kelompok ini menjadi buruk tetapi juga memberi kesempatan kepada mereka yang memproduksinya untuk melakukan tindakan tertentu. Keempat, stereotip, adalah
penyamaan sebuah kata yang menunjukkan sifat-sifat negatif atau posistif tetapi umumnya negatif dengan orang, kelas, atau perangkat tindakan.
Stereotip merupakan praktik representasi yang menggambarkan sesuatu dengan penuh prasangka, konotasi negatif dan bersifat subyektif dalam Sutan,
200. Perempuan misalnya distereotipkan sebagai lemah, tidak mandiri, bodoh, emosional, dan sebaliknya laki -laki distereotipkan sebagai kuat, mandiri, rasional,
dan stereotip ini menempatkan suatu kelompok lebih baik dan kelompok lain lebih buruk. Representasi yang bias ini terjadi karena faktor -faktor dominan yang
masih melekat pada para pengelola media yakni latar belakang pendidikan, budaya dan agama yang mempengaruhi pola pikir mereka dalam memproduksi
pesan. Latar belakang ini menghasilkan pola pikir yang bias gender dan dengan sendirinya menghasilkan produk pesan yang bias gender.
2.1.3 Respon Psikologi Warna
Warna merupakan simbol yang menjadi penandaan dalan suatu hal. Warna juga boleh dianggap sebagai suatu fenomena psikologi. Respon psikologi dari
masing-masing warna: 1.
Merah : power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresif, bahaya.
2. Biru
: kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, dan keteraturan.
3. Hijau
: alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan.
4. Kuning
: optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran, pengecut, penghianatan.
5. Ungu
: spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi, kekerasan, keangkuhan.
6. Orange
: energi, keseimbangan, kehangatan. 7.
Coklat : tanahbumi, reability, comfort, daya tahan.
8. Abu-abu : intelek, masa depan, kesederhanaan, kesedihan.
9. Putih
: kesucian, kebersihan, ketepatan, steril, kematian. 10. Hitam
: power, seksualitas, kecanggihan, misteri, ketakutan, kesedihan,
keanggunan. http:www.toekangweb.or.id?07-tips-bentuk warna.html
2.1.4 Kekerasan
Kekerasan merujuk pada tindakan agresi dan pelanggaran penyiksaan, pemerkosaan,
pemukulan , dll. yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk
menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, dan - hingga batas tertentu - kepada binatang dan harta-benda. Istilah kekerasan juga berkonotasi
kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak Wikipedia, 2009. Kekerasan pada dasarnya tergolong ke dalam dua bentuk 1. kekerasan
sembarang, yang mencakup kekerasan dalam skala kecil atau yang tidak terencanakan, dan 2. kekerasan yang terkoordinir, yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok baik yang diberi hak maupun tidak seperti yang terjadi
dalam perang yakni kekerasan antar-masyarakat dan terorisme.Wikipedia, 2009.
Menurut Johan Galtung, kekerasan terjadi apabila manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehingga jasmani dan mental aktualnya berada dibawah realisasi
potensialnya. Kata-kata kunci yang peril diterangkan yaitu actualnyata dan potensial mungkin, dibiarkan serta dibatasi tanpa disingkirkan. Dalam kamus
umum bahasa Indonesia, kekerasan siartikan sebagai sifat atau hal yang keras, kekuatan dan paksaan. Sedangkan berarti tekanan, desakan yang keras. Jadi
kekerasan berarti mambawa kekuatan, paksaan dan tekanan Poerwadarminta, 1999:102. Sedangkan dalam Bahasa Inggris, kekerasan violence berarti sebagai
suatau seranganinvasi fisik ataupun integritas mental psikologis seseorang Englander dalam Saraswati, 2006:13.
Ada dua jenis kekerasan menurut Kompas 1993 dalam penelitian Paul Joseph I.R 1996:37 yaitu kekerasan verbal dan non verbal. Kekerasan verbal
adalah kekerasan yang berbentuk kata-kata, kategori kekerasan verbal meliputi, umpatan, hinaan dan segala perkataan yang menyebabkan lawan bicara
tersinggung, emosi dan marah. Sedangkan kekerasan non verbal adalah kekerasan melalui bahasa tubuh, tindakan, intonasi dan kecepatan suara.
Sejak Revolusi Industri, kedahsyatan peperangan modern telah kian meningkat hingga mencapai tingkat yang membahayakan secara universal. Dari
segi praktis, peperangan dalam skala besar-besaran dianggap sebagai ancaman
langsung terhadap harta benda dan manusia, budaya, masyarakat, dan makhluk hidup lainnya di muka bumi.
Secara khusus dalam hubungannya dengan peperangan, jurnalisme, karena kemampuannya yang kian meningkat, telah berperan dalam membuat kekerasan
yang dulunya dianggap merupakan urusan militer menjadi masalah moral dan menjadi urusan masyarakat pada umumnya.
Transkulturasi , karena teknologi
modern, telah berperan dalam mengurangi relativisme moral
yang biasanya berkaitan dengan nasionalisme, dan dalam konteks yang umum ini, gerakan
antikekerasan internasional telah semakin dikenal dan diakui peranannya.
2.1.5 Jenis-Jenis Kekerasan