Sumber Daya Manusia SDM Penenun Ulos

Bentuk dan ukuran kain ulos untuk tiap daerah suku Batak pada umumnya hampir sama. Bentuknya adalah seperti selendang, dengan ukuran ada yang besar dan ada yang kecil. Kedua ujung kain ulos tersebut terdapat rambai-rambai. Beda kain ulos antara satu daerah dengan daerah lainnya hanya terdapat pada nama dan motif serta komposisi warna saja. Ulos yang paling tinggi nilainya adalah ukuran besar yang disebut ulos raja, karena selain ukurannya besar, kualitasnya lebih tinggi, sehingga harganya mahal. Ulos raja ini kalau di Tapanuli Utara disebut Ragi Idup, di Simalungun dan Tapanuli Selatan disebut Ragi Santik. Ukuran ulos ini panjangnya ± 2 meter dan lebar ± 90 cm. 23

3.3 Sumber Daya Manusia SDM Penenun Ulos

Menenun Ulos menjadi mata pencaharian utama masyarakat Sigaol sebelum tahun 1970 hingga sampai sekarang. Pekerjaan sebagai penenun ulos sudah menjadi kehidupan sehari-hari mereka yang mampu memberikan hasil bagi mereka. Sebelum masyarakat Sigaol beralih profesi menjadi pengrajin ulos, mereka sangat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meskipun mereka banyak melakukan pekerjaan seperti menangkap ikan, beternak, berladang, dan berdagang tidak menjamin mereka memperoleh uang setiap harinya, padahal kebutuhan sehari-hari wajib dibeli. Menjadi seorang nelayan tidaklah selalu memperoleh hasil, karena 23 Dakung, Sugiarto, Ulos, Jakarta : Proyek Media Kebudayaan Jakarta Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1982, hlm, 50. Universitas Sumatera Utara menjadi seorang nelayan harus bergantung terhadap cuaca. Begitu juga dengan pekerjaan yang lain tidak selalu menghasilkan. Setelah mereka beralih profesi menjadi seorang pengrajin ulos, mereka tidak kesulitan lagi dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari, karena ulos ini sangat cepat dijual dan ulos ini juga sangat laku di jual kemana saja karena pada saat itu ulos sangat banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Ulos ini menjadi salah satu alat yang digunakan oleh masyarakat Sigaol dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena ulos ini sangat cepat menghasilkan uang, tergantung kecepatan sipengrajin ulos dalam menenun ulos tersebut. Melihat keuntungan dari hasil ulos yang cukup memuaskan maka masyarakat Sigaol semakin tertarik dalam menenun ulos. Bahkan anak-anaknya yang masih Sekolah Dasar SD, juga yang tidak tahu baca buta huruf diajari untuk menenun ulos. Bahkan para orang tua beranggapan bahwa apabila orang tua tersebut tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya, maka orang tua tersebut tidak takut apabila anak tersebut sudah besar dan berkeluarga dalam mencari nafkahnya tidak akan kesulitan lagi. Karena anak tersebut sudah dibekali cara menenun ulos. Setiap tahunnya pengrajin ulos di Desa Sigaol semakin banyak dan rame untuk mengerjakannya karena hasil daripada ulos tersebut menjanjikan bagi perekonomian mereka. Pekerjaan sebagai penenun ulos bukan hanya dikerjakan oleh orang tua, tetapi juga dikerjakan oleh anak muda, bapak-bapak, dan orang-orang yang sudah cukup umur untuk mengerjakan hal tersebut. Jumlah penduduk Desa Sigaol sebanyak 665 jiwa, dan hampir semua penduduk Desa Sigaol mengerjakan hal Universitas Sumatera Utara tersebut. Karena pekerjaan sebagai pengrajin ulos memberikan jaminan bagi kehidupan sosial ekonomi yang mensejahterakan masyarakat Sigaol. Para pengrajin ulos sebagian ada sebagian ada yang tidak mengecam pendidikan, ada juga yang hanya tamat Sekolah Dasar SD. Penduduk Sigaol berjumlah 665 jiwa, dari 665 jiwa tersebut hanya 89 orang yang mengecam pendidikan Sekolah Dasar, 30 orang menduduki Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP, kemudian 546 orang tidak mengecam pendidikan atau dapat dikatakan tidak tahu baca buta huruf.

3.4 Modal Awal Yang dibutuhkan