Pengaruh produk domestik regional bruto, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus terhadap anggaran belanja modal : studi kasus pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat tahun 2001-2010.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS

TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL

(Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat tahun 2001-2010)

Christina Narulita Puspitasari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap Belanja Modal pada kabupaten Kutai Barat.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus sebagai variabel independen dan Belanja Modal sebagai variabel dependen.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh terhadap belanja modal di Kabupaten Kutai Barat. Secara parsial variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal di Kabupaten Kutai Barat, sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Belanja Modal.


(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCES OF GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT, LOCAL OWN REVENUE, GENERAL ALLOCATION FUND, AND SPECIAL

ALLOCATION FUND TO THE CAPITAL EXPENDITURE BUDGET (A Case Study at the Regional Development Planning Board of West Kutai

Regency during the period 2001-2010)

Christina Narulita Puspitasari Sanata Dharma University

Yogyakarta 2012

This research was aimed to analyze whether Gross Regional Domestic Product, Local Own Revenue, General Allocation Fund, and Special Allocation Fund had positive influences to the Capital Expenditure in West Kutai Regency.

The analysis method used in this research is quantitative with multiple linier regression and using classical assumption test before finding out the best linier model. The variable used in this research are Gross Regional Domestic Product, Local Own Revenue, General Allocation Fund, and Special Allocation Fund as independent variable and the Capital Expenditure as dependent variable.

The results of this research showed that Gross Regional Domestic Product, Local Own Revenue, General Allocation Fund, and Special Allocation Fund simultaneously influence the Capital Expenditure in West Kutai Regency. Partially, the variables of Gross Regional Domestic Product and Special Allocation Fund have a positive and significant influence to the Capital Expenditure while the Local Own Revenue and General Allocation Fund have a positive but not significant influence to the Capital Expenditure.


(3)

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI

KHUSUS

TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL

(Studi Kasus pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat tahun 2001-2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Christina Narulita Puspitasari NIM : 082114144

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS

TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL

(Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat tahun 2001-2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Christina Narulita Puspitasari NIM : 082114144

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Aku memulai dari titik nol

dengan doa, perjuangan & kerja keras menguras waktu, tenaga, serta pikiran

sempat terpikir untuk menyerah

dan butuh waktu sampai akhirnya mampu untuk memulai lagi namun berkat semua dukungan, doa, serta perhatian dari orang-orang

tersayang

sampai akhirnya bisa sampai pada titik ini, dan semua selesai TERIMA KASIH UNTUK KALIAN YANG LUAR BIASA

Kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus yang maha pengasih

Orang Tuaku tersayang

Adikku yang luar biasa

Seluruh keluarga besarku

Sahabat-sahabatku tercinta

Keluarga besar Universitas Sanata Dharma


(8)

MOTTO

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah

dalam doa & permohonan dengan ucapan syukur (Filifi 4:6)

Dream, believe, make it happen

(Agnes Monica)

Song :

Dan bila, aku berdiri. Tegar, sampai hari ini.

Bukan karena kuat & hebatku. Semua karena cinta, semua karena cinta. Tak mampu diriku, dapat berdiri tegar.

Trimakasih Cinta (Trimakasih Cinta-Joy Idol)


(9)

(10)

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat pemerolehan gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan serta arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Romo Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian penulis.

2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Firma Sulistyowati, S.E., M.Si., QIA selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu, membimbing, serta memberikan semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Josephine Wuri, S.E., M.Si dan Dr. FA. Joko Siswanto, M.M., Akt., QIA selaku dosen penguji yang telah memberikan saya kesempatan untuk mempersentasikan


(12)

hasil penelitian saya, serta banyak membantu saya dalam menyelesaikan revisi penelitian saya.

6. Ismail Thomas, S.H., M.Si. selaku Bupati Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melakukan penelitian pada Kabupaten Kutai Barat.

7. Ir. Finsen Allotodang, M.Si. selaku kepala BAPPEDA yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. Dan segenap pegawai kantor BAPPEDA yang telah banyak membantu dalam pemerolehan data yang dibutuhkan.

8. Dosen-dosen tercinta serta staf-staf Fakultas Ekonomi, yang telah banyak membantu selama masa-masa kuliah.

9. Mama dan Papa yang selalu mencintaiku, memberikan aku kasih sayang, perhatian, mendukungku, dan tidak pernah berhenti untuk memberikan aku semangat serta doa.

10. Adikku Tian yang selalu siap sedia membantuku, memberi dukungan, semangat, dan doanya.

11. Seluruh keluarga besarku, yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan dan doa.

12. Sahabatku-sahabatku Lola, Ita, Vera, Glow, Reski, Pent, Arya, Jojo, Deny, Eci dan Sita, yang tidak pernah berhenti memberikan doa, perhatian, dan dukungan. Serta persahabatan yang telah kita jalin dan juga suka duka yang telah kita lewati bersama.


(13)

13. Teman-teman BEM FE periode 2011, Jo, Arta, Dherma, Sari, Leo, Elsa, Septi, Okta, Neng, Tina, Dhimas, dan Ferry, untuk perjuangan dan kebersamaannya selama setahun lebih.

14. Teman-teman kelas MPT, Dita, Kety, Angel, Arsen, Andre, Dona, Tiwi, Robert, Novia, dan Uty, untuk bantuan dan kerjasama yang telah diberikan. Akhirnya kerja keras kita selama ini terbayar juga.

15. Seluruh teman-teman Akuntansi angkatan 2008, dan semua teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan kebersamaan selama kuliah di Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 28 Desember 2012


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA TULIS ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN DAFTAR ISI ... xi

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiv

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xvi

ABSTRAK……. ... xvii

ABSTRACT ………. xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7


(15)

A. Anggaran Daerah Sektor Publik ... 10

B. Proses Penyusunan Anggaran di Indonesia ... 12

C. Teori Keagenan ... 13

D. Belanja Modal Dalam Anggaran Daerah ... 15

E. Produk Domestik Regional Bruto ... 18

F. Pendapatan Asli Daerah ... 20

G. Dana Alokasi Umum ... 24

H. Dana Alokasi Khusus ... 25

I. Review Penelitian Terdahulu ... 27

J. Kerangka Pikir ... 28

K. Pengembangan Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 32

D. Data yang diperlukan ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Variabel Penelitian ... 34

G. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUTAI BARAT ... 45


(16)

C. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

Kutai Barat... 53

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Deskripsi Data ... 57

B. Analisis Data... 59

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 59

2. Uji Asumsi Klasik ... 62

3. Pengujian Hipotesis ... 70

C. Hasil Penelitian dan Interpretasi ... 79

BAB VI PENUTUP ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Keterbatasan ... 87

C. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu………. 27

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Dan Kepadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kutai Barat Tahun 2010 ... 48

Tabel 4.2 Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan ... 49

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan ... 50

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2010 ... 52

Tabel 4.5 Banyaknya Penempatan Pencari Kerja Yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan Dan Jenis Kelamin Tahun 2010 ... 53

Tabel 4.6 Rekapitulasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten Kutai Barat ... 55

Tabel 4.7 Rekapitulasi Jumlah Belanja Modal Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001-2010 ... 56

Tabel 5.1 Data Pertumbuhan Ekonomi, PAD, DAU, dan DAK di Kabupaten Kutai Barat tahun 2001-2010 ... 58

Tabel 5.2 Statistik Deskriptif ... 59

Tabel 5.3 Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 64


(18)

Tabel 5.5 Uji Glesjer ... 68

Tabel 5.6 Hasil pengujian Run Test ... 70

Tabel 5.7 Hasil Uji F ... 71

Tabel 5.8 Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda ... 72


(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 28 Gambar 5.1 Grafik P-P Plot ... 63 Gambar 5.2 Grafik Scatterplot ... 67


(20)

ABSTRAK

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS

TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL

(Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat tahun 2001-2010)

Christina Narulita Puspitasari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap Belanja Modal pada kabupaten Kutai Barat.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus sebagai variabel independen dan Belanja Modal sebagai variabel dependen.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh terhadap belanja modal di Kabupaten Kutai Barat. Secara parsial variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal di Kabupaten Kutai Barat, sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Belanja Modal.


(21)

ABSTRACT

THE INFLUENCES OF GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT, LOCAL OWN REVENUE, GENERAL ALLOCATION FUND, AND SPECIAL

ALLOCATION FUND TO THE CAPITAL EXPENDITURE BUDGET (A Case Study at the Regional Development Planning Board of West Kutai

Regency during the period 2001-2010)

Christina Narulita Puspitasari Sanata Dharma University

Yogyakarta 2012

This research was aimed to analyze whether Gross Regional Domestic Product, Local Own Revenue, General Allocation Fund, and Special Allocation Fund had positive influences to the Capital Expenditure in West Kutai Regency.

The analysis method used in this research is quantitative with multiple linier regression and using classical assumption test before finding out the best linier model. The variable used in this research are Gross Regional Domestic Product, Local Own Revenue, General Allocation Fund, and Special Allocation Fund as independent variable and the Capital Expenditure as dependent variable.

The results of this research showed that Gross Regional Domestic Product, Local Own Revenue, General Allocation Fund, and Special Allocation Fund simultaneously influence the Capital Expenditure in West Kutai Regency. Partially, the variables of Gross Regional Domestic Product and Special Allocation Fund have a positive and significant influence to the Capital Expenditure while the Local Own Revenue and General Allocation Fund have a positive but not significant influence to the Capital Expenditure.


(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia didasarkan pada UU No. 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa pemerintah daerah memisahkan fungsi eksekutif dengan fungsi legislatif, perbedaan fungsi tersebut menunjukkan adanya Agency Teory (Halim,2006).

UU tersebut memberikan penegasan bahwa daerah memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumber daya ke dalam belanja modal dengan menganut asas kepatutan, kebutuhan dan kemampuan daerah. Pemerintah Daerah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai lembaga legislatif terlebih dahulu menentukan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas & Plafon Anggaran Sementara (PPAS) sebagai pedoman dalam pengalokasian sumber daya dalam APBD.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran sektor publik pemerintah daerah sebenarnya merupakan output

pengalokasian sumberdaya dan pengalokasian sumberdaya merupakan permasalahan yang mendasar dalam penganggaran sektor publik.


(23)

Keterbatasan sumberdaya sebagai akar masalah utama dalam pengalokasian anggaran sektor publik dapat diatasi dengan pendekatan ilmu ekonomi melalui berbagai teori. Tuntutan untuk mengubah struktur belanja menjadi semakin kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah (Halim, 2001).

Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan public pemerintah daerah seharusnya mengubah komposisi belanjanya. Selama ini belanja daerah lebih banyak digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif. Saragih (2003) menyatakan bahwa pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal yang produktif seperti untuk melakukan aktivitas pembangunan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Stine (1994) dalam Darwanto dan Yustikasari (2006) menyatakan bahwa penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak untuk program-program pelayanan publik. Kedua pendapat ini menyiratkan pentingnya mengalokasikan belanja untuk berbagai kepentingan publik.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah. Penghitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas harga berlaku merupakan nilai


(24)

tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun bersangkutan, sementara PDRB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar PDRB mencerminkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dimana hal ini merupakan bukti nyata dari pemerintah daerah dalam upaya memajukan daerahnya melalui pemaksimalan potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut sehingga manunjukkan kemandirian daerah dari pemerintah pusat. Kenyataan yang terjadi dalam Pemerintah Daerah saat ini adalah peningkatan PDRB tidak selalu diikuti dengan peningkatan belanja modal, hal tersebut dapat dilihat dari kecilnya jumlah belanja modal yang dianggarkan dengan total anggaran belanja daerah.

Desentralisasi fiskal memberikan kewenangan yang besar kepada pemerintah daerah untuk menggali potensi yang dimiliki sebagai sumber pendapatan daerah dalam rangka pelayanan publik. Menurut UU 32/2004, Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber pendapatan Pemerintah Daerah. PAD terdiri dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dari laba perusahaan daerah, dan lain-lain pendapatan yang sah. Dengan adanya peningkatan PAD diharapkan dapat meningkatkan investasi belanja modal pemerintah daerah sehingga pemerintah dapat memberikan kualitas pelayanan publik yang baik.

Setiap daerah mempunyai kemampuan keuangan yang tidak sama dalam mendanai kegiatan-kegiatannya, hal ini menimbulkan ketimpangan fiskal antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu, untuk


(25)

mengatasi ketimpangan fiskal ini pemerintah mengalokasikan dana yang bersumber dari APBN untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi (UU 32/2004). Salah satu dana perimbangan dari pemerintah ini adalah Dana Alokasi Umum (DAU) yang pengalokasiannya menekankan aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan. Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dengan dana tersebut pemerintah daerah menngunakannya untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada publik.

Berdasarkan UU 33/2004, Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Pemanfaatan DAK diarahkan pada kegiatan investasi pembangunan, pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana fisik dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang, dan tidak termasuk penyertaan modal. Dengan adanya pengalokasian DAK diharapkan dapat mempengaruhi belanja modal, karena DAK cenderung akan menambah asset tetap yang dimiliki pemerintah guna meningkatkan pelayanan publik.

Kabupaten Kutai Barat merupakan salah satu wilayah pemekaran dari Kabupaten Kutai, pembentukannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 47 tahun 1999. Dikarenakan wilayah ini belum lama dimekarkan maka


(26)

pembangunan terhadap fasilitas publik merupakan suatu hal yang wajib dilakukan. Hal ini dilakukan guna memaksimalkan pelayanan pemerintah daerah terhadap masyarakat. Anggaran untuk melaksanakan pembangunan tiap tahunnya selalu dianggarkan melalui Anggaran Belanja Modal, namun minimnya anggaran tersebut menghambat lajunya pembangunan terutama pada daerah-daerah yang terisolir. Anggaran tersebut diperlukan untuk membangun sarana dan infrastruktur, seperti : gedung kantor, jalan, jembatan, sarana mobilitas, listrik, air bersih, gedung sekolah, serta sarana serta prasarana lainnya untuk menunjang pelayanan publik.

Berdasarkan teori dan uraian diatas diketahui bahwa PDRB, PAD, DAU, dan DAK memiliki pengaruh terhadap pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Oleh sebab itu, penulis termotivasi lebih jauh untuk meneliti pengaruh PDRB, PAD, DAU, dan DAK terhadap Anggaran Belanja Modal pada Kabupaten Kutai Barat periode 2001-2010.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010) ? 2. Apakah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif


(27)

3. Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010) ?

4. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010) ?

5. Apakah Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010) ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis :

1. Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010).

2. Pengaruh positif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010).

3. Pengaruh positif Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010).

4. Pengaruh positif Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010).

5. Pengaruh positif Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010).


(28)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah Daerah Kutai Barat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pentingnya mengoptimalkan potensi lokal yang dimiliki daerah untuk peningkatan kualitas pelayanan publik demi kemajuan daerah.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan, wawasan, dan pengetahuanbaik bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma maupun pihak lain yang berkepentingan terhadap topik yang diteliti oleh penulis.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan kesempatan untuk menerapkan teori-teori yang telah diterima selama berada di bangku kuliah dan menambah wawasan dengan terjun langsung ke lapangan.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini penulis mencoba menjelaskan tentang hubungan PDRB, PAD, DAU, dan DAK terhadap Anggaran Belanja Modal. Bab ini menguraikan pula


(29)

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Pada bab ini akan dikemukakan teori-teori yang mendukung permasalahan dan pembahasan dari hasil studi pustaka. Uraian yang terdapat pada bab ini nanti akan dijadikan sebagai landasan berpikir bagi penulis dalam mengelola data yang diperoleh, dan menganalisa permasalahan untuk mendapatkan pemecahan atas permasalahan yang diajukan. Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi metode penelitian yang digunakan penulis meliputi jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis teknik data yang digunakan penulis untuk menjawab permasalahan yang ada. Bab IV Gambaran Umum Daerah Kabupaten Kutai Barat

Bab ini berisi tentang keadaan Pemerintah Daerah Kutai Barat meliputi sejarah pembentukan, letak geografis dan luas wilayah, penduduk dan tenaga kerja, hasil utama daerah, sosial dan organisasi pemerintahan daerah.

Bab V Analisis Data Dan Pembahasan

Bab ini membahas analisis data yang diperoleh dari Pemerintah Daerah Kutai Barat dengan menggunakan metode dan teknik yang diuraikan dalam metode penelitian.


(30)

Bab VI Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari seluruh langkah-langkah dalam pembahasan dan analisis data dari hasil penelitian, keterbatasan dalam penelitian dan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian ini dan penelitian selanjutnya.


(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Anggaran Daerah Sektor Publik

Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Anggaran daerah merupakan salah satu alat yang memegang peranan penting dalam meningkatkan pelayanan publik dan didalamnya tercermin kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan daerah.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, anggaran daerah merupakan salah satu alat yang memegang peranan penting karena di dalamnya tercermin kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan daerah. Tujuan utama proses perumusan anggaran adalah menterjemahkan perencanaan ekonomi pemerintah, yang terdiri dari perencanaan input dan output dalam satuan keuangan. Oleh karena itu, proses perumusan anggaran harus dapat menggali dan mengendalikan sumber-sumber dana publik. Proses pembuatan satu tahun anggaran tersebut dikenal dengan istilah penganggaran.

Penganggaran mempunyai tiga tahapan, yaitu (1) perumusan proposal anggaran, (2) pengesahan proposal anggaran, (3)


(32)

pengimplementasian anggaran yang telah ditetapkan sebagai produk hukum (Samuels, 2000). Von Hagen (2002) dalam Darwanto (2007) menyatakan bahwa penganggaran dibagi ke dalam empat tahapan, yaitu executive planning, legislative approval, executive implementation, and ex post

accountability. Pada tahapan executive planning dan legislative approval

terjadi interaksi antara eksekutif dengan legislatif dimana politik anggaran paling mendominasi, sementara pada tahapan executive implementation dan

ex post accountability hanya melibatkan birokrasi sebagai agent.

Menurut Mardiasmo (2004), anggaran sektor publik dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Anggaran operasional

Anggaran operasional merupakan anggaran yang digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran yang termasuk anggaran operasional antara lain belanja umum, belanja operasi dan belanja pemeliharaan.

2. Anggaran modal

Anggaran modal merupakan anggaran yang menunjukkan anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot, dan sebagainya. Belanja modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah, selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan biaya pemeliharaan.


(33)

B. Proses Penyusunan Anggaran di Indonesia

Perubahan paradigma baru dalam pengelolaan dan penganggaran daerah merupakan akibat dari penerapan otonomi daerah di Indonesia. Penganggaran kinerja (performance budgeting) merupakan konsep dalam penganggaran yang menjelaskan keterkaitan antara pengalokasian sumberdaya dengan pencapaian hasil yang dapat diukur.

Proses penyusunan APBD dimulai dengan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), selanjutnya RPJMD dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk periode 1 tahun. Berdasarkan RKPD tersebut, Pemerintah Daerah menyusun Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang dijadikan dasar dalam penyusunan APBD. Kemudian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menerima penyerahan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang sebelumnya disusun oleh Pemda untuk disetujui. Setelah Pemda menyetujui PPAS, selanjutnya disusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) yang kemudian disahkan menjadi APBD.

Mardiasmo (2002) proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan yaitu:

1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.

2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik dalam proses pemrioritasan.


(34)

3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja. 4. Meningkatkan transparansi dan tanggung jawab pemerintah kepada

DPR/DPRD dan masyarakat luas.

C. Teori Keagenan

Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara prinsipal sebagai pihak pertama dengan agen sebagai pihak lainnya yang terikat kontrak perjanjian. Pihak prinsipal merupakan pihak yang bertugas membuat suatu kontrak, mengawasi, dan memberikan perintah atas kontrak tersebut. Sedangkan pihak agen bertugas menerima dan menjalankan kontrak yang sesuai dengan keinginan pihak prinsipal.

1. Hubungan Keagenan antara Eksekutif dan Legislatif

Dalam hubungan keagenan antara eksekutif dan legislatif, eksekutif (Pemda) bertindak sebagai agen dan legislatif (DPRD) bertindak sebagai prinsipal. Pemda menyusun anggaran daerah dalam bentuk RAPBD yang selanjutnya diserahkan kepada DPRD untuk diperiksa. Jika RAPBD telah sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), maka pihak legislatif (DPRD) akan melakukan pengesahan RAPBD menjadi APBD. Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah oleh pihak legislatif (DPRD) dijadikan alat kontrol untuk mengawasi kinerja pihak eksekutif (Pemda).


(35)

2. Hubungan Keagenan antara Legislatif dan Publik

Dalam hubungan antara legislatif dan publik, legislatif (DPRD) bertindak sebagai agen dan publik bertindak sebagai prinsipal. Menurut Von Hagen (2003) bahwa hubungan yang terjadi antara publik dan legislatif pada dasarnya menunjukkan bagaimana publik memilih politisi untuk membuat keputusan-keputusan tentang belanja publik dan memberikan dana dengan membayar pajak. Kemudian legislatif terlibat dalam pembuatan keputusan atas pengalokasian belanja dalam anggaran, maka DPRD diharapkan mewakili kepentingan publik. Jadi walaupun legislatif menjadi pihak prinsipal, disisi lain dapat bertindak senagai agen dalam hubungannya dengan publik. Sehingga legislatif menempatkan dirinya sebagai pihak yang menerima tugas dari publik, dan melakukan pendelegasian kepada eksekutif untuk menjalankan penganggaran.

3. Hubungan Keagenan dalam Penyusunan Anggaran Daerah di Indonesia Penyusunan APBD yang dibuat antara eksekutif dan legislatif berpedoman pada Kebijakan Umum APBD dan Plafon Anggaran. Pihak eksekutif membuat rancangan APBD yang kemudian diserahkan kepada legislatif untuk dipelajari dan dibahas bersama-sama sebelum ditetapkan sebagai Perda. Dalam perspektif keagenan, APBD merupakan bentuk kontrak yang dijadikan alat oleh legislatif untuk mengawasi pelaksanaan anggaran oleh eksekutif (Darwanto, 2007).


(36)

D. Belanja Modal Dalam Anggaran Daerah

Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan jaminan sosial dengan mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga, tolak ukur kinerja dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU 32/2004). Kewajiban daerah tersebut tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Belanja modal digunakan untuk memperoleh aset tetap pemerintah daerah seperti peralatan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Cara mendapatkan belanja modal dengan membeli melalui proses lelang atau tender.

Aset tetap yang dimiliki pemerintah daerah sebagai akibat adanya belanja modal merupakan syarat utama dalam memberikan pelayanan publik. Untuk menambah aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam


(37)

bentuk anggaran belanja modal dalam APBD. Setiap tahun diadakan pengadaan aset tetap oleh pemerintah daerah sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak jangka panjang secara finansial.

Peningkatan kualitas pelayanan publik dapat diperbaiki melalui perbaikan manajemen kualitas jasa (service quality management), yakni upaya meminimasi kesenjangan (gap) antara tingkat layanan dengan harapan konsumen (Bastian, 2006). Dengan demikian, Pemerintah Daerah harus mampu mengalokasikan anggaran belanja modal dengan baik karena belanja modal merupakan salah satu langkah bagi Pemerintah Daerah untuk memberikan pelayanan kepada publik.

Belanja Modal dapat dikategorikan dalam 5 (lima) kategori utama: 1. Belanja Modal Tanah

Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/pembeliaan/pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertipikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.

2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan


(38)

manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.

3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan

Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian/ peningkatan pembangunan/ pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

5. Belanja Modal Fisik Lainnya

Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian/ peningkatan pembangunan/ pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam criteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian


(39)

barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.

E. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai barang dan jasa (komoditas) yang diproduksi pada suatu wilayah domestik/regional tanpa memperhatikan pemilikan faktor-faktor produksinya. Nilai PDRB atas harga pasar dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah domestik/regional. Nilai tambah adalah produksi (output) dikurangi biaya antara, perhitungan nilai tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto.

Penyajian angka-angka dalam PDRB dibedakan menjadi dua, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga berlaku tahun berjalan setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan memakai harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.


(40)

Menurut Arsyad (1999) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan output atau nilai tambah seluruh produksi barang dan jasa yang dihasilkan dari beberapa sektor ekonomi yaitu : Pertanian, Pertambangan dan penggalian, Industri pengolahan, Listrik, gas dan air, Bangunan / konstruksi, Perdagangan, restoran dan hotel, Pengangkutan dan telekomunikasi, Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta Jasa-jasa.

Dari pengertian tersebut diatas maka PDRB identik dengan pendapatan, yaitu pendapatan suatu rumah tangga negara atau dalam hal ini adalah daerah. Data PDRB tersebut menggambarkan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimilikinya. PDRB juga digunakan sebagai indikator untuk mengukur besarnya laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan

output perkapita diproduksi dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita (Boediono, 1985).

Sesuai dengan konsep ekonomi makro, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut penggunaan terbagi menjadi empat kelompok pengeluaran utama, yaitu pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga, pengeluaran untuk kegiatan investasi, pengeluaran atau belanja sektor pemerintah dan ekspor netto (ekspor dikurangi impor). Untuk lebih jelasnya, PDRB dapat dilihat dari tiga pendekatan sebagai berikut :

1. Segi Produksi 2. Segi Pendapatan 3. Segi Pengeluaran


(41)

F. Pendapatan Asli Daerah

Menurut UU 33/2004, Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pendapatan daerah asli yang bersumber dari daerah tersebut yang kemudian digunakan untuk modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat.

Daerah yang ditunjang dengan sarana dan prasarana memadai akan berpengaruh pada tingkat produktivitas masyarakatnya dan akan menarik investor untuk menanamkan modalnya pada daerah tersebut yang pada akhirnya akan menambah pendapatan asli daerah. Peningkatan PAD diharapkan mampu memberikan efek yang signifikan terhadap pengalokasian anggaran belanja modal oleh pemerintah. Peningkatan investasi modal (belanja modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan PAD (Mardiasmo, 2002). Dengan kata lain, pembangunan berbagai fasilitas sektor publik akan berujung pada peningkatan pendapatan daerah. Pelaksanaan desentralisasi membuat pembangunan menjadi prioritas utama pemerintah daerah untuk menunjang peningkatan Pendapatan Asli Daerah.


(42)

Kelompok Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan :

1. Pajak Daerah

Sesuai UU 28/2009 jenis pendapatan pajak untuk kabupaten/kota terdiri dari :

a. Pajak hotel b. Pajak restoran c. Pajak hiburan d. Pajak reklame

e. Pajak penerangan jalan

f. Pajak pengambilan bahan galian golongan C g. Pajak parkir

h. Pajak Air Tanah

i. Pajak Sarang Burung Walet

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. 2. Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan salah satu jenis penerimaan daerah yang bersumber dari retribusi. Sesuai dengan UU 28/2009 jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten/kota meliputi objek pendapatan yang terdiri dari 30 objek yang dikelompokkan kedalam tiga golongan retribusi, yaitu : retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu.


(43)

3. Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup :

a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD.

b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara/BUMN.

c. Bagian laba penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

4. Lain-lain PAD yang sah

Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Rekening ini disediakan untuk mengakuntansikan penerimaan daerah selain yang di atas. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :

a. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan b. Jasa giro

c. Pendapatan bunga

d. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah

e. Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan pengadaan barang, dan jasa oleh daerah.


(44)

f. Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

g. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan. h. Pendapatan denda pajak.

i. Pendapatan denda retribusi. j. Pendapatan eksekusi atas jaminan. k. Pendapatan dari pengembalian l. Fasilitas sosial dann umum.

m. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. n. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pembiayaan untuk anggaran belanja modal. PAD didapatkan dari iuran langsung dari masyarakat, seperti pajak, restribusi, dan lain sebagainya. Tanggung jawab agen (pemerintah daerah) kepada prinsipal (masyarakat) adalah memberikan pelayanan publik (public service) yang baik kepada masyarakat melalui anggaran belanja modal, karena masyarakat telah memberikan sebagian uangnya kepada pemerintah daerah. Bentuk pelayanan publik yang diberikan pemerintah kepada masyarakat dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai di daerahnya. Pengadaan infrastruktur atau sarana prasana tersebut dibiayai dari alokasi anggaran belanja modal dalam APBD tiap tahunnya. Dengan demian, ada hubungan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan pengalokasian belanja modal.


(45)

G. Dana Alokasi Umum

Dalam pengaturan keuangan menurut UU 32/2004 dana perimbangan adalah provorsi berupa transfer antar pemerintah dari pusat ke kabupaten dan kota, yang disebut dengan dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU 33/2004). Hal ini berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah dan merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pusat kepada daerah. Transfer dari pusat ini cukup signifikan sehingga pemerintah daerah dengan leluasa dapat menggunakannya untuk memberi pelayanan publik yang lebih baik atau untuk keperluan lain.

Pemerintah pusat mengharapkan dengan adanya desentralisasi fiskal pemerintah daerah lebih mengoptimalkan kemampuannya dalam mengelola sumber daya yang dimiliki sehingga tidak hanya mengandalkan DAU. Dengan adanya transfer DAU dari Pemerintah Pusat maka daerah bisa lebih fokus untuk menggunakan PAD yang dimilikinya untuk membiayai belanja modal yang menunjang tujuan pemerintah yaitu meningkatkan pelayanan publik.


(46)

H. Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan pada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan kegiatan daerah dan merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional (UU 33/2004). Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan keuangan dibawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat. Program yang menjadi prioritas nasional dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun anggaran bersangkutan. Daerah tertentu adalah daerah yang dapat memperoleh alokasi DAK, berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

Kebijakan Dana Alokasi Khusus secara spesifik (www.depkeu.djpk.go.id) :

a. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan keuangan di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah merupakan urusan daerah;

b. Menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana di daerah pesisir danpulau-pulau kecil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah rawan banjir/longsor, serta termasuk kategori daerah ketahanan pangan dan daerah pariwisata;


(47)

c. Mendorong peningkatan produktivitas perluasan kesempatan kerja dan diversifikasi ekonomi terutama di pedesaan, melalui kegiatan khusus di bidang pertanian, kelautan dan perikanan, serta infrastruktur;

d. Meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar dan prasarana dasar melalui kegiatan khusus di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur;

e. Menjaga dan meningkatkan kualitas hidup, serta mencegah kerusakan lingkungan hidup, dan mengurangi risiko bencana melalui kegiatan khusus di bidang lingkungan hidup, mempercepat penyediaan serta meningkatkan cakupan dan kehandalan pelayanan prasarana dan sarana dasar dalam satu kesatuan sistem yang terpadu melalui kegiatan khusus di bidang infrastruktur;

f. Mendukung penyediaan prasarana di daerah yang terkena dampak pemekaran pemerintah kabupaten, kota, dan provinsi melalui kegiatan khusus di bidang prasarana pemerintahan;

g. Meningkatkan keterpaduan dan sinkronisasi kegiatan yang didanai dari DAK dengan kegiatan yang didanai dari anggaran Kementerian/Lembaga dan kegiatan yang didanai dari APBD;

h. Mengalihkan secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang telah menjadi urusan daerah ke DAK. Dana yang dialihkan berasal dari anggaran Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Kesehatan.


(48)

Pemanfaatan DAK diarahkan pada kegiatan investasi pembangunan, pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana fisik dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang. Dengan adanya pengalokasian DAK diharapkan dapat mempengaruhi pengalokasian anggaran belanja modal, karena DAK cenderung akan menambah aset tetap yang dimiliki pemerintah guna meningkatkan pelayanan publik.

I. Review Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Ringkasan penelitian terdahulu

Peneliti (Tahun) Variabel Penelitian Hasil Penelitian Darwanto dan

Yulia Yustikasari (2007)

Variabel dependen : belanja modal Variabel independen : pertumbuhan ekonomi, PAD, DAU

PAD dan DAU berpengaruh positif terhadap belanja modal. Sedangkan Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh terhadap belanja modal.

Yohanes Avun

(2007)

Variabel dependen : Belanja

Pembangunan Variabel independen PDRB

Pengeluaran Belanja Pembangunan sektor pertanian, sektor

pertambangan, sektor perdagangan secara bersama-sama mempunyai pengaruh dan hubungan yang positif terhadap penerimaan PDRB


(49)

Anggiat

Situngkir (2009)

Variabel dependen : belanja modal Variabel independen : pertumbuhan ekonomi, PAD, DAU, DAK

Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap anggaran Belanja Modal. Sedangkan PAD, DAU, dan DAK berpengaruh signifikan positif terhadap anggaran Belanja Modal.

Sumber: Review dari beberapa artikel.

J. Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah mengenai Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Anggaran Belanja Modal. Gambar 2.1 menyajikan kerangka pemikiran untuk pengembangan hipotesis pada penelitian ini.

(+) (+)

(+) (+)

Gambar 2.1. : Kerangka Pikir Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Akolasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal

Produk Domestik Regional Bruto (X1)

Pendapatan Asli Daerah (X2)

Belanja Modal (BM) Dana Alokasi Umum (X3)


(50)

Setiap pemerintahan kabupaten/kota pasti menginginkan adanya pertumbuhan ekonomi di daerah yang ada di bawah wewenangnya. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi merupakan suatu bukti nyata hasil usaha dari pemerintah daerah dalam upaya memajukan daerahnya, pertumbuhan ekonomi ini diproksikan melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB suatu daerah dapat diciptakan apabila didukung oleh infrastruktur atau sarana prasarana daerah yang baik. Infrastruktur atau sarana prasarana tersebut bisa didapat dari belanja modal yang dianggarkan pemerintah daerah setiap tahunnya. Bila PDRB suatu daerah baik maka berpengaruh pula pada alokasi belanja modal pemerintah daerah tersebut, semakin baik PDRB daerah tersebut maka semakin menuntut pemerintahan daerah untuk mengalokasikan belanja modalnya semakin banyak lagi.

Kemampuan daerah dalam merealisasikan potensi ekonomi daerah menjadi sumber penerimaan daerah yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan daerah. Untuk itu, dalam masa desentralisasi seperti ini, pemerintah daerah dituntut untuk bisa mengembangkan dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada daerahnya masing-masing dengan memaksimalkan sumberdaya yang dimiliki agar dapat membiayai segala kegiatan penciptaan infrastruktur atau sarana prasarana daerah melalui alokasi belanja modal pada APBD. Semakin baik PAD suatu daerah maka semakin besar pula alokasi belanja modalnya.

DAU merupakan salah satu dari Dana Perimbangan yang disediakan oleh pemerintah pusat yang bersumber dari APBN, yang


(51)

berutujuan untuk memeratakan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Pemerintah daerah yang kemampuan keuangannya lemah akan mengandalkan DAU untuk membiayai segala kegiatan pemerintahan, karena DAU juga merupakan salah satu sumber pendanaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. Oleh karena itu, semakin besar DAU yang diperoleh semakin besar pula alokasi belanja modal daerah tersebut.

DAK merupakan transfer yang bersifat khusus untuk mengatasi masalah khusus dengan dana pendampingan dari APBN dengan tujuan utama pembangunan nasional. Salah satu kebijakan DAK yaitu mendukung penyediaan sarana dan prasarana di daerah yang terkena dampak pemekaran (www.depkeu.djpk.go.id). Dari kebijakan tersebut terlihat jelas bahwa DAK memiliki pengaruh terhadap belanja modal.

Anggaran Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pemerintah kabupaten mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk kualitas pelayanan publik. Besarnya belanja modal yang dialokasikan pemerintah kabupaten dalam APBD tentu sangat dipengaruhi oleh posisi keuangan pada daerah tersebut.


(52)

K. Pengembangan Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hubungan antara tujuan penelitian serta kerangka pemikiran teoritis terhadap rumusan masalah penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

H1 : Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap anggaran Belanja Modal

H2 : Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal

H3 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal.

H4 : Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal

H5 : Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus, yaitu penelitian terhadap suatu objek tertentu dengan mengambil data tertentu pada waktu tertentu. Hasil pengujian data digunakan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan penelitian, mendukung atau menolak hipotesis yang dikembangkan dari landasan teori. Kesimpulan dari hasil penelitian hanya berlaku pada objek yang diteliti dan dalam waktu tertentu.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Kabupaten Kutai Barat dimana penelitian ini mengarah pada pengaruh pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus terhadap anggaran belanja modal di Kabupaten Kutai Barat. Penelitian ini menggunakan data time series tahun 2001-2010. Waktu penelitian dilaksanakan awal Januari 2012 sampai dengan Maret 2012.

C. Subjek Dan Objek

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah tempat dimana variabel penelitian melekat sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini, subjek pada penelitian ini adalah :


(54)

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah b. Badan Pusat Statistik

2. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu hal yang akan di teliti dengan mendapatkan data untuk tujuan tertentu dan kemudian dapat ditarik kesimpulan. Objek pada penelitian ini adalah :

a. Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). b. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

D. Data Yang Diperlukan

Sebelum memasuki uraian tentang analisis yang dilakukan akan dijelaskan terlebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan data yang dipergunakan dalam penelitian ini. Hal yang berhubungan dengan data tersebut adalah data yang diperlukan dan sumber data itu sendiri. Adapun data yang diperlukan dalam dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari beberapa instansi pemerintah di Kabupaten Kutai Barat, yaitu yang meliputi data :

1. Data laporan APBD tahun 2001-2010, dimana dari dokumen ini diperoleh data mengenai jumlah realisasi Anggaran Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Sumber data berasal dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat


(55)

2. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita tahun 2001-2010, data ini berasal dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Barat.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan di dalam pengumpulan data untuk keperluan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data melalui literartur-literatur dan dengan meneliti semua dokumen-dokumen, buku-buku, catatan-catan dan arsip serta refrensi lain yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

2. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung ke objek yang menjadi pusat penelitian guna mendapatkan dan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.

3. Wawancara, merupakan kominikasi dua arah untuk mendapatkan data dari instansi-instansi terkait mengenai Kabupaten Kutai Barat.

F. Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi variabel independen / bebas. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah belanja modal. Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode


(56)

akuntansi. Belanja modal meliputi belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud. Belanja modal dapat diukur dengan :

2. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen, yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian inidilambangkan dengan X yang terdiri dari :

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) X1

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai barang dan jasa (komoditas) yang diproduksi pada suatu wilayah domestik/regional tanpa memperhatikan pemilikan faktor-faktor produksinya. Penyajian angka-angka dalam PDRB dibedakan menjadi dua, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. Dalam penelitian ini menggunakan data dari PDRB atas dasar harga konstan, dimana PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan memakai harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar sehingga dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Belanja Modal = Belanja Tanah + Belanja Peralatan dan Mesin + Belanja Gedung dan Bangunan + Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan + belanja Aset Lainnya


(57)

b. Pendapatan Asli Daerah (PAD) X2

Menurut UU No. 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah asli yang digali di daerah tersebut untuk digunakan sebagai modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Variabel Pendapatan Asli daerah diukur dengan rumus :

c. Dana Alokasi Umum (DAU) X3

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah transfer yang bersifat umum dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah untuk mengatasi ketimpangan horizontal dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah. Dana Alokasi Umum untuk masing-masing Kabupaten/Kota dapat dilihat dari pos dana perimbangan dalam Laporan Realisasi APBD.

d. Dana Alokasi Khusus (DAK) X4

PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan + Lain-lain PAD yang Sah


(58)

Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dana Alokasi Khusus untuk masing-masing Kabupaten / Kota dapat dilihat dari pos dana perimbangan dalam Laporan Realisasi APBD.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan teknik yang penting dalam metode ilmiah karena dengan analisis, data diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Sebelum melakukan analisis regresi berganda terlebih dahulu dilakukan analisis statistik deskriptif dan uji asumsi klasik kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Penyajian statistif deskriptif bertujuan untuk melihat profil dari data penelitian tersebut dengan hubungan yang ada antar variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut. Analisis statistik deskriptif ini digunakan untuk mengetahui gambaran menegenai responden atau data variabel yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata dan nilai standar deviasi.


(59)

Pengujian Asumsi Klasik merupakan pengujian terhadap ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik yang merupakan dasar dalam model regresi linier berganda. Ada empat uji asumsi yang harus dilakukan terhadap suatu model regresi tersebut yaitu :

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal (Nugroho, 2005). Untuk menguji apakah distribusi normal atau tidak dapat dilihat melalui probability plot dengan membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Data normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2005). Selain itu untuk menguji normalitas residual dapat juga dengan menggunakan uji statistik non-parametrikKolmogorov Smirnov. Jika hasil Kolmogorov Smirnov menunjukkan hasil signifikan > 0,05 maka data residual terdistribusi dengan normal. Sedangkan jika hasil Kolmogorov Smirnov menunjukkan nilai signifikan < 0,05 maka data residual terdistribusi tidak normal (Ghozali, 2005).


(60)

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara variabel independen dalam regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Multikolonieritas akan mengakibatkan koefisien regresi tidak pasti atau mengakibatkan kesalahan standarnya menjadi tidak terhingga sehingga bisa menimbulkan bias spesifikasi. Menurut Ghozali (2005), salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflasi Factor (VIF). Variabel bebas mengalami multikolonieritas jika tolerance (α) hitung < α dan

VIF hitung > VIF. Semua variabel yang akan dimasukkan dalam perhitungan regresi harus mempunyai tolerance di atas 0,1. Pada umumnya jika VIF lebih besar daripada 0,1 maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolonieritas dengan variabel independen lainnya.

c. Uji Heteroskedasitas

Uji Heteroskedastisitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi perbedaan varians residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain (Ghozali, 2005). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat scatter plot (nilai prediksi dependen ZPRED dengan residual SRESID), uji Glejser, uji Park, dan uji White.


(61)

Pengujian model dalam penelitian ini dilakukan melalui Uji Glejser dan melihat scatter plot. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003). Jika variabel independen signifikan mempengaruhi variabel dependen, maka terdapat indikasi terjadi heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya > 0,05 (Ghozali, 2005).

Deteksi ada tidaknya heteroskedastiitas dapat terlihat dengan ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatteplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) telah di-studentized. Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2005).

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Ada beberapa cara


(62)

untuk mendeteksi gejala autokorelasi yaitu uji Durbin Watson (DW test), uji Langrage Multiplier (LM test), uji statistik Q, dan Run Test.

Dalam penelitian ini pengujian dilakukan dengan menggunakan uji

Run Test, yaitu untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dapat dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Suatu residual dikatakan acak atau random apabila tingkat signifikansinya > 0.05. 3. Pengujian Hipotesis

a. Melakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda yang bertujuan untuk memprediksi kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, hal ini sesuai dengan rumusan masalah, tujuan dan hipotesis dari penelitian ini. Metode regresi berganda menghubungkan satu variabel dependen dengan beberapa variabel independen dalam suatu model prediktif tunggal. Uji regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus terhadap anggaran belanja modal.

1) Menghitung apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji F

2) Mencari koefisien regresi setiap variabel independen dengan persamaan regresi sebagai berikut:


(63)

BM = α + β1PDRB + β2PAD + β3DAU + ß4DAK + e

Dimana :

BM = Belanja Modal ( BM )

α = Konstanta

β1, β2, β3, β4 = koefisien regresi variabel independen PDRB = Produk Domestik Regional Bruto

PAD = Pendapatan Asli Daerah DAU = Dana Alokasi Umum DAK = Dana Alokasi Khusus

e = error

3) Menghitung seberapa besar variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen

b. Menentukan Rumusan Hipotesis 1) Merumuskan hipotesis

Pengujian simultan

H01:β1 = 0, Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh terhadap anggaran Belanja Modal

Ha1:β1 ≠ 0 atau minimal 1 β1 ≠ 0, Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap anggaran Belanja Modal

a) Menentukan level of significance (α)

Tingkat signifikansi dengan (α) sebesar 5% dan tingkat keyakinan 95%, dengan pengujian satu sisi.

b) Menentukan kriteria penerimaan H0 ditolak apabila Fhitung > Ftabel


(64)

H0 diterima apabila Fhitung < Ftabel

c) Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel

d) Mengambil keputusan berdasarkan perbandingan nilai Fhitung dengan Ftabel, apakah menolak atau menerima H0. e) Menarik kesimpulan berdasarkan perbandingan nilai Fhitung

dengan Ftabel, apakah menolak atau menerima H0. Pengujian Parsial

H02:β2 ≤ 0, Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap anggaran Belanja Modal Ha2:β2> 0, Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif

terhadap anggaran Belanja Modal

H03:β3 ≤ 0, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap anggaran Belanja Modal

Ha3:β3 > 0, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal

H04:β4 ≤ 0, Dana Alokasi Umum berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap anggaran Belanja Modal

Ha4:β4 > 0, Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal

H05:β5 ≤ 0, Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap anggaran Belanja Modal

Ha5:β5 > 0, Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal


(65)

a) Menentukan level of significance (α)

Tingkat signifikansi dengan (α) sebesar 5% dan tingkat keyakinan 95%, dengan pengujian satu sisi.

b) Menentukan kriteria penerimaan H0 ditolak apabila thitung > ttabel H0 diterima apabila thitung < ttabel

c) Membandingkan nilai thitung dengan ttabel

d) Mengambil keputusan berdasarkan perbandingan nilai thitung dengan ttabel, apakah menolak atau menerima H0. e) Menarik kesimpulan berdasarkan perbandingan nilai thitung


(66)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Kutai Barat

Kabupaten Kutai Barat merupakan salah satu wilayah pemekaran dari Kabupaten Kutai, dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 47 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang. Kabupaten Kutai Barat beribu kota di Sendawar. Wilayah Kabupaten Kutai Barat berada di daerah tropis dengan posisi geografis 113045’ 05” –116031’ 19” Bujur Timur dan 1031’ 35” –

10 10’ 16” Lintang Selatan.

Secara administratif Kabupaten Kutai Barat mempunyai batas wilayah administratif sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Malinau dan Negara Serawak Malaysia.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabuipaten Kutai Kartanegara 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasir

Sebelah Barat berbatasan dengan Ibukota Propinsi Kalimantan Barat dan Propinsi Kalimantan Tengah.

Pembentukan Kabupaten Kutai Barat menjadi daerah pemekaran, dalam rangka mewujudkan pelayanan yang lebih cepat kepada seluruh rakyat di tanah air ini, dimana hal tersebut merupakan inplementasi dari Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang


(67)

selanjutnya di ubah dengan Undang – Undang Nomor 32 tentang Pemerintah Daerah.

B. Keadaan Penduduk dan Penyebarannya

Penduduk mempunyai kedudukan yang sentral dalam pembangunan daerah, yaitu kedudukannya sebagai subyek pembangunan dan juga sekaligus sebagai obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan diharapkan dengan jumlah penduduk yang besar dapat memberikan keuntungan ekonomis diantaranya biaya tenaga kerja yang relatif murah dan terjaminnya persediaan tenaga kerja. Sedangkan kedudukan kedua sebagai obyek pembangunan mengandung arti bahwa segala upaya yang dilakukan oleh pembangunan sasarannya adalah guna meningkatkan kesejahteraan dan kualitas penduduk.

1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten Kutai Barat mencapai 165.091 jiwa. Di mana Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Barong Tongkok yaitu sebesar 23.935 jiwa (14,50 %) dari total populasi penduduk Kutai Barat. Sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Laham yaitu sebesar 2.275 jiwa (1,38 %).

Dibandingkan dengan data penduduk Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2009 yang tercatat sebesar 161.778 jiwa, maka laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Kutai Barat per tahun adalah sebesar 2,05 persen.


(68)

2. Kepadatan Penduduk

Bila dilihat perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayahnya maka dapat diperoleh Kepadatan penduduk untuk Kabu-paten Kutai Barat adalah sebesar 5,22 jiwa/Km2. Meskipun Barong Tongkok memiliki jumlah penduduk terbanyak, namun dari sisi kepadatan penduduk/km2, Kecamatan Sekolaq Darat merupakan daerah yang terpadat penduduknya yakni 50,73 jiwa/Km2 kemudian diikuti oleh Kecamatan Melak sebesar 36,81 jiwa/km2, dan Barong Tongkok sebesar 48,63 jiwa/Km2. Sedangkan untuk kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil adalah Kecamatan Long Apari yaitu sebesar 0,75 jiwa/Km2.

3. Rata-rata Penduduk per Rumah Tangga

Jumlah rumah tangga di Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2010 adalah sebesar 40.487 rumah tangga, dengan rata-rata penduduk per rumah tangga adalah 4,08 jiwa per rumah tangga. Kecamatan dengan rata-rata penduduk per rumah tangga terbesar adalah Kecamatan Long Pahangai yaitu sebesar 5,46 jiwa per rumah tangga. Sedangkan Kecamatan Long Iram merupakan kecamatan dengan rata-rata penduduk per rumah tangga terkecil yaitu sebesar 3,62 jiwa per rumah tangga.


(69)

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Dan Kepadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kutai Barat Tahun 2010

KECAMATAN LUAS

WILAYAH

JUMLAH DESA

RUMAH

TANGGA PENDUDUK

KEPADATAN

RUTA/Km2

PDDK/ Km2

1 2 3 4 5 6 7

01. Bongan 2.274,40 16 2.409 8.997 1,06 3,96

02. Jempang 654,40 12 2.96 11.279 4,52 17,24

03. Penyinggahan 271,90 6 957 3.904 3,52 14,36

04. Muara Pahu 496,68 12 2.101 8.272 4,23 16,65

05. Muara Lawa 444,50 8 1.476 6.483 3,32 14,58

06. Damai 1.750,43 14 2.246 8.476 1,28 4,84

07. Barong Tongkok 492,21 21 5.875 23.935 11,94 48,63

08. Melak 287,87 6 2.713 10.596 9,42 36,81

09. Long Iram 1.462,01 11 1.77 6.407 1,21 4,38

10. Long Hubung 530,90 10 1.376 6.405 2,59 12,06

11. Long Bagun 4.971,20 11 1.671 7.886 0,34 1,59

12. Long Pahangai 3.420,40 13 793 4.326 0,23 1,26

13. Long Apari 5.490,70 10 846 4.102 0,15 0,75

14. Bentian Besar 886,40 9 800 3.093 0,90 3,49

15. Linggang Bigung 699,30 11 3.462 13.712 4,95 19,61

16. Siluq Ngurai 2.015,58 16 1.043 4.292 0,52 2,13

17. Nyuatan 1.740,70 10 1.29 5.348 0,74 3,07

18. Sekolaq Darat 165,46 7 2.151 8.394 13,00 50,73

19. Manor Bulatn 867,70 15 1.774 7.478 2,04 8,62

20. Tering 1.804,16 13 2.326 9.431 1,29 5,23

21. Laham 901,80 5 448 2.275 0,50 2,52

KUTAI BARAT 31.628,70 238 40.487 165.091 1,28 5,22

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Barat 4. Komposisi Penduduk

Penduduk Kabupaten Kutai Barat hingga akhir tahun 2010 tercatat sebesar 165.091 jiwa, dimana sebesar 87.611 jiwa (53,07%) merupakan penduduk laki-laki dan 77.480 jiwa merupakan penduduk perempuan (46,93%). Dari jumlah penduduk tersebut di atas, terlihat bahwa


(70)

penduduk laki-laki lebih dominan jika dibandingkan dengan penduduk perempuan dengan rasio sebesar 113,08. Dengan pengertian bahwa untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 113 laki-laki. Kemudian rasio jenis kelamin tertinggi terdapat di Kecamatan Bentian Besar yaitu sebesar 127,59 sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Penyinggahan yaitu sebesar 108,55.

Tabel 4.2 Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan

KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN

RASIO JENIS KELAMIN

1 2 3 4

01. Bongan 4.876 4.121 118,32

02. Jempang 5.987 5.292 113,13

03. Penyinggahan 2.032 1.872 108,55

04. Muara Pahu 4.333 3.939 110,00

05. Muara Lawa 3.388 3.095 109,47

06. Damai 4.646 3.83 121,31

07. Barong Tongkok 12.632 11.303 111,76

08. Melak 5.563 5.033 110,53

09. Long Iram 3.426 2.981 114,93

10. Long Hubung 3.35 3.055 109,66

11. Long Bagun 4.264 3.622 117,73

12. Long Pahangai 2.294 2.032 112,89

13. Long Apari 2.201 1.901 115,78

14. Bentian Besar 1.734 1.359 127,59

15. Linggang Bigung 7.238 6.474 111,80

16. Siluq Ngurai 2.267 2.025 111,95

17. Nyuatan 2.795 2.553 109,48

18. Sekolaq Darat 4.428 3.966 111,65

19. Manor Bulatn 3.942 3.536 111,48

20. Tering 4.965 4.466 111,17

21. Laham 1.25 1.025 121,95

KUTAI BARAT 87.611 77.48 113,08


(1)

c.

Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 75979814810.154 23078629092.922 3.292 .022 PDRB_X1 -.019 .009 -.909 -2.255 .074 PAD_X2 -1.999 .873 -.590 -2.290 .071 DAU_X3 .272 .125 .789 2.179 .081 DAK_X4 1.140 .652 .588 1.747 .141


(2)

d.

Uji Autokorelasi

Runs Test

Unstandardized Residual Test Valuea -3018060093.71712 Cases < Test Value 5 Cases >= Test Value 5 Total Cases 10 Number of Runs 8

Z 1.006

Asymp. Sig. (2-tailed) .314 a. Median


(3)

Lampiran 5. Hasil Pengujian Regresi Berganda

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate 1 .936a .875 .776 82409984259.40024

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression

238455149169338560000000.000 4 59613787292334640000000.000 8.778 .017a

Residual

33957027528172976000000.000 5 6791405505634595000000.000

Total

272412176697511560000000.000 9

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 82729040554.208 78765387641.652 1.050 .342

PDRB_X1 .103 .029 1.026 3.527 .017 PAD_X2 2.796 2.979 .174 .938 .391 DAU_X3 .374 .426 .229 .876 .421 DAK_X4 5.746 2.226 627 2.581 .049


(4)

Lampiran 6. Titik Persentase Distribusi t (df = 1 – 40)

Pr df 0.25 0.5 0.1 0.2 0.05 0.1 0.025 0.05 0.01 0.02 0.005 0.01 0.001 0.002

1 1 3.07768 6.31375 12.7062 31.82052 63.65674 318.3088

2 0.8165 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712 3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.5407 5.84091 10.21453

4 0.7407 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318

5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343 6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763 7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529

8 0.70639 1.39682 1.85955 2.306 2.89646 3.35539 4.50079

9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681 10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.1437 11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.0247

12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.681 3.05454 3.92963

13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198 14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739 15 0.6912 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283 16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615 17 0.6892 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577 18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048 19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.5794 20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181 21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715 22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499 23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496 24 0.68485 1.31784 1.71088 2.0639 2.49216 2.79694 3.46678 25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019

26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.435

27 0.68368 1.3137 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103 28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816 29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624

30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75 3.38518

31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.3749 32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531

33 0.682 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634

34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793 35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005 36 0.68137 1.30551 1.6883 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262 37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563


(5)

Lampiran 7. Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05

df untuk penyebut

(N2)

df untuk pembilang (N1)

1 2 3 4 5 6 7

1 161 199 216 225 230 234 237

2 18.51 19 19.16 19.25 19.3 19.33 19.35

3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89

4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09

5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88

6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21

7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79

8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.5

9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29

10 4.96 4.1 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14

11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.2 3.09 3.01

12 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3 2.91

13 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83

14 4.6 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76

15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.9 2.79 2.71

16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66

17 4.45 3.59 3.2 2.96 2.81 2.7 2.61

18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58

19 4.38 3.52 3.13 2.9 2.74 2.63 2.54

20 4.35 3.49 3.1 2.87 2.71 2.6 2.51

21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49

22 4.3 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46

23 4.28 3.42 3.03 2.8 2.64 2.53 2.44

24 4.26 3.4 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42

25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.6 2.49 2.4

26 4.23 3.37 2.98 2.74 2.59 2.47 2.39

27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37

28 4.2 3.34 2.95 2.71 2.56 2.45 2.36

29 4.18 3.33 2.93 2.7 2.55 2.43 2.35

30 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.33

31 4.16 3.3 2.91 2.68 2.52 2.41 2.32

32 4.15 3.29 2.9 2.67 2.51 2.4 2.31

33 4.14 3.28 2.89 2.66 2.5 2.39 2.3


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal pada Kota di Pulau Sumatera

3 155 93

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Di Kabupaten Dan Kota Provinsi Aceh

5 75 107

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Lain-lain Pendapatan terhadap Belanja Daerah (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara)

1 39 84

The influence of original local government revenues, general allocation funds and special allocation funds to local government expenditures

0 12 99

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat periode Tahun 2009-2012

1 17 161

PENGARUH BELANJA DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP Pengaruh Belanja Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia(Studi Empiris Pada Pemerint

2 6 19

PENGARUH BELANJA DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP Pengaruh Belanja Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia(Studi Empiris Pada Pemerint

0 2 19

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ANGGARAN BELANJA Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal Kabupaten Dan Kota Di Jawa Tengah (Tahun 2012)

0 3 12

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ANGGARAN BELANJA Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal Kabupaten Dan Kota Di Jawa Tengah (Tahun 2012)

0 2 14

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL (Studi Kasus pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat tahun 2001-2010) SKRIPSI Diajukan untu

0 0 135