Bakteri Staphylococcus aureus NJAUAN P

4. Waktu inkubasi Masa inkubasi standar untuk pengujian adalah 16-18 jam. Apabila data diambil sebelum masa inkubasi data kurang valid. 5. Ukuran lempeng, ketebalan media dan pengaturan jarak cakram Ukuran standar yang disarankan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah cawan petri 9-10 cm dan diisi tidak lebih dari 6-7 cakram kertas. Pengaturan jarak cakram yang baik akan memperjelas ukuran diameter zona hambat. Hal ini guna menghindari tumpang tindih diameter zona hambat. Ketebalan media juga berpengaruh pada lebar diameter zona hambat. Semakin tipis media agar yang digunakan maka akan semakin lebar diameter zona hambat. 6. Potensi zat antibakteri Diameter zona hambat tergantung pada zat antibakteri yang ada pada paper disk. Apabila potensi zat antibakteri rusak karena masa penyimpanan maka akan mengurangi diameter zona hambat. Kekuatan zat antibakteri bisa digolongkan sesuai dengan lebarnya diameter zona hambat. Menurut Davis and Stout dalam Putri 2015 menyebutkan bahwa daerah hambatan ≥ 20 mm mempunyai daya hambat yang sangat kuat. Daerah hambatan 10-20 mm berdaya hambat kuat, daerah hambatan 5-10 mm berdaya hambat sedang, dan daerah hambat ≤ 5 mm berdaya hambat lemah atau tidak berdaya hambat. Hal ini juga disebutkan oleh Rao, et.al dalam Dwiyanti, dkk. 2014 bahwa daerah hambat ≤ 12 mm mempunyai daya hambat yang lemah sedangkan daerah hambat ≥ 18 mm mempunyai daya hambat yang kuat. Pengujian antibakteri lanjutan dari metode difusi adalah metode pengenceran yang disebut dengan metode pour plate. Pengujian ini untuk melihat kadar hambat minimal suatu larutan antibakteri bekerja. Prinsipnya yakni dengan menambahkan konsentrasi terendah suatu larutan antibakteri dengan bakteri uji yang sudah sesuai standar dalam media NA dengan suhu 45°C. Hasil dari pengujian ini akan nampak pada media uji yang bening tidak ditumbuhi bakteri uji. Konsentrasi minimal konsentrasi yang telah diuji dan mempunyai kenampakan bening ditetapkan sebagai KHM Konsentrasi Hambat Minimal. Hasil dari KHM dikultur ulang pada media NA yang steril dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media yang tetap terlihat bening ditetapkan sebagai KBM Konsentrasi Bunuh Minimal Idris, 2013. Mekanisme daya hambat menurut Hugo and Russell 2000 ada lima bagian vital yang menjadi target suatu zat antibakteri yakni, dinding sel, ribosom, kromosom, metabolisme folat dan membran sel. Pelczar dan Chan 1988 menjelaskan bahwa mekanisme kerja daya hambat antibakteri terhadap suatu bakteri adalah sebagai berikut : 1. Merusak dinding sel Lapisan dinding sel bakteri disebut peptidoglikan. Sintesis dinding sel menggunakan banyak reaksi enzim. Zat antibakteriseperti flavonoid yang mampu menghambat reaksi enzim akan menyebabkan sel bakteri lisis. Kerusakan dinding sel akan berakibat juga pada kematian sel. 2. Mengubah permeabilitas membran sel Membran sel hidup mempunyai permeabilitas selektif. Membran sel berfungsi untuk mengatur keluar masuknya zat antar sel dan lingkungan luar, melakukan pengangkutan zat-zat yang diperlukan dan mengendalikan susunan dalam diri sel. Rusaknya dinding sel akan berpengaruh pada membran sel. Bahan antibakteri seperti fenol, saponin dapat merusak membran sel sehingga permeabilitasnya terganggu dan mengalami kerusakan. Kerusakan pada membran sel akan mengakibatkan kematian sel. 3. Kerusakan sitoplasma Sitoplasma suatu sel terdiri dari air, asam nukleat, protein, karbohidrat, lipid, ion anorganik dan senyawa yang berbobot molekul rendah. Beberapa zat kimia dengan konsentrasi tinggi menyebabkan kerusakan komponen sel. 4. Menghambat kerja enzim Enzim merupakan katalis yang mempercepat terjadinya reaksi kimia. Makhluk hidup memerlukan enzim yang membantu dalam proses metabolisme. Perubahan protein yang disebabkan oleh senyawa kimia tertentu akan berakibat pada penghambatan proses enzimatis. Apabila rekasi enzimatis terhambat maka proses metabolisme juga terganggu dan akan menyebabkan kematian sel. 5. Menghambat sintesis asam nukleat dan protein Protein DNA dan RNA mengambil peranan penting dalam sebuah sel. Bahan antibakteri tertentu mampu menghambat sintesis protein. Terjadinya gangguan dalam sintesis protein mengakibatkan kerusakan pada sel.

Dokumen yang terkait

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis) Yang Diperoleh Dengan Metode Soxhletasi Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli Secara In Vitro

4 79 59

Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Etanol Daun Kecapi (Sandoricum koetjape Merr.) Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Penyakit Kulit Secara In Vitro

2 46 111

PENGARUH EKSTRAK METANOLIK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) TERHADAP PEMACUAN APOPTOSIS SEL KANKER PAYUDARA

0 6 6

EKSTRAK ETANOL DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus. (L.) H.B.K) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Streptococcus mutans DAN EKSTRAK ETANOL DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus (L.)H.B.K)SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Streptococcus mutans DAN Staphylococcus epidermidis.

0 4 9

EKSTRAK ETANOL DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus (L.) H.B.K) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Streptococcus mutans DAN EKSTRAK ETANOL DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus (L.)H.B.K)SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Streptococcus mutans DAN Staphylococcus epidermidis.

8 14 12

UJI EFEKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL KENIKIR (Cosmos caudatus, H.B.K) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC Uji Efektivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Kenikir (Cosmos caudatus, H.B.K) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Esche

1 2 17

Efek Antifungi Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) terhadap Pertumbuhan Candida albicans secara in vitro.

2 11 4

PEMBUATAN HANDSOAP DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) SEBAGAI ANTI BAKTERI.

0 0 12

Efek Antifungi Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) terhadap Pertumbuhan Candida albicans Secara In Vitro IMG 20160222 0001

0 0 1

Daya Antifungi Infusa Daun Kenikir ( cosmos caudatus k. ) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans Secara in Vitro

0 0 7