuh selama ia bekerja dan dipandang melakukan pekerjaan. Bagi pekerjaburuh yang terpenting adalah upah
dalam bentuk uang riil yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, karena upah tersebut diperlukan untuk kehidupannya bersama keluarga.
106
Setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang layak bagi kemanusiaan Pasal 88 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
dalam hal ini ukuran layak adalah relatif. Bentuk perlindungan upah antara lain perlindungan upah saat hari libur resmi Pasal 92 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan dan perlindungan upah yang lainnya adalah denda Pasal 95, Pasal 96 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerjaburuh karena kesengajaan atau kelalaiannya dapat dikenakan denda. Pengusaha yang karena
kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu dari uapah pekerjaburuh.
Pemerintah mengatur pengenaan kepada pengusaha danataupekerja atau buruh dalam pembayaran upah.
107
105
Ibid
106
Asri Wijayanti, Op. Cit., hlm. 65.
107
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Upah Minimum Kota UMK Medan sebesar Rp 1,19 juta, ketentuan upah ini telah diberlakukan mulai 1 Januari 2011. UMK Medan 2011 ini mengalami kenaikan
sekitar 9 dari standar UMK 2010 yang disetujui sebesar Rp 1,1 juta. Kenaikan yang diajukan ini sudah disepakati Asosiasi Perusahaan Indonesia APINDO dan kaum
buruh yang diwakili sejumlah organisasi buruh.
108
3. Kesejahteraan
Perwujudan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 yang ditujukan sebagai program perlindungan khusus bagi tenaga kerja, yaitu dibuatlah Jamsostek.
Jamsostek adalah suatu program perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau
berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal
dunia.
109
Setiap tenaga kerja dan keluarganya berhak mendapatkan Jaminan Sosial Tenaga Kerja untuk kesejahteraan sesuai dengan Pasal 99 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, yakni dengan mengikut sertakan pekerja dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek yang meliputi:
108
Medan Talk, ”UKM Medan 2011 Diajukan Sebesar Rp. 119 Juta”, http:www.medantalk. comumk-medan-2011-diajukan-sebesar-rp-119-juta, tanpa halaman, diakses pada tanggal 10 Mei
2011.
109
Adrian Sutedi, Op.cit., hal. 173.
Universitas Sumatera Utara
a. Jaminan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja yang merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Jaminan kecelakaan
ini, memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat kerja sampai tiba kembali dirumah atau
menderita penyakit akibat hubungan kerja.
110
Besarnya jaminan kecelakaan kerja adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Sementara itu, biaya 1 pengangkutan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja ke rumah sakit dan atau kerumahnya,
termasuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan, dan 2 pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan selama di rumah sakit, termasuk rawat jalan dibayar
terlebih dahulu oleh pengusaha.
111
b. Jaminan Kematian
Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, keluarganya berhak atas jaminan kematian Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Nomor
3 Tahun 1992, penegasan ini perlu, sebab apabila tenaga kerja meninggal dunia akibat kecelakaan kerja, maka keluarganya berhak atas santunan akibat kecelakaan
kerja termasuk santunan kematian. Dalam ayat 2 ditegaskan bahwa jaminan kematian meliputi: a biaya pemakaman, dan b santunan berupa uang, sedangkan
110
Abdul Rachmad Budiono, Op. Cit., hlm. 240.
111
Ibid
Universitas Sumatera Utara
besarnya jumlah jaminan kematian ditegaskan dalam Pasal 22 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993.
112
c. Jaminan Hari Tua
Jaminan hari tua dibayarkan sekaligus atau berkala, kepada tenaga kerja karena 1 tenaga kerja telah mencapai usia 55 tahun, atau 2 cacat total tetap setelah
ditetapkan oleh dokter Pasal 14 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992.
113
Besarnya jaminan hari tua adalah keseluruhan iuran yang telah disetor, beserta hasil pengembangannya Pasal 24 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun
1993 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
114
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Dalam Pasal 16 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, ditegaskan bahwa a tenaga kerja, b suami atau istri, dan c anak, berhak memperoleh
jaminan pemeliharaan kesehatan. Sesuai dengan Pasal 33 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja, bahwa anak yang berhak atas jaminan pemeliharaan kesehatan sebanyak-banyaknya 3 tiga orang. Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja,
dan yang merupakan salah satu program jamsostek yang membantu tenaga kerja dan keluarganya mengatasi masalah kesehatan. Setiap tenaga kerja yang telah mengikuti
program jaminan kecelakaan kerja akan diberikan kartu pemeliharaan kesehatan sebagai bukti untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Manfaat dari jaminan
112
Ibid, hlm. 244.
113
Ibid, hlm. 245.
114
Ibid
Universitas Sumatera Utara
kecelakaan kerja ini adalah bahwa perusahaan dapat memiliki tenaga kerja yang sehat, dapat berkonsentrasi dalam bekerja sehingga lebih produktif.
115
Peraturan Pemerintah
1. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan 2.
Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurniadan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
Peraturan Menteri
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.03MEN1978
tentang Penunjukan dan Wewenang, Serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.01MEN1980
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan 3.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.02MEN1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja 4.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No. Per.05MEN1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
115
Ibid
Universitas Sumatera Utara
5. Peraturan Menteri tenaga Kerja R.I. No. Per.01MEN1998 tentang
Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi tenaga Kerja Dengan Manfaat Lebih dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Keputusan Menteri Tentang K3
1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. : Kep. 155MEN1984
TentangPenyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Dan Transmigrasi Nomor Kep.125MEN82, Tentang Pembentukan, Susunan Dan Tata Kerja Dewan
KeselamatanDan Kesehtan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Wilayah Dan Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja 2.
Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja Dan Menteri Pekerjaan Umum No.: Kep.174MEN1986. No.: 104KPTS1986 tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi 3.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No.:Kep.235MEN2003 Tentang Jenis-Jenis Pekerjaan Yang Membahayakan
Kesehatan, Keselamatan Atau Moral Anak
Instruksi Menteri
1. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins.11MBW1997 tentang Pengawasan
Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran
Universitas Sumatera Utara
Surat Edaran dan Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial Dan PengawasanKetenagakerjaan
1. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Dan
PengawasanKetenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja R.I. No. : Kep. 84BW1998 Tentang Cara Pengisian Formulir Laporan dan Analisis Statistik
Kecelakaan 2.
Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan PengawasanKetenagakerjaan No.: Kep.311BW2002 tentang Sertifikasi
Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik
C. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 di
Perusahaan 1.
Keselamatan di tempat kerja
Jika di tempat kerja tidak ada usaha untuk meningkatkan keselamatan, perusahaan harus aktif dengan segala organisasinya untuk membuat tempat kerja
yang ada lebih selamat. Peningkatan keselamatan kerja di tempat kerja adalah perencanaan yang baik oleh pimpinan perusahaan, penerapan cara-cara kerja yang
aman oleh tenaga kerja, keteraturan atau ketata rumah tanggaan yang baik, dan pemasangan pagar pengaman atau pelindung terhadap mesin-mesin yang
berbahaya.
116
116
Suma’mur, Op. Cit., hlm. 311.
Universitas Sumatera Utara
Di perusahaan, pimpinan perusahaan harus menetapkan apa yang harus dilakukan tentang permasalahan tersebut dan memberikan instruksi yang diperlukan.
Pada perusahaan besar mungkin terdapat bagian keselamatan dalam organisasi perusahaan atau seorang ahli keselamatan kerja untuk mengalakkan kegiatan
keselamatan kerja, sedangkan bagi perusahaan kecil, prisip-prinsip demikian tetap berlaku, tetapi organisasinya lebih sederhana.
117
Kebiasaan-kebiasaan bekerja secara benar harus ditimbulkan oleh latihan kerja yang tepat dan selanjutnya diteruskan dalam praktek di tempat kerja.
Keteraturan dan ketata rumah tanggaa, sebagaimana juga alat-alat pengaman penting bagi produksi dan juga keselamatan. Mengenai aspek psikologis, kondisi kerja yang
berakibat ketenangan mental sangat membantu meningkatkan keselamatan di tempat kerja.
118
2. Pedoman Keselamatan Kerja