D. Dinamika Perilaku Agresif Suporter
Suporter dan kekerasan sangat erat hubungannya, setidaknya image yang terbentuk utamanya di masayarakat adalah demikian sehingga suporter identik
dengan kekerasan. The Mac’z Man sebagai kelompok suporter yang besar, tidak lepas dari image ini. Segudang prestasi dan dengan adanya sebutan sebagai suporter kreatif
tidak menghilangkan atau bahkan mengurangi image buruk tersebut. Perilaku agresif suporter yang nampak dalam berbagai tindakan kekerasan
yang mereka lakukan hanya dapat diketahui dan terdeteksi saat mereka terlibat kerusuhan dan melakukan berbagai pengerusakan, sedangkan perilaku agresif tidak
melulu hanya fisik saja. Buss dalam Pearlman Cosby, 1983 mengungkapkan bahwa perilaku ini nampak dalam dua bentuk yaitu fisik dan verbal yang dapat
dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung pada obyek penderita dan dalam keadaan aktif maupun pasif sehingga, perilaku agresif akan nampak dalam wujud
yang sangat variatif. Berdasarkan penelitian akan perilaku agresif terhadap The Mac’z Man yang
didasarkan pada bentuk-bentuk perilaku yang diungkapkan oleh Buss, ditemukan berbagai macam perilaku agresif yang muncul yang sangat variatif. Hasil observasi
oleh dua observer dan pengamatan hasil rekaman video maka perilaku agresif yang mereka lakukan lebih pada perilaku agresif verbal aktif secara langsung yang
diungkapkan dalam wujud nyanyian dan kata-kata berisikan ejekan dan intimidasi yang ditujukan tidak pada hanya pada pemain dan tim lawan tetapi juga pada pemain
PSM. Perilaku ini paling sering muncul bahkan hampir selama pertandingan. Hasil wawancara dengan para subyek semakin menguatkan seringnya munculnya perilaku
ini. Subyek DU dengan tegas menyatakan bahwa mereka hanya melakukan perilaku agresif ini dan tidak secara fisik. Mereka sebatas mengejek lewat nyanyian dan kata-
111 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kata untuk menjatuhkan mental lawan sehingga sasaran perilaku mereka adalah sisi psikologis lawan. Hal senada juga diungkapkan oleh subyek Jf yang mana dengan
tidak segan-segan mengatakan bahwa tema lagu-lagu salah satunya adalah hinaan pada tim dan pemain lawan dengan tujuan untuk menjatuhkan mental lawan. Perilaku
ini menurut mereka legal dan lumrah dilakukan sehingga tidak ada larangan untuk berperilaku agresif secara verbal dan bahkan perilaku ini dikomandoi atau dipimpin
langsung oleh sang jendral lapangan. Perilaku ini biasanya muncul saat pemain lawan menguasai pertandingan dan menekan tim PSM, saat adanya pelanggaran yang
dilakuakan pemain lawan terhadap pemain PSM dan saat tim PSM dalam posisi tertinggal dari lawannya.
Perilaku verbal lainnya adalah mengerutu yang tergolong kedalam perilaku agresif verbal pasif tidak langsung. Meskipun tidak terungkap dengan jelas dari hasil
wawancara namun dari hasil observasi ditemukan perilaku ini yang intensitasnya hampir sama banyak dengan hinaan dan ejekan. Perilaku ini muncul tatkala pemain
PSM gagal memanfatkan peluang dan bermain buruk sehingga gagal mencetak gol dan meraih kemenangan. Biasanya gerutuan ini berimbas pada perilaku verbal
lainnya berupa verbal aktif tidak langsung yang biasanya terwujud dalam gosip dimana mereka membicarakan ketidakpuasan mereka akan kinerja pemain dan
pengurus tim PSM. Perilaku ini muncul saat pertandingan usai dan kemungkinan besar bisa mengakibatkan perilaku agresif fisik seperti dalam pemberitaan dimana
para suporter melempari tim PSM sendiri BOLA, 23 Maret 2005 sebagai salah satu bentuk kekecewaan mereka terhadap tim PSM.
The Mac’z Man sebagai kelompok suporter kreatif juga tidak luput dari perilaku agresif secara fisik. Berdasakan hasil observasi yang dilakukan saat
berjalannya pertandingan, perilaku agresif yang muncul tidak seperti pemberitaan
112 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang anarkis dan destruktif. Beberapa bentuk perilaku agresif fisik secara langsung hanya dalam kapasitas pemanjatan entah tiang bendera ataupun pagar pembatas yang
berdampak pada rusaknya prasarana stadion. Perilaku fisik pasif langsung sering bahkan selalu terjadi meski hanya sekali dan itu pun hanya di awal pertandingan
dimana mereka tidak mengizinkan orang yang tidak berbaju merah untuk duduk di tempat mereka dan jika ada maka orang tersebut akan diusir atau disuruh pergi meski
tanpa kekerasaan namun dengan paksaan. Perilaku lainnya seperti penolakan para suporter untuk menyanyi, penolakan divisi musik untuk drum, perkelahian antar
suporter pembakaran cenderung bersifat insidental. Hasil wawancara dengan para subyek pun sedikit banyak mengahasilkan hal yang serupa. Perilaku verbal memang
mereka akui secara gamblang namun perilaku fisik mereka katakan diminimalis dalam arti meskipun ada tetapi sangat minim. Mereka tidak memungkiri adanya
perilaku agresif secara fisik baik langsung maupun tidak langsung dan adanya peluang untuk memicu munculnya perilaku tersebut seperti perkelahian antar
suporter, pelemparan ke dalam lapangan, dan berbuat kerusuhan. Peranan pemicu dari luar suporter seperti gangguan dari kelompok suporter lain dapat memicu kerusuhan
antar suporter tatkala kelompok suporter lain tersebut mengganggu The Mac’z Man seperti yang terungkap dari ceritra subyek DU saat terlibat bentrokan dengan Bonek
dan subyek Jf yang terlibat bentrokan dengan suporter PSM dari Bandang Ejaya.Uniknya, dari subyek Jf terungkap bahwa perilaku ini kerusuhan dan
bentrokan antar suporter harus sesuai dengan instruksi dalam arti mereka akan melakukan perilaku agresif tersebut jika diinstruksikan oleh jendral lapangan atau
petinggi The Mac’z Man sehingga menimbulkan kesan bahwa perilaku ini bisa diatur sebagaimana perilaku agresif secara verbal.
113 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Secara garis besar, faktor yang memicu munculnya perilaku agresif pada The Mac’z Man dapat digolongkan kedalam dua bagaian yaitu faktor sosial seperti
fanatisme yang memunculkan rasa frustrasi dan provokasi dan faktor situasional seperti judi, minuman keras, dan gangguan dari orang lain.. Faktor sosial menjadi
sumber pemicu yang besar dari perilaku agresif mereka namun tak dapat dipungkiri bahwa kuatnya faktor situasional juga sangat mempengaruhi.
Rasa fanatisme yang ada dalam diri para suporter terhadap tim PSM Makassar membuat The Mac’z Man rela melakukan apa saja untuk tim PSM Makassar. Seperti
yang mereka nyanyikan dalam Mars mereka, bahwa mereka akan mendaki gunung tinggi dan menyebrangi lautan hanya untuk mendukung PSM. Rasa fanatisme yang
menginginkan kemenangan, membuat mereka akan melakukan apa saja bahkan dari hasil penuturan subyek DU kemenangan adalah hal yang mutlak sehingga seri pun
membuat malu. Rasa fanatisme ini juga yang memunculkan rasa frustrasi saat kemenangan tak dapat diraih. Saat melihat tim PSM tertinggal dan tidak punya
kesempatan untuk memenangi pertandingan maka rasa frustrasi itu semakin memuncak. Rasa frustrasi bisa mengakibatkan perilaku agresif Miller dalam Krahe`
2005 jika tidak dapat diredam. Perilaku pelemparan, ejekan, dan intimidasi dapat terpicu oleh adanya rasa frustasi ini
Faktor pemicu dari provokasi adalah faktor pemicu yang paling berpengaruh pada perilaku agresif The Mac’z Man. Provokasi dari jendral lapangan sangat besar
pengaruhnya karena sudah menjadi komitmen mereka untuk mengikuti dan mematuhi instruksi dari jendral lapangan. Jendral lapangan dengan jelas menginstruksikan lagu-
lagu dan yel-yel. Tema lagu-lagu adalah tema untuk membangkikan semangat PSM namun tidak dipungkiri oleh ketiga subyek bahwa terkadang isi lagu berupa
intimidasi atau ejekan bahkan oleh subyek DU lagu dipakai sebagai alat intimidasi.
114 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subyek Jf juga mengatakan hal yang serupa manakala dia mengatakan bahwa The Mac’z Man tidak hanya baik-baik saja tetapi juga kadang mengejek dengan kata-kata
kotor.oleh karena itu peran jendral lapangan dan para dirigen sangat penting dalam mengontrol perilaku agresif suporter.
Hasil pertandingan, kejadian dilapangan serta faktor pemain dari dari tim lawan sedikit banyak mempengaruhi intensitas perilaku mereka. Hasil pertandingan
yang tidak memuaskan, banyaknya pelanggaran yang terjadi yang dapat mengakibatkan cederanya pemain, dan adanya eks pemain dan pemain berdarah asli
Makassar yang bermain dikubu lawan, berpengaruh pada perilaku agresif verbal mereka sehingga tema nyanyian dan kata-kata mereka difokuskan pada hal-hal
tersebut. Pemicu situasional lainnya hanya bersifat insidental dalam arti tidak sering
muncul bahkan sangat jarang, seperti judi antar sesama suporter yang mana bisa memicu perkelahian antar suporter sendiri karena saling mengejek seperti yang
dikatakan subyek Ef, dan minuman keras. Terkadang mereka yang menenggak minuman keras tak dapat mengontrol perilakunya dan berujung pada keributan.
Keberadaan suporter lain yang mengganggu juga menjadi pemicu munculnya perilaku agresif The Mac’z Man utamnya kerusuhan antar suporter. Berdasarkan
penuturan DU yang pernah bentrok dengan Bonek, mereka terpicu membalas serangan suporter lain yang lebih dahulu menyerang mereka. Penuturan subyek Jf
hampir sama tatkala mereka bentrok dengan kelompok suporter lain yang juga mendukung tim PSM hanya karena mereka dilempar. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa perilaku mereka hanya akan terjadi jika mereka diganggu oleh kelompok suporter lain. Lebih jauh lagi subyek Jf mengungkapkan bahwa peran
jendral lapangan sangat besar.
115 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan observasi dan wawancara ditemukan sesuatu fakta baru. Sebelum turun lapangan konsep peneliti akan menemukan banyak perilaku agresif yang sangat
ekstrim, seperti yang ada dalam pemberitaan berbagai media, dan ternyata perilaku ekstrim yang diharapkan malah tidak muncul. Hasil wawancara mengungkap
pertanyaan tersebut. The Mac’z Man yang merupakan kelompok suporter kreatif PSM Makassar mempunyai aturan sebagai komitmen mereka bersama yang
mengharuskan anggotanya untuk tidak berbuat anarkis dengan koordinasi tiap sektor. Hukuman diberikan kepada sektor yang anggotanya berbuat anarkis mulai dari
teguran sampai pada pembekuan atau pembubaran sektor yang bersangkutan. Selain itu,mereka juga mempunyai komitmen untuk hanya tunduk pada satu perintah dan
satu komando dari petinggi The Mac’z Man sehingga perilaku mereka dapat terkontrol. Menjadi anggota komunitas yang besar dan terkenal merupakan
kebanggan tersendiri oleh karena itu mereka tidak ingin kebanggan itu dicabut dari mereka sehingga komitmen yang mereka sepakati dipegang teguh. Dengan adanya
sanksi maka perilaku agresif para suporter sedikit banyak dapat dikontrol.
116 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Pembahasan