Teori Interaksi Sosial Teori Agresi

b. Teori Belajar : Modelling and Conditioning

Teori ini diungkapkan oleh Bandura dimana dia mengatakan bahwa individu tidak digerakkan untuk menyerang oleh keinginan dari dalam dirinya melainkan oleh keadaan lingkungannya Bandura, 1973. Kemudian oleh Bandura dikatakan bahwa perilaku agresif dihasilkan oleh pola asuh nurture yang diperoleh melalui proses belajar. Pengondisian instrumental reward and punishment dan meniru modelling merupakan mekanisme yang kuat untuk memunculkan perilaku agresif Bandura dalam Krahe` 2005. Bandura 1973 mempertegas pendekatan sosial learning dan membedakan dengan pendekatan lain dengan membuat suatu skema dimana dijelaskan bahwa kejadian yang tidak mengenakkan aversif akan membangkitkan emosional individu. Dilakukannya pengantisipasian kejadian dari individu akan memperkuat dan memotivasi individu untuk bertindak dan dari proses ini muncullah berbagai respon seperti : dependensi; achievement pencapaian tujuan; withdrawal penarikan diri dan resignation kepasrahan; agresi; psikosomatis; ketergantungan pada obat-obatan dan alkohol; membentuk problem solving pemecahan masalah. Perilaku-perilaku tersebut tidak akan sama pada semua orang tergantung pada seberapa besar kemampuan coping individu terhadap stress akibat kejadian tertentu dan seberapa efektif tindakan itu bagi individu itu sendiri.

c. Teori Interaksi Sosial

Tedeschi dan Felschon 1994 hlm. 348 menawarkan konsep baru tentang agresifitas. Mereka mengganti terminologi agresifitas sebagai suatu perilaku koersif yang dikonsepkan sebagai hasil dari proses pengambilan keputusan dimana pelakunya pertama-tama memutuskan menggunakan strategi koersif untuk mempengaruhi orang lain kemudian memilih bentuk koersi tertentu diantara pilihan yang ada Krahe`, 36 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2005. Perilaku koersif sendiri didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan dengan niat membuat orang lain menderita atau memaksa orang lain patuh Krahe`, 2005. Adapun bentuk koersif ada tiga yaitu : 1 Ancaman, komunikasi yang dilakukan untuk menyakiti target. 2 Hukuman, tindakan yang dilaksanakan untuk menyakiti target. 3 Paksaan badaniah, kontak fisik yang bertujuan untuk melarang atau memaksa orang lain melakukan sesuatu. Pemilihan strategi koersif ditentukan oleh tingkat keefektifan perilaku koersif tersebut dimana semakin cepat hasil yang didapat maka perilaku itu yang akan dipilih. Dalam teroi ini ditekankan bahwa agresi adalah bentuk tindakan koersif khusus, yang merupakan salah satu tindakan sosial, dimana bukan satu-satunya strategi potensial untuk memaksa dan mempengaruhi individu lain . Lindsay dan Anderson pada tahun 1996 Baron Byrne, 2005 membuat suatu model pembentukan perilaku agresi yang tergolong paling modern yang terkenal dengan nama GAAM General Affective Aggression Model Model Agresi Afektiv Umum, yang mana merupakan penyempurnaan dari berbagai model yang sudah ada. Dalam teori ini dikatakan bahwa banyak sekali variabel yang dapat menjadi pemicu munculnya perilaku agresi. Keseluruahan variabel terbagi ke dalam dua kelompok besar yaitu variabel perbedaan individual dan variabel situasional. Adapun variabel-variabel perbedaan individual meliputi : 1 Sifat yang mendorong individu melakukan agresi seperti mudah sekali marah. 2 Sikap dan kepercayaan tertentu terhadap kekerasan seperti mempercayai bahwa hal tersebut diterima dan layak. 37 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Nilai mengenai kekerasan seperti pandangan bahwa kekerasan merupakan hal yang baik. Biasanya dianggap sebagai suatu kebanggaan tersendiri atau menunjukkan sifat maskulin. 4 Keterampilan spesifik yang terkait pada agresi seperti mengetahui cara berkelahi dan menggunakan senjata. Sedangkan variabel-variabel situasional meliputi : 1 Perasaan frustrasi yang dialami. 2 Bentuk serangan tertentu dari orang lain seperti penghinaan. 3 Tanda-tanda yang berhubungan dengan agresi misalnya senapan atau senjata lainnya. 4 Hampir semua hal yang menyebabkan individu merasa tidak nyaman seperti suhu udara yang tinggi, rasa sakit, kebosanan, polusi udara dan lain sebagainya. Selain variabel-variabel pemicu perilaku agresif, Anderson juga mengemukakan bahwa ada tiga proses dasar pembentukan perilaku agresif yang terjadi dalam diri individu yaitu : 1 Keterangsangan atau arousal ; bangkitnya keterangsangan pada fungsi- fungsi fisiologis dan antusiasme. 2 Keadaan afektif atau affective states ; bangkitnya perasaan hostile dan tanda-tanda yang tampak dari hal ini seperti ekspresi wajah marah. 3 kognisi atau cognition ; bangkitnya pikiran-pikiran hostile atau membawa ingatan hostile kedalam pikiran Pada saat variabel-variabel yang beragam tadi mempengaruhi proses-proses pembentukan perilaku agresif ini, maka terjadilah suatu perilaku agresif yang terbuka. 38 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Namun disamping itu perilaku agresif juga tergantung pada interpretasi individual akan situasi saat kejadian berlangsung dan faktor-faktor peringatan yang ada. 4 . Faktor-Faktor Pemicu Perilaku Agresi Sebagai suatu perilaku, maka pembentukan perilaku agresif tentu saja dipengaruhi oleh banyak hal. Banyak ahli menjabarkan faktok-faktor pemicu yang dapat memunculkan perilaku ini, mulai dari kepribadian individu; keadaan lingkungan dan orang-orang di sekitar bahkan sampai pada situasi setempat seperti suhu udara dan kepadatan ruangan. Baron dan Byrne 2005 membagi faktor-faktor pemicu munculnya perilaku agresif ke dalam tiga bagian besar yang kemudian diperinci lagi ke dalam beberapa bagian. Adapun variabel itu dijelasakan sebagai berikut : a. Variabel sosial 1 Frustrasi ; termuat dalam hipotesis frustrasi agresi. Tidak terpenuhinya sesuatu yang diharapkan atau yang diinginkan membuat frustasi dan terkadang mengarah pada perilaku agresi. 2 Provokasi ; tindakan dari orang lain yang cenderung memicu agresi pada diri si penerima. Bentuknya bisa secara fisik maupun verbal. 3 Agresi yang dipindahkan ; agresi pada seseorang yang bukan menjadi sumber provokasi. Agresi ini terjadi karena orang yang ingin melakukan agresi tidak ingin atau tidak dapat melakukan agresi terhadap sumber provokasi awal. 4 Pemaparan terhadap kekerasan di media ; agresi terpicu dengan melihat, mendengar dan membaca bentuk-bentuk kekerasan pada media baik elektronik maupun cetak. 39 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 Keterangsangan yang meningkat ; keterangsangan dalam suatu situasi dapat tersisa dan dapat muncul kembali saat mengahadapi situasi berikutnya. Hal ini dapat membuat agresi tidak meningkat tetapi juga dapat meningkatkan agresi tergantung pada pemikiran individu. b. Variabel pribadi 1 Kepribadian yang sudah ada pada tiap orang ; ada orang yang mempunyai kepribadian yang memicu perilaku agresif mereka. Ini tergolong sebagai orang tipe A yang memiliki kepribadian yang kompetitif, selalu terburu-buru, mudah tersinggung sedangkan bertolak belakang dengan orang-orang yang bertipe B yang kepribadian mereka tidak memicu perilaku agresif yaitu tidak kompetitif, tidak selalu terburu-buru, tidak mudah kehilangan kendali. 2 Bias atribusional hostile ; saat individu memiliki kecenderungan untuk mempersepsikan buruk motif tindakan orang lain saat tindakan tersebut dirasa ambigu. c. Variabel situasional 1 Suhu udara yang tinggi ; suhu udara yang tinggi akan cenderung meningkatkan agresi, tetapi hanya sampai titik tertentu. Di atas tingkat tertentu agresi menurun selagi suhu udara menigkat. 2 Konsumsi alkohol ; pengkonsumsian alkohol dapat meningkatkan agresi utamanya pada individu yang dalam keadaan normal menunkjukkan tingkat agresi yang rendah. Selain yang sudah diungkapkan oleh Baron dan Byrne 2005, beberapa ahli menambahkan beberapa faktor pemicu perilaku agresif seperti senjata-senjata, yang 40 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI oleh Berkowitz digolongkan termasuk ke dalam variabel sosial dimana penciptaan senjata dapat memicu munculnya perilaku agresif Berkowitz, 1980 dan adanya lembaga-lembaga yang menurut Zenden 1984 melegalkan perilaku agresif seperti akademi militer dan berbagai macam olah raga yang melakukan kontak fisik. Variabel situasional semakin diperkaya dengan beberapa pendapat ahli dimana diungkapkan bahwa kondisi yang tidak menyenangkan yang menimbulkan rasa sakit Berkowitz, 1980, kepadatan ruang dan Crowding Krahe`, 2005, kebisingan Donnerstain dan Wilson dalam Krahe`, 2005 dan polusi udara Baron dan Bell dalam Krahe`,2005 dapat menjadi pemicu munculnya perilaku agresif.

B. Suporter Sepak Bola 1.