KARAKTERISTIK REMAJA PUTUS SEKOLAH Perbedaan tingkat kebahagiaan ditinjau dari status pendidikan
faktor budaya, fasilitas belajar yang kurang, ketiadaan sekolahsarana, dan karena cacat atau kelainan jiwa Yuda, 2013. Remaja yang berhenti sekolah
atau putus sekolah dapat memberikan dampak negatif dan beresiko untuk mengalami konsep diri yang negatif. Konsep diri negatif yang dialami oleh
remaja putus sekolah cenderung akan membuat remaja tersebut merasa tidak bahagia dengan hidupnya Puspitasari dan Laksmiwati, 2012. Konsep diri
negatif adalah peka terhadap kritik, responsif, senang akan pujian, selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun serta merasa tidak
disenangi oleh orang lain Rakhmat, 2008. Menurut Diener dan Larsen dalam Meina dan Suprayogi, 2011,
kebahagiaan adalah keadaan dimana seseorang yang bahagia akan merasa puas dengan kondisi hidup mereka, sering merasakan emosi positif dan jarang
merasakan emosi negatif, selain itu kebahagiaan juga dapat timbul karena adanya keberhasilan individu dalam mencapai apa yang menjadi
dambaannya, dan dapat mengolah kekuatan dan keutamaan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat merasakan sebuah keadaan yang
menyenangkan. Sedangkan menurut Pradiansyah 2010 kebahagiaan adalah sesuatu
yang dicari oleh banyak orang didalam hidupnya dan terkadang menjadi tujuan hidup seseorang. Orang yang menghayati hidup dengan bahagia, dapat
menjalani hidup dengan penuh semangat dan optimisme serta jauh dari penderitaan. Orang yang bahagia mempunyai tujuan hidup yang jelas, baik
jangka panjang maupun jangka pendek. Orang yang bahagia juga menyadari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
betapa bahagia dalam menjalani hidup walaupun dalam kehidupan dapat ditemukan betapa buruknya keadaan Meina dan Suprayogi, 2011.
Menurut Azizah 2013, ada beberapa hal yang mendatangkan kebahagiaan pada remaja di usia 15-18 tahun, antara lain pergi rekreasi
bersama teman-teman. Mencapai peningkatan diri misal: berhasil di sekolah, ada kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan, ada rasa penting dalam
jabatan, memperoleh lapangan kerja. Memperoleh hubungan yang baik dengan orang lain. Berada dalam suasana sport dan yang terakhir adalah
merasa bermanfaat bagi orang lain. Melalui survey yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik BPS pada
tahun 2014 ditemukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka tingkat kebahagiaannya juga meningkat dan sebaliknya. Menurut
Seligman et.al dalam Aulia, 2015 salah satu alasan kenapa kebahagiaan perlu diajarkan disekolah karna mampu menghasilkan peningkatan dalam
belajar sebagai tujuan tradisional yang berdampak pada kesejahteraan seseorang. Seligman juga menambahkan bahwa orang yang sejahtera akan
bersinergi dengan belajar yang lebih baik. Selain itu, Seligman dalam Ismuniar, 2013 menyimpulkan ada lima
aspek utama yang diperlukan oleh seseorang untuk mencapai kebahagiaan, antara lain relasi sosial yang positif, keterlibatan penuh, penemuan makna
dalam keseharian, optmis, dan ketahanan diri. Dari beberapa aspek yang disebutkan, menurut peneliti ada aspek yang sulit dicapai oleh remaja putus
sekolah yang bekerja di pertambangan di Kecamatan Monterado Kabupaten PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bengkayang Kalimantan Barat. Aspek tersebut adalah optimis. Dari hasil survei wawancara yang dilakukan, para pekerja menyatakan bahwa mereka
tidak puas dengan hasil yang dimiliki saat ini dari pekerjaan yang mereka lakukan, mereka juga cenderung malu dengan pendidikan terakhir yang
mereka miliki. Ketika peneliti melakukan wawancara, banyak dari para pekerja yang malu dan takut, kemudian melarikan diri dan tidak mau di
wawancara. Alasannya hanya mereka tidak mau ditanya karena takut tidak bisa menjawab dan memberikan jawaban yang memalukan.
Sedangkan menurut Seligman, orang yang memiliki perasaan optimis terhadap hidupnya cenderung akan bahagia karena optimis merupakan sikap
positif yang dapat memberikan keuntungan pada kesehatan, umur panjang, keberhasilan pada pekerjaan dan pendidikan. Individu yang optimis mengenai
masa depannya merasa lebih bahagia dan puas dengan kehidupannya. Selain itu, mereka mampu mengevaluasi dirinya dengan cara yang lebih positif dan
akan memiliki kontrol diri yang baik. Berdasarkan penjelasan diatas, tingkat kebahagiaan pada remaja yang
masih sekolah lebih tinggi daripada anak yang putus sekolah. Hal ini terjadi karena remaja masih sekolah memperoleh pengalaman untuk mempelajari
informasi, menguasai keterampilan baru, memperkuat pengalaman lama, dapat mengekplorasi pilihan-pilihan pekerjaan, dan memperoleh teman baru
yang dapat memberi pengaruh besar dalam perkembangan identitasnya, keyakinan terhadap diri sendiri, mempunyai hubungan sosial yang lebih baik
serta mempunyai konsep diri yang positif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sebaliknya, remaja yang putus sekolah memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih rendah daripada remaja yang sekolah. Hal ini dikarenakan remaja
putus sekolah dapat memberikan dampak negatif dalam kehidupan sosial mereka. Remaja yang putus sekolah cenderung akan memiliki perasaan
rendah diri karena mereka merasa kurang puas dengan kondisi hidup mereka, lebih sering merasakan emosi negatif daripada emosi positif. Selain itu,
perasaan rendah diri ini dapat menciptakan konsep diri negatif yang berdampak pada kebahagiaan mereka.