a. Tahap Persiapan
Tahapan pertama pembuatan kain Ulos adalah menyiapkan bahan dasarnya. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut:
1. Pengadan kapas, pada zaman dahulu, kapas ditanam oleh masyarakat
dengan cara bertani. Namun saat ini, kapas biasanya didapat dengan membeli kepada penjual kapas.
2. Kapas kemudian dipromosikan, hal ini bertujuan agar kapas mulai
berkembang, sehingga memudahkan pemintal membentuk keseragaman ukuran benang.
3. Dilanjutkan dengan pemintalan, pemintalan benang menggunakan alat
yang disebut sorha. Untuk mengoperasikannya, dibutuhkan dua orang untuk mengerjakannya. Satu orang memintal benang, dan satunya lagi
memutar sorha. Namun seiring perkembangan zaman, sorha telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga pemintalan benang dapat
dilakukan dengan tenaga satu orang saja.
b. Pewarna
Pewarnaan merupakan salah satu proses paling rumit dalam pembuatan warna benang Ulos. Proses pewarnaan menggunakan bahan-bahan alami sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama, berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Kegiatan untuk mendapatkan warna merah disebut “manubar” dan untuk
mendapatkan warna hitam disebut “ mansop”. Ciri khas warna ulos Batak Toba ada 3
Universitas Sumatera Utara
warna yaitu : warna merah melambangkan simbol hidup dan kehidupan, Putih adalah simbol dan lambang kepribadian namarhasangapon suci dan warna hitam
melambangkan perilaku yang mantap tongam.
19
Sedangkan orang yang melakukan pewarnaan benang disebut “pasigira”. Adapun proses pewarnaan kain Ulos adalah sebagai berikut :
1. Setelah benang dipersiapkan, dilanjutkan dengan pewarnaan benang Ulos.
Untuk memberi warna dasar benang Ulos diperoleh dari jenis tumbuhan nila Salaon, lalu dimasukkan ke dalam sebuah periuk tanah palabuan
yang telah diisi air. 2.
Tumbuhan ini direndam digon-gon selama berhari-hari sampai getahnya keluar.
3. Kemudian tumbuhan itu diperas dan ampasnya dibuang. Proses ini
biasanya menghasilkan cairan berwarna hitam kebiru-biruan. 4.
Setelah cairan pewarna siap, benang Ulos dimasukkan ke dalam larutan pewarna tersebut dan diaduk manggaru. Namun jika benang tersebut
hendak diberi warna lain, maka sebelum dicelupkan ke dalam tempat berwarna, bagian-bagian benang yang hendak diberi warna lain terlebih
dahulu dililit diikat dengan benang. Untuk mendapatkan warna yang berkualitas bagus, pencelupan dilakukan secara berulang-ulang.
5. Kemudian kain benang yang telah berwarna tersebut disepuh dengan air
lumpur yang dicampur dengan air abu, hal ini digunakan agar memperoleh
19
P. H. P. Sitompul, Ulos Batak Tempo Dulu – Masa Kini, Jakarta: Kerukunan Masyarakat
Batak KERABAT, 2009, hlm, 15.
Universitas Sumatera Utara
warna yang pekat. Kemudian dimasak hingga mendidih sampai benang tadi kelihatan mengkilat marsigira. Pekerjaan ini biasanya dilakukan
pada pagi hari di tepi kali atau dipinggiran danau.
6. Setelah itu, ikatan-ikatan benang dibuka dan diungkas agar menjadi kuat.
7. Benang kemudian dilumuri dengan nasi yang dilumerkan indahan ni
bonang kemudian digosok dengan kuas bulat dari ijuk. 8.
Benang tersebut kemudian dijemur dibawah terik matahari.
20
c. Penentuan Jenis Ulos