perbedaan kekuatan antibakteri pada tiap konsentrasi ekstrak. Akan tetapi pada ekstrak dengan konsentrasi yang sama tidak ada perbedaan nyata.
Akuades merupakan pelarut universal yang bisa melarutkan senyawa aktif yang ada dalam suatu tumbuhan. Etanol juga merupakan pelarut universal karena
sifatnya yang polar sehingga bisa menarik senyawa aktif yang ada dalam suatu bahan aktif. Keadaan konsentrasi yang sama menunjukkan tidak adanya
perbedaan antara ekstrak dengan pelarut etanol dengan pelarut akuades. Selama proses penelitian bisa diamati kelebihan dan kelemahan masing-
masing ekstrak. 1.
Ektrak etanol daun kenikir
a. Kelemahan:
- Tidak praktis dalam pembuatan karena memerlukan banyak peralatan
dan bahan pelarut yang tidak mudah didapat.
b. Kelebihan:
- Lebih tahan lama jika disimpan dalam suhu kamar.
- Proses pembuatan yang dihaluskan dengan blender dan direndam dengan
etanol membuat senyawa yang terkandung dari daun kenikir bisa
tersarikan lebih sempurna.
2. Ekstrak tumbuk daun kenikir
a. Kelemahan:
- Tidak tahan lama disimpanharus langsung digunakan setelah dibuat.
- Penumbukan yang kurang halus menyebabkan senyawa yang tersarikan
kurang sempurna.
b. Kelebihan:
- Mudah dibuat walau dengan peralatan minim.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kenikir mempunyai daya antibakteri tapi masih dibawah povidone iodine 10. Akan tetapi ekstrak yang
digunakan dalam penelitian ini dalam kadar rendah dan jarak antar konsentrasi yang terlalu sempit yakni konsentrasi 30, 45 dan 60. Pada Gambar 4.4. bisa
terlihat bahwa grafik semakin naik seiring dengan semakin tingginya konsentrasi, maka hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang terlarut
maka semakin banyak juga zat antibakteri yang terlarut sehingga daya hambat terhadap bakteri bisa semakin tinggi Pelczar dan Chan dalam Dwiyanti, dkk.
2014. Hasil penelitian memang menunjukkan diameter zona hambat yang rendah
bila digolongkan dalam suatu larutan antibakteri. Ditinjau dari penggunaan ekstrak kenikir oleh masyarakat yang lebih mengutamakan kepraktisan dan
kemudahan dalam pengobatan, penelitian ini cukup membantu dalam menyediakan data tentang khasiat antibakteri yang ada pada daun kenikir C.
caudatus. Masyarakat secara tradisional lebih sering membuat larutan ekstrak 100 dari suatu tanaman. Disebutkan diawal bahwa penelitian ini hanya
menggunakan ekstrak dalam konsentrasi rendah, maka apabila semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan di masyarakat maka ekstrak daun Kenikir
mampu menjadi suatu zat antibakteri yang cukup ampuh digunakan dalam keseharian masyarakat utamanya dalam kondisi yang mendesak.
Antibakteri merupakan suatu pertolongan secara medis apabila terjadi infeksi pada suatu luka akibat terlalu lama diabaikan. Tubuh sebenarnya sudah
mempunyai mekanismenya sendiri dalam menyembuhkan luka. Menurut Graham- Brown Burns 2005 sel-sel Langerhans merupakan pertahanan imunologis
dalam melawan antigen dari luar, selanjutnya antigen tersebut ditangkap dan diarahkan pada limfosit T, yang kemudian dapat meningkatkan respon imun.
Akan tetapi tidak setiap saat tubuh mempunyai respon imun yang tinggi terhadap suatu luka.
Masyarakat biasanya mengabaikan luka sehingga berakibat luka menjadi sebuah infeksi. Infeksi merupakan hasil aktivitas suatu bakteri yang sudah terlalu
lama dan berkembang biak. Apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat maka infeksi ini bisa menjalar ke bagian tubuh lainnya hingga menyebabkan penyakit
yang lebih kronis. Antibakteri yang bisa didapat dengan mudah dan ada disekitar masyarakat merupakan jawabannya agar infeksi tidak menyebar menjadi lebih
parah. Hasil penelitian ini bisa menjadi suatu solusi alternatif bagi masyarakat bila akan membuat suatu larutan antibakteri yang berasal dari daun kenikir.
3. Konsentrasi Hambat Minimal
Konsentrasi Hambat Minimal digunakan untuk menentukan konsentrasi terkecil yang masih dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Penentuan KHM
perlu dilakukan untuk melihat kekuatan dan sensitivitas suatu zat antibiotik Irianto, 2006. Data yang telah tersaji pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tiga
konsentrasi ekstrak di bawah 30 yakni konsentrasi ekstrak 29, 28 dan 27 pada kedua jenis ekstrak tidak bisa menghambat bakteri.
Dari hasil maka dapat dikaitkan dengan potensi antibakteri. Potensi antibakteri yang rendah menyebabkan kurang kuatnya aktivitas antibakteri. Masa
penyimpanan yang terlalu lama juga menyebabkan rusaknya senyawa dalam ekstrak. Penggolongan antibakteri yang hanya bisa menghambat pertumbuhan
bateri tapi tidak bisa membunuh bakteri disebut bakteriostatik.
C. Kelemahan dan Kendala Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan mengalami beberapa kendala dan juga terdapat beberapa kelemahan penelitian. Kendala yang dialami peneliti saat
penelitian yakni tempat penelitian yang kurang steril. Laboratorium khusus untuk mikrobiologi dirasa kurang memadai. Lemari yang digunakan untuk pembuatan
ekstrak dan pengujian Laminar terbuat dari kaca plastik yang tidak tahan panas. Ketika suhu di dalam Laminar terlalu panas karena api dari bunsen maka plastik
akan meleleh. Selain itu lemari yang sama digunakan untuk beberapa teman penelitian yang lain sehingga meningkatkan resiko kontaminasi.
Selain dari Laminar untuk pengujian, belum tersedianya lemari penyimpanan alat-alat yang dilengkapi dengan UV menyebabkan kendala dalam
penelitian. Setelah proses sterilisasi, peralatan biasanya belum dipakai. Hanya sekedar untuk stok peralatan. Peneliti bisa menyimpan alat-alat yang sudah steril
dalam lemari kayu, akan tetapi hal ini menyebabkan alat-alat sering terkontaminasi oleh jamur.
Kelemahan dari penelitian ini yang pertama, tidak melakukan skrining fitokimia atau tidak melakukan penelitian tentang kandungan senyawa pada
masing-masing ekstrak. Penelitan hanya mengacu pada kandungan senyawa pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini menyebabkan jenis senyawa
masing-masing ekstrak tidak bisa dibandingkan atau tidak diketahui dengan pasti kuatlemahnya suatu senyawa tersebut.
Kedua, pada proses pembuatan ekstrak etanol setelah proses penguapan, ekstrak yang berupa pasta tidak bisa larut dalam akuades. Hal ini juga menjadi
kendala dalam penelitian. Pada akhirnya diputuskan untuk hanya menguapkannya sebentar 5 menit sehingga ekstrak etanol kenikir masih bisa larut dalam akuades.
Ketiga, penentuan konsentrasi yang terlalu sempit sehingga hasil yang didapat menunjukkan potensi zat antibakteri kategori lemah-sedang. Penentuan
konsentrasi yang sempit juga menyebabkan belum bisa ditentukannya Konsentrasi Hambat Minimum dari suatu zat antibakteri, sehingga bila penentuan konsentrasi
dilakukan dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi akan bisa mendapatkan Konsentrasi Hambat Minimum bahkan Konsentrasi Bunuh
Minimum.
63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitan maka bisa diambil kesimpulan : 1.
Ekstrak daun Kenikir C. caudatus memiliki aktivitas antibakteri berupa zona bening disekitar kertas cakram.
2. Zat antibakteri kedua metode tidak berbeda secara signifikan terhadap
aktivitas bakteri Staphylococcus aureus. 3.
KHM Konsentrasi Hambat Minimum belum bisa didapatkan pada konsentrasi yang lebih rendah daripada konsentrasi 30. Maka antibakteri
digolongkan dalam bakteriostatik karena hanya menghambat pertumbuhan bakteri.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti bisa memberikan saran untuk penelitian kedepan tentang penggunaan daun kenikir sebagai
antibakteri seperti berikut : 1.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan antibakteri menggunakan bagian dari tanaman kenikir selain daun kenikir.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan rentang konsentrasi
mulai dari yang terendah hingga yang paling tinggi untuk mengetahui besaran diameter zona hambat aktivitas antibakteri.
3. Perlu dilakukan tindakan lanjut yakni KHM Konsentrsi Hambat Minimal
dan KBM Konsentrasi Bunuh Minimal. 4.
Perlu dilakukan upaya untuk dapat mengekstrasi daun kenikir yang efektif dan efisien.
5. Perlu dilakukan skrining fitokimia terhadap ekstrak untuk mengetahui
kandungan senyawa dari hasil ekstrak. 6.
Masyarakat belum banyak mengetahui manfaat daun kenikir selain dikonsumsi. Perlu adanya penyebaran informasi mengenai penggunaan daun
kenikir sebagai bahan antibakteri.
C. Implementasi dalam Pembelajaran
Penelitian tentang Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kenikir Cosmos caudatusKunth. terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Secara In
Vitro yang telah dilakukan menjadi bukti ilmiah dan pengetahuan baru bagi masyarakat. Daun kenikir yang telah diekstrak menggunakan dua jenis pelarut
ekstrak ternyata mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri. Ada yang masih bisa dikembangkan dari penelitian ini yakni penggunaan pelarut lain yang
efektif dan efisien, jumlah senyawa yang dihasilkan dari masing-masing pelarut dan mencari konsentrasi yang tepat bila diterapkan digunakan oleh masyarakat.
Penerapan dalam pembelajaran dari hasil penelitian ini bisa masuk dalam materi Archaebacteria dan Eubacteria pada jenjang SMA kelas X semester I.
Pada materi peranan bakteri dalam kehidupan, dapat dipelajari bakteri-bakteri yang normal ada pada manusia, bakteri-bakteri patogen, adanya industri yang
membuat antibakteri dan juga bagaimana antibakteri dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Bakteri juga bisa dihambat dengan bahan-bahan alami salah
satunya ekstrak daun kenikir C. caudatus. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dan Silabus dengan KI :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli gotong-royong, kerjasama, toleran, damai, santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan teknologi seni budaya dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar yang digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
KD 1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran
agama yang dianutnya. KD 2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta,
disiplin, tanggungjawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan
berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan
proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas laboratorium maupun di
luarkelaslaboratorium. KD 3.4 Memahami peranan antibakteri dan antiseptik terhadap pertumbuhan
koloni bakteri serta kaitannya terhadap kegiatan sehari-hari manusia. KD 4.4 Menyajikan data tentang hasil percobaan berbagai antibakteri
terhadap pertumbuhan koloni bakteri dalam bentuk laporan tertulis. Silabus secara lengkap bisa dilihat pada lampiran VII. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran RPP bisa dilihat pada lampiran VIII. Instrumen Penilaian dapat dilihat pada lampiran IX-XII.