untuk mendeteksi gejala autokorelasi yaitu uji Durbin Watson DW test, uji Langrage Multiplier LM test, uji statistik Q, dan Run Test.
Dalam penelitian ini pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Run Test
, yaitu untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dapat
dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Suatu residual dikatakan acak atau random apabila tingkat signifikansinya 0.05.
3. Pengujian Hipotesis a. Melakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda yang bertujuan untuk memprediksi kekuatan
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, hal ini sesuai dengan rumusan masalah, tujuan dan hipotesis dari penelitian
ini. Metode regresi berganda menghubungkan satu variabel dependen dengan beberapa variabel independen dalam suatu model prediktif
tunggal. Uji regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum,
dan dana alokasi khusus terhadap anggaran belanja modal. 1 Menghitung apakah variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji F
2 Mencari koefisien regresi setiap variabel independen dengan
persamaan regresi sebagai berikut:
BM = α + β
1
PDRB + β
2
PAD + β
3
DAU + ß
4
DAK + e Dimana :
BM = Belanja Modal BM
α = Konstanta
β
1
, β
2
, β
3
, β
4
= koefisien regresi variabel independen PDRB
= Produk Domestik Regional Bruto PAD
= Pendapatan Asli Daerah DAU
= Dana Alokasi Umum DAK
= Dana Alokasi Khusus e
= error 3 Menghitung seberapa besar variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen b. Menentukan Rumusan Hipotesis
1 Merumuskan hipotesis Pengujian simultan
H
01
:β
1
= 0, Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus
tidak berpengaruh terhadap anggaran Belanja Modal H
a1
:β
1
≠ 0 atau minimal 1 β
1
≠ 0, Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan
Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap anggaran Belanja Modal
a Menentukan level of significance α
Tingkat signifikansi dengan α sebesar 5 dan tingkat keyakinan 95, dengan pengujian satu sisi.
b Menentukan kriteria penerimaan H
ditolak apabila F
hitung
F
tabel
H diterima apabila F
hitung
F
tabel
c Membandingkan nilai F
hitung
dengan F
tabel
d Mengambil keputusan berdasarkan perbandingan nilai F
hitung
dengan F
tabel
, apakah menolak atau menerima H
0.
e Menarik kesimpulan berdasarkan perbandingan nilai F
hitung
dengan F
tabel
, apakah menolak atau menerima H .
Pengujian Parsial H
02
:β
2
≤ 0, Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap anggaran Belanja Modal
H
a2
:β
2
0, Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal
H
03
:β
3
≤ 0, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap anggaran Belanja Modal
H
a3
:β
3
0, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal
H
04
: β
4
≤ 0, Dana Alokasi Umum berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap anggaran Belanja Modal
H
a4
:β
4
0, Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal
H
05
: β
5
≤ 0, Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap anggaran Belanja Modal
H
a5
:β
5
0, Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap anggaran Belanja Modal
a Menentukan level of significance α
Tingkat signifikansi dengan α sebesar 5 dan tingkat keyakinan 95, dengan pengujian satu sisi.
b Menentukan kriteria penerimaan H
ditolak apabila t
hitung
t
tabel
H diterima apabila t
hitung
t
tabel
c Membandingkan nilai t
hitung
dengan t
tabel
d Mengambil keputusan berdasarkan perbandingan nilai t
hitung
dengan t
tabel
, apakah menolak atau menerima H
0.
e Menarik kesimpulan berdasarkan perbandingan nilai t
hitung
dengan t
tabel
, apakah menolak atau menerima H .
45
BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Kutai Barat
Kabupaten Kutai Barat merupakan salah satu wilayah pemekaran dari Kabupaten Kutai, dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 47
tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang.
Kabupaten Kutai Barat beribu kota di Sendawar. Wilayah Kabupaten Kutai Barat berada di daerah tropis dengan posisi geografis 113
45’ 05” –116 31’
19” Bujur Timur dan 1 31’ 35” – 1
10’ 16”
Lintang Selatan.
Secara administratif Kabupaten Kutai Barat mempunyai batas
wilayah administratif sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Malinau dan Negara
Serawak Malaysia. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabuipaten Kutai Kartanegara
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasir
Sebelah Barat berbatasan dengan Ibukota Propinsi Kalimantan Barat
dan Propinsi Kalimantan Tengah.
Pembentukan Kabupaten Kutai Barat menjadi daerah pemekaran, dalam rangka mewujudkan pelayanan yang lebih cepat kepada seluruh
rakyat di tanah air ini, dimana hal tersebut merupakan inplementasi dari Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang
selanjutnya di ubah dengan Undang – Undang Nomor 32 tentang Pemerintah
Daerah.
B. Keadaan Penduduk dan Penyebarannya
Penduduk mempunyai
kedudukan yang
sentral dalam
pembangunan daerah, yaitu kedudukannya sebagai subyek pembangunan dan juga sekaligus sebagai obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan
diharapkan dengan jumlah penduduk yang besar dapat memberikan keuntungan ekonomis diantaranya biaya tenaga kerja yang relatif murah dan
terjaminnya persediaan tenaga kerja. Sedangkan kedudukan kedua sebagai obyek pembangunan mengandung arti bahwa segala upaya yang dilakukan
oleh pembangunan sasarannya adalah guna meningkatkan kesejahteraan dan
kualitas penduduk. 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten Kutai Barat mencapai 165.091 jiwa. Di mana Kecamatan yang memiliki
jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Barong Tongkok yaitu sebesar 23.935 jiwa 14,50 dari total populasi penduduk Kutai Barat.
Sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah
Kecamatan Laham yaitu sebesar 2.275 jiwa 1,38 .
Dibandingkan dengan data penduduk Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2009 yang tercatat sebesar 161.778 jiwa, maka laju pertumbuhan
penduduk Kabupaten Kutai Barat per tahun adalah sebesar 2,05 persen.
2. Kepadatan Penduduk
Bila dilihat perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayahnya maka dapat diperoleh Kepadatan penduduk untuk Kabu-
paten Kutai Barat adalah sebesar 5,22 jiwaKm
2
. Meskipun Barong Tongkok memiliki jumlah penduduk terbanyak, namun dari sisi
kepadatan pendudukkm
2
, Kecamatan Sekolaq Darat merupakan daerah yang terpadat penduduknya yakni 50,73 jiwaKm
2
kemudian diikuti oleh Kecamatan Melak sebesar 36,81 jiwakm
2
, dan Barong Tongkok sebesar 48,63 jiwaKm
2
. Sedangkan untuk kecamatan dengan kepadatan
penduduk terkecil adalah Kecamatan Long Apari yaitu sebesar 0,75 jiwaKm
2
. 3. Rata-rata Penduduk per Rumah Tangga
Jumlah rumah tangga di Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2010 adalah sebesar 40.487 rumah tangga, dengan rata-rata penduduk per rumah
tangga adalah 4,08 jiwa per rumah tangga. Kecamatan dengan rata-rata penduduk per rumah tangga terbesar adalah Kecamatan Long Pahangai
yaitu sebesar 5,46 jiwa per rumah tangga .
Sedangkan Kecamatan Long Iram merupakan kecamatan dengan rata-rata penduduk per rumah tangga
terkecil yaitu sebesar 3,62 jiwa per rumah tangga.
Tabel 4.1 Luas Wilayah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Dan Kepadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kutai Barat Tahun 2010
KECAMATAN LUAS
WILAYAH JUMLAH
DESA RUMAH
TANGGA PENDUDUK
KEPADATAN RUTAKm
2
PDDK Km
2
1 2
3 4
5 6
7 01. Bongan
2.274,40 16
2.409 8.997
1,06 3,96
02. Jempang 654,40
12 2.96
11.279 4,52
17,24 03. Penyinggahan
271,90 6
957 3.904
3,52 14,36
04. Muara Pahu 496,68
12 2.101
8.272 4,23
16,65 05. Muara Lawa
444,50 8
1.476 6.483
3,32 14,58
06. Damai 1.750,43
14 2.246
8.476 1,28
4,84 07. Barong Tongkok
492,21 21
5.875 23.935
11,94 48,63
08. Melak 287,87
6 2.713
10.596 9,42
36,81 09. Long Iram
1.462,01 11
1.77 6.407
1,21 4,38
10. Long Hubung 530,90
10 1.376
6.405 2,59
12,06 11. Long Bagun
4.971,20 11
1.671 7.886
0,34 1,59
12. Long Pahangai 3.420,40
13 793
4.326 0,23
1,26 13. Long Apari
5.490,70 10
846 4.102
0,15 0,75
14. Bentian Besar 886,40
9 800
3.093 0,90
3,49 15. Linggang Bigung
699,30 11
3.462 13.712
4,95 19,61
16. Siluq Ngurai 2.015,58
16 1.043
4.292 0,52
2,13 17. Nyuatan
1.740,70 10
1.29 5.348
0,74 3,07
18. Sekolaq Darat 165,46
7 2.151
8.394 13,00
50,73 19. Manor Bulatn
867,70 15
1.774 7.478
2,04 8,62
20. Tering 1.804,16
13 2.326
9.431 1,29
5,23 21. Laham
901,80 5
448 2.275
0,50 2,52
KUTAI BARAT 31.628,70
238 40.487
165.091 1,28
5,22
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Barat 4. Komposisi Penduduk
Penduduk Kabupaten Kutai Barat hingga akhir tahun 2010 tercatat sebesar 165.091 jiwa, dimana sebesar 87.611 jiwa 53,07 merupakan
penduduk laki-laki dan 77.480 jiwa merupakan penduduk perempuan 46,93. Dari jumlah penduduk tersebut di atas, terlihat bahwa
penduduk laki-laki lebih dominan jika dibandingkan dengan penduduk perempuan dengan rasio sebesar 113,08. Dengan pengertian bahwa untuk
setiap 100 penduduk perempuan terdapat 113 laki-laki. Kemudian rasio jenis kelamin tertinggi terdapat di Kecamatan Bentian Besar yaitu sebesar
127,59 sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Penyinggahan yaitu sebesar 108,55.
Tabel 4.2 Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan KECAMATAN
LAKI-LAKI PEREMPUAN
RASIO JENIS
KELAMIN 1
2 3
4 01. Bongan
4.876 4.121
118,32 02. Jempang
5.987 5.292
113,13 03. Penyinggahan
2.032 1.872
108,55 04. Muara Pahu
4.333 3.939
110,00 05. Muara Lawa
3.388 3.095
109,47 06. Damai
4.646 3.83
121,31 07. Barong Tongkok
12.632 11.303
111,76 08. Melak
5.563 5.033
110,53 09. Long Iram
3.426 2.981
114,93 10. Long Hubung
3.35 3.055
109,66 11. Long Bagun
4.264 3.622
117,73 12. Long Pahangai
2.294 2.032
112,89 13. Long Apari
2.201 1.901
115,78 14. Bentian Besar
1.734 1.359
127,59 15. Linggang Bigung
7.238 6.474
111,80 16. Siluq Ngurai
2.267 2.025
111,95 17. Nyuatan
2.795 2.553
109,48 18. Sekolaq Darat
4.428 3.966
111,65 19. Manor Bulatn
3.942 3.536
111,48 20. Tering
4.965 4.466
111,17 21. Laham
1.25 1.025
121,95 KUTAI BARAT
87.611 77.48
113,08 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Barat