Analisis Statistik Deskriptif Analisis Data

1 Analisis Grafik P-Plot Gambar 5.1. Grafik P-P Plot Berdasarkan pada gambar 5.1. tersebut Ghozali 2005 meyatakan jika distribusi data adalah normal maka terdapat titik- titik yang menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya. Dari hasil grafik tersebut terlihat bahwa titik-titik yang menyebar di sekitar garis diagonalnya maka dapat dinyatakan bahwa residual terdistribusi normal. 2 Uji One-Sample Kolmogorov Smirnov Uji Normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi, variabel penggangu atau residual berdistribusi normal. Untuk itu dilakukan One-Sample Kolmogorov Smirnov Test. Dimana dalam pengambilan keputusan adalah dengan melihat angka signifikansi yaitu dengan membandingkan nilai Asymp. Sig. yang diperoleh dengan taraf signifikan yang telah ditentukan yaitu 0,05. Apabila nilai Asymp. Sig. 0,05 maka data terdistribusi normal Ghozali, 2005. Tabel 5.3.Hasil Pengujian One-Sample Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 10 Normal Parameters a Mean -.0000500 Std. Deviation 61424775609.56884000 Most Extreme Differences Absolute .106 Positive .106 Negative -.105 Kolmogorov-Smirnov Z .337 Asymp. Sig. 2-tailed 1.000 a. Test distribution is Normal. Sumber : Output SPSS Dari hasil pengujian terlihat pada Tabel 5.3. tersebut telihat besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov Z adalah 0.337 dan signifikansinya pada 1.000 dan nilainya jauh diatas α = 0.05 atau 1 0,05. dalam hal ini berarti data residual terdistribusi normal. b. Uji Multikoloniearitas Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi ditemukan ada tidaknya korelasi antar variabel independen. Masalah multikoliearitas dapat disembuhkan dengan cara menyisihkan variabel penyebab multikolinearitas dari model penelitian Ghozali, 2005. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas, karena jika hal tersebut terjadi maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan. Cara mendeteksinya adalah dengan melihat Variance Inflation Factor VIF. Variabel independen mengalami multikolonieritas jika tolerance α hitung α dan VIF hitung VIF. Variabel bebas tidak mengalami multikolonieritas jika tolerance α hitung α dan VIF hitung VIF. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance α ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Tabel 5.4.1. Hasil pengujian Multikolinearitas a. Dependent Variable: BM Sumber : Output SPSS Coefficient Correlations a Model DAK PAD DAU PDRB 1 Correlations DAK 1.000 -.097 -.279 -.385 PAD -.097 1.000 .022 -.288 DAU -.279 .022 1.000 -.535 PDRB -.385 -.288 -.535 1.000 Covariances DAK 4.957 -.643 -.265 -.025 PAD -.643 8.876 .028 -.025 DAU -.265 .028 .182 -.007 PDRB -.025 -.025 -.007 .001 Tabel 5.4.2. Hasil pengujian Multikolinearitas a. Dependent Variable: BM Sumber : Output SPSS Berdasarkan Tabel 5.4.1 diatas dapat dilihat hasil uji multikolonieritas bahwa besaran korelasi antar variabel independen tampak hanya variabel Produk Domestik Regional Bruto PDRB yang mempunyai korelasi cukup tinggi dengan variabel Dana Alokasi Umum DAU dengan tingkat korelasi sebesar -0,535 atau sekitar 53,5. Oleh karena korelasi ini masih di bawah 95, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolonieritas yang serius. Hasil perhitungan pada Tabel 5.4.2 terlihat bahwa hasil perhitungan Telorance pada variabel independen yaitu PDRB 0,295, PAD 0,723, DAU 0,365, dan DAK 0,423 menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang nilainya kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95. Hasil perhitungan pada Variance Inflation Factor VIF menunjukkan PDRB 3.392, PAD 1.384, DAU 2.738, dan Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 82729040554.208 78765387641.652 1.050 .342 PDRB .103 .029 1.026 3.527 .017 .295 3.392 PAD 2.796 2.979 .174 .938 .391 .723 1.384 DAU .374 .426 .229 .876 .421 .365 2.738 DAK 5.746 2.226 .627 2.581 .049 .423 2.365 DAK 2.365 juga berada di bawah angka 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat persoalan multikolinearitas terhadap keempat variabel independen diatas. c. Uji Heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah model yang homoskedatisitas atau tidak terjadi heteroskedasitisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui melalui Analisis Grafik Scatterplot dan Uji Glesjer. 1 Analisis Grafik Scatterplot Gambar 5.2. Grafik Scatterplot Ghozali 2005 meyatakan deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan dan sumbu X adalah residual Y prediksi – Y sesungguhnya yang telah di studentized. Dari hasil grafik tersebut terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. 2 Uji Glejser Asumsi utama Uji Glejser yaitu dengan melakukan regresi variabel independen terhadap residual Ghozali, 2005. Adapun hasil pengujian Uji Glesjer yaitu : Tabel 5.5. Uji Glesjer Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 75979814810.154 23078629092.922 3.292 .022 PDRB -.019 .009 -.909 -2.255 .074 PAD -1.999 .873 -.590 -2.290 .071 DAU .272 .125 .789 2.179 .081 DAK 1.140 .652 .588 1.747 .141 a. Dependent Variable: AbsRes Sumber : Output SPSS Berdasarkan hasil tabel pengujian diatas dapat dilihat bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen yaitu nilai Absolut Residual AbsRes. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya semua diatas tingkat signifikan 0,05. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode sebelumnya t-1. Pengujian autokorelasi merupakan alat penting untuk melihat adanya hubungan antara data sekarang dengan sebelumnya. Bila data tersebut tidak berhubungan dikenal dengan random walk atau adanya keacakan. Dalam pengujian ini menggnakan Runt Test untuk mendeteksi korelasi. Run Test merupakan bagian dari statistik non-parametrik yang dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dapat dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak. Tabel 5.6. Hasil pengujian Run Test Runs Test Unstandardized Residual Test Value a -3018060093.71712 Cases Test Value 5 Cases = Test Value 5 Total Cases 10 Number of Runs 8 Z 1.006 Asymp. Sig. 2-tailed .314 a. Median Sumber : Output SPSS Dari tabel 5.6 diatas, hasil Run Test menunjukkan nilai test adalah - 3018060093.71712 dengan probabilitas sebesar 0,314 diatas tingkat signifikansi 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random acak atau tidak mengandung autokorelasi antar nilai residual. 3. Pengujian Hipotesis Hasil analisis dan pengujian hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pengujian Regresi Berganda Uji regresi berganda bertujuan untuk memprediksi kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. 1 Uji F Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel secara signifikan. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. Tabel 5.7. Hasil Regresi Uji F ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 2384551491693385 60000000.000 4 59613787292334640000 000.000 8.778 .017 a Residual 3395702752817297 6000000.000 5 67914055056345950000 00.000 Total 2724121766975115 60000000.000 9 a. Predictors : constant, PDRB, PAD, DAU, DAK b. Dependent Variable : BM Sumber : Output SPSS Dari Tabel 5.9. diperoleh nilai probabilitas signifikansi 0,017. Karena nilai probabilitas jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,017 0,05 maka hasil tersebut memberikan arti bahwa secara simultan variabel Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap anggaran belanja modal di Kabupaten Kutai Barat. 2 Mencari koefisien regresi setiap variabel independen Tabel 5.8. Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda B Sumber : Output SPSS Berdasarkan hasil Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa variabel PAD dan DAU tidak signifikan hal ini dilihat dari probabilitas signifikansi untuk PAD sebesar 0,391 dan DAU sebesar 0,421 yang keduanya 0,05. Sedangkan PDRB dan DAK signifikan, hal ini terlihat dari probabilitas signifikansi untuk PE sebesar 0,017 dan DAK sebesar 0,049 yang keduanya dari 0,05. Dari hasil pengujian regresi linier berganda dapat dibuat persamaan sebagai berikut : BM = 82729040554.208 + 0,103PDRB + 2,796PAD + 0,374DAU + 5,746DAK Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat dilihat bahwa nilai konstan untuk persamaan regresi adalah 82729040554.208 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 82729040554.208 78765387641.652 1.050 .342 PDRB .103 .029 1.026 3.527 .017 PAD 2.796 2.979 .174 .938 .391 DAU .374 .426 .229 .876 .421 DAK 5.746 2.226 .627 2.581 .049 a.Dependent Variable : BM dengan bertanda positif. Hal ini berarti bahwa tanpa adanya nilai Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus nilai variabel independen = 0 maka anggaran Belanja Modal akan mengalami peningkatan sebesar 82729040554.208. Besarnya pengaruh antara variabel Belanja Modal BM dengan Produk Domestik Regional Bruto PDRB ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi β 1 sebesar 0,103 dengan bertanda positif. Artinya setiap peningkatan Rp 1 variabel PDRB akan meningkatkan anggaran belanja modal sebesar Rp 0,103. Dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol. Besarnya pengaruh antara variabel Belanja Modal BM dengan Pendapatan Asli daerah PAD ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi β 2 sebesar 2,796 dengan bertanda positif. Artinya setiap peningkatan Rp 1 variabel PAD akan meningkatkan anggaran belanja modal sebesar Rp 2,796. Dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol. Besarnya pengaruh antara variabel Belanja Modal BM dengan Dana Alokasi Umum DAU ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi β 3 sebesar 0,374 dengan bertanda positif. Artinya setiap peningkatan Rp 1 variabel DAU akan meningkatkan anggaran belanja modal sebesar Rp 0,374. Dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol. Besarnya pengaruh antara variabel Belanja Modal BM dengan Dana Alokasi Khusus DAK ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi β 4 sebesar 5,746 dengan bertanda positif. Artinya setiap peningkatan Rp 1 variabel DAK maka akan meningkatkan anggaran belanja modal sebesar Rp 5,746. Dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol. 3 Menghitung seberapa besar variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 5.9. Pengujian Kelayakan Model Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .936 a .875 .776 82409984259.40024 a. Predictors : constant, PDRB, PAD, DAU, DAK b. Dependent Variable : BM Sumber : Output SPSS Nilai Adjusted R Square pada Tabel 5.8. di atas adalah sebesar 0,766. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 76,6 variabel anggaran belanja modal dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada yaitu Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap anggaran belanja modal. Sedangkan sisanya sebesar 23,4 dipengaruhi oleh variabel- variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model dalam penelitian ini. c. Menentukan Rumusan Hipotesis 1 Menentukan Hipotesis Pengujian Simultan H 01 :β 1 = 0, Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh terhadap anggaran Belanja Modal H a1 :β 1 ≠ 0 atau minimal 1 β 1 ≠ 0, Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap anggaran Belanja Modal a Menentukan level of significance α Tingkat signifikansi dengan α sebesar 5 dan tingkat keyakinan 95 dengan pengujian satu sisi. Derajat kebebasan untuk pengujian adalah df = n-1 = 10-1 = 9, diperoleh F tabel sebesar 3,63. b Menentukan kriteria penerimaan H ditolak apabila F hitung F tabel H diterima apabila F hitung F tabel c Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel F hitung = 8,778 F tabel = 3,63 d Mengambil keputusan : Berdasarkan perbandingan nilai F hitung dengan F tabel yang menunjukkan bahwa nilai F hitung dari F tabel 8,778 3,63. Jadi dapat disimpulkan menerima H a1 dan menolak H 01 , artinya Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap anggaran Belanja Modal Pengujian Parsial H 02 :β 2 ≤ 0, Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap anggaran Belanja Modal H a2 :β 2 0, Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal H 03 :β 3 ≤ 0, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap anggaran Belanja Modal H a3 :β 3 0, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal H 04 : β 4 ≤ 0, Dana Alokasi Umum berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap anggaran Belanja Modal H a4 :β 4 0, Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal H 05 : β 5 ≤ 0, Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap anggaran Belanja Modal H a5 :β 5 0, Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal a Menentukan level of significance α Tingkat signifikansi dengan α sebesar 5 dan tingkat keyakinan 95 dengan pengujian satu sisi. Derajat kebebasan untuk pengujian adalah df = n-1 = 10-1 = 9, diperoleh t tabel sebesar 2,262. b Menentukan kriteria penerimaan H ditolak apabila t hitung t tabel H tidak ditolak apabila t hitung t tabel c Membandingkan nilai t hitung dengan t tabel variabel independen PDRB : t hitung = 3,527 t tabel = 2,262 PAD : t hitung = 0,938 t tabel = 2,262 DAU : t hitung = 0,876 t tabel = 2,262 DAK : t hitung = 2,581 t tabel = 2,262 d Menarik kesimpulan : Menarik kesimpulan berdasarkan perbandingan nilai t hitung dengan t tabel , apakah menolak atau menerima H . 1 Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dengan t tabel yang menunjukkan bahwa nilai t hitung dari t tabel 3,527 2,262. Jadi dapat disimpulkan menerima H a2 dan menolak H 02 , artinya PDRB berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal. 2 Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dengan t tabel yang menunjukkan bahwa nilai t hitung dari t tabel 0,938 2,262 dan tingkat signifikansi 0,05. Jadi dapat disimpulkan menerima H 03 dan menolak H a3 , artinya Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap anggaran Belanja Modal. 3 Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dengan t tabel yang menunjukkan bahwa nilai t hitung dari t tabel 0,876 2,262 dan tingkat signifikansi 0,05. Jadi dapat disimpulkan menerima H 04 dan menolak H a4 , artinya Dana Alokasi Umum berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap anggaran Belanja Modal. 4 Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dengan t tabel yang menunjukkan bahwa nilai t hitung dari t tabel 2,581 2.262. Jadi dapat disimpulkan menerima H a5 dan menolak H 05 , artinya Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal

C. Hasil Penelitian dan Interpretasi

1. Produk Domestik Regional Bruto PDRB, Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Alokasi Umum DAU, dan Dana Alokasi Khusus DAK berpengaruh terhadap anggaran Belanja Modal Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap anggaran Belanja Modal melalui uji regresi berganda, maka diperoleh hasil F hitung dari F tabel 8,778 3,63 dan nilai Sig. = 0,017 α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H a1 diterima yang berarti Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap anggaran belanja modal di Kabupaten Kutai Barat. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh PDRB, PAD, DAU dan DAK signifikan terhadap Anggaran belanja modal pada kabupaten Kutai Barat, sehingga mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat PDRB, PAD, DAU dan DAK maka dapat meningkatkan Anggaran Belanja Modal. Penelitian ini sesuai dengan teori yang digunakan dan penelitian yang dilakukan oleh Darwanto 2007 dan Situngkir 2009 yang menyatakan bahwa Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap anggaran Belanja Modal. 2. Produk Domestik Regional Bruto PDRB berpengaruh positif terhadap Anggaran Belanja Modal Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh Produk Domestik Regional Bruto PDRB terhadap belanja modal diperoleh hasil bahwa nilai t hitung lebih besar daripada t tabel 3,527 2,262 dan nilai Sig. = 0,017 α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H a2 diterima yang berarti PDRB berpengaruh positif terhadap Anggaran Belanja Modal pada kabupaten Kutai Barat. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh PDRB signifikan kearah positif terhadap Anggaran belanja modal pada kabupaten Kutai Barat, sehingga mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat PDRB maka dapat meningkatkan Anggaran Belanja Modal. Hasil pengujian mendukung hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini serta penelitian ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa dengan adanya kebijakan otonomi daerah maka mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang dapat terlihat dari lajunya PDRB yang dihasilkan tiap tahunnya, dimana pertumbuhan masing-masing tiap daerah itu berbeda-beda sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah itu sendiri. Sehingga semakin tinggi tingkat PDRB tentu akan menyebabkan bertumbuhnya investasi modal swasta maupun pemerintah. Hal ini menyebabkan pemerintah menjadi lebih leluasa dalam menyusun anggaran belanja modal. 3. Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap belanja modal diperoleh hasil bahwa nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel 0,938 2,262 dan nilai Sig. = 0,391 α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H a3 ditolak, yang berarti Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal pada kabupaten Kutai Barat. Hal ini juga menunjukkan bahwa pengaruh PAD tidak signifikan terhadap anggaran belanja modal pada kabupaten Kutai Barat, sehingga mengindikasikan bahwa semakin tinggi atau rendahnya tingkat PAD tidak berpengaruh terhadap anggaran belanja modal. Dengan demikian penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darwanto 2007 dan Situngkir 2009 yang menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap pengalokasian anggaran belanja modal. Kemandirian dalam APBD sangat terkait dengan kemandirian PAD, sebab semakin besar sumber pendapatan yang berasal dari potensi daerah maka daerah akan semakin leluasa untuk mengakomodasikan kepentingan masyarakatnya tanpa muatan kepentingan Pemerintah Pusat yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerah. Kewenangan pemerintah daerah dalam pelaksanaan kebijakannya sebagai daerah otonomi sangat dipengaruhi oleh kemampuan daerah tersebut dalam menghasilkan Pendapatan Daerah. Semakin besar upaya maksimalisasi PAD yang dilakukan suatu daerah, maka semakin besar pula kewenangan pemerintah daerah tersebut dalam melaksanakan kebijakannya. Kurang mampu dan kurang maksimalnya upaya pemerintah daerah dalam menggali potensi yang dimiliki menyebabkan kecilnya jumlah PAD yang diperoleh kabupaten Kutai Barat. Karena masih kecilnya jumlah pendapatan yang diperoleh maka pendapatan tersebut tidak digunakan secara khusus untuk membiayai pembanguan daerah melainkan langsung digunakan untuk belanja APBD. Hal ini juga menunjukkan bahwa kabupaten Kutai Barat belum bisa mandiri dalam mengelola keuangan daerahnya karena belum mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh Kutai Barat untuk menghasilkan PAD yang besar, sehingga dalam pemenuhan kebutuhan belanja modalnya masih sangat bergantung pada bantuan dari Pemerintah Pusat. Hasil penelitian ini juga didukung penelitian yang dilakukan oleh Nugroho 2010 yang menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh signifikan positif terhadap Anggaran Belanja Modal. 4. Dana Alokasi Umum DAU berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Anggaran Belanja Modal Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh dana alokasi umum terhadap anggaran belanja modal diperoleh hasil bahwa nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel 0,876 2,262 dan nilai Sig. = 0,421 α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H a4 ditolak yang berarti Dana Alokasi Umum berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap anggaran belanja modal pada kabupaten Kutai Barat. Hal ini juga menunjukkan bahwa pengaruh DAU tidak signifikan terhadap anggaran belanja modal pada kabupaten Kutai Barat, sehingga mengindikasikan bahwa semakin tinggi atau rendahnya tingkat DAU tidak berpengaruh terhadap anggaran belanja modal. Dengan demikian penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darwanto 2007 dan Situngkir 2009 yang menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal. DAU yang dialokasikan pada Kabupaten Kutai Barat merupakan dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi pada Kabupaten Kutai Barat. Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dengan demikian, terjadi transfer yang cukup signifikan di dalam APBD dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini apakah untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang tidak penting. Penggunaan DAU pada Kabupaten Kutai Barat lebih dimaksimalkan untuk membiayai belanja pegawai gaji dan tunjangan. Dengan adanya gaji dan tunjangan yang memadai maka diharapkan kinerja serta pelayanan kepada masyarakat akan semakin baik sehingga proses pembangunan akan semakin baik. Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Irma 2009 yang

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal pada Kota di Pulau Sumatera

3 155 93

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Di Kabupaten Dan Kota Provinsi Aceh

5 75 107

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Lain-lain Pendapatan terhadap Belanja Daerah (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara)

1 39 84

The influence of original local government revenues, general allocation funds and special allocation funds to local government expenditures

0 12 99

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat periode Tahun 2009-2012

1 17 161

PENGARUH BELANJA DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP Pengaruh Belanja Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia(Studi Empiris Pada Pemerint

2 6 19

PENGARUH BELANJA DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP Pengaruh Belanja Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia(Studi Empiris Pada Pemerint

0 2 19

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ANGGARAN BELANJA Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal Kabupaten Dan Kota Di Jawa Tengah (Tahun 2012)

0 3 12

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ANGGARAN BELANJA Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal Kabupaten Dan Kota Di Jawa Tengah (Tahun 2012)

0 2 14

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL (Studi Kasus pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat tahun 2001-2010) SKRIPSI Diajukan untu

0 0 135