Persiapan penelitian Pelaksanaan penelitian Hasil penelitian

39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan penelitian

Persiapan penelitian dimulai dengan peneliti menyusun dua skala yaitu pengasuhan dan rasa berharga. Setelah selesai peneliti mengadakan peer-review atas kedua skala ini. Peer-review merupakan proses penilaian terhadap skala yang dilakukan oleh beberapa orang dan kemudian skala tersebut diberi kritik dan masukan. Peneliti memilih beberapa teman mahasiswa dan lima anak berusia 11- 12 tahun untuk menilai kedua skala. Setelah siap dibagikan, peneliti mengurus ijin penelitian di beberapa sekolah dasar swasta dan negeri. Dari sekian sekolah hanya ada dua sekolah yang akhirnya memberi ijin untuk diadakan penelitian.

B. Pelaksanaan penelitian

Penelitian diadakan pada bulan September sampai Oktober 2015 di SD Kanisius Babadan dan SD Bopkri Gondolayu. Penelitian ini melibatkan siswa-siswi kelas VI berusia 11-12. Jumlah subjek yang terlibat adalah 82 siswa-siswi. Setelah dilakukan screening data terdapat tiga subjek yang gugur. Sehingga jumlah subjek yang tersisa yaitu 79 subjek yang terdiri dari 39 siswa dan 40 siswi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Hasil penelitian

1. Deskripsi data penelitian Statistik deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum Sugiyono, 2008. Deskripsi data penelitian digambarkan melalui perbandingan skor mean teoritik dan skor mean empirik. Tabel 7 Deskripsi data penelitian Pengasuhan Rasa berharga Mean Empirik 63 43 Mean Teoritik 48 55 Data yang diperoleh peneliti keseluruhan berjumlah 79 untuk masing-masing variabel, dengan rincian data tersebut didapatkan dari 39 siswa dan 40 siswi kelas VI sekolah dasar. Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa untuk variabel pengasuhan skor mean empiriknya 63 lebih besar dari pada mean teoritiknya 48. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata skor pada pengasuhan tergolong tinggi. Berbeda halnya dengan variabel rasa berharga yang mean teoritiknya 55 lebih besar dari pada mean empiriknya 43 sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata skor pada rasa berharga tergolong rendah. 2. Uji asumsi Sebelum melakukan uji statistik dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian perlu dilakukan uji asumsi untuk menentukan teknik statistik yang sesuai. Uji asumsi dalam analisis korelasi adalah uji linearitas dan normalitas. Berikut ini merupakan gambaran hasil dari kedua uji asumsi tersebut. Tabel 8 Hasil uji asumsi linearitas pengasuhan dan rasa berharga ANOVA table Sig Pengasuhan between combined .443 Rasa berharga Groups linearity .286 Deviation from linearity .450 Hasil uji linearitas antara pengasuhan dan rasa berharga memiliki nilai signifikansi sebesar .286. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang linear antara kedua variabel karena dikatakan memiliki hubungan yang linear jika nilai signifikansinya 0,05. Akan tetapi apabila dilihat dari baris deviation from linearity yaitu bagian yang tidak mengikuti pola linear maka pengasuhan dan rasa berharga memiliki hubungan yang linear karena nilai signifikansinya yang 0,05 yaitu sebesar .450. Hal ini dikarenakan ada sebagian data yang mengikuti pola hubungan tidak linear. Sebaliknya, jika deviation from linearity juga signifikan maka hubungan antar variabel sepenuhnya mengikuti pola linear Santoso, 2010. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 9 Hasil uji asumsi normalitas pengasuhan dan rasa berharga Kolmogorov-Smirnov Sig Pengasuhan .222 rasa_berharga .789 Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan kolmogorv-smirnov diatas dapat diketahui bahwa pengasuhan dan rasa berharga sama-sama memiliki distribusi data yang normal. Hal ini dikarenakan nilai P 0,05. Dimana pengasuhan memiliki nilai signifikansi sebesar .222 dan rasa berharga mempunyai nilai signifikansi sebesar .789. 3. Uji Hipotesis Tabel 10 Uji Hipotesis Correlations rasa_bhrga pengasuhan Spearmans rho rasa_bhrga Correlation Coefficient 1.000 -.147 Sig. 1-tailed . .099 N 79 79 pengasuhan Correlation Coefficient -.147 1.000 Sig. 1-tailed .099 . N 79 79 Peneliti menggunakan uji korelasi Spearman‟s Rho karena hubungan kedua variabel yang tidak linear. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman pada tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel pengasuhan dan rasa berharga tidak saling berkorelasi. Nilai signifikansi korelasi kedua variabel ini adalah .099 padahal kedua variabel dinyatakan berkorelasi apabila memiliki nilai signifikansi 0.05. D. Pembahasan Hasil uji asumsi linearitas antara pengasuhan dan rasa berharga menunjukkan bahwa keduanya tidak memiliki hubungan yang linear dengan nilai signifikansi linearity yang diperoleh sebesar .286 0,05. Nilai signifikansi uji normalitas pengasuhan sebesar .222 dan rasa berharga sebesar .789 dengan demikian keduanya memiliki distribusi data yang normal. Uji korelasi pada penelitian ini menggunakan Spearman‟s Rho karena kedua variabel tidak memiliki hubungan yang linear. Hasil uji korelasi Spearman‟s Rho menunjukkan bahwa diantara pengasuhan dan rasa berharga tidak terdapat korelasi. Hasil-hasil penelitian sebelumnya yang mendukung hipotesis dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa pengasuhan saling berkorelasi dengan rasa berharga. Erikson 1963 memandang bahwa orang tua memegang peranan penting dalam memberi pengalaman yang baik pada si anak agar ia memiliki pandangan diri yang baik tentang dirinya sendiri. Selain itu Coopersmith 1967 melalui penelitian cross-sectional yang dilakukannya menemukan bahwa anak yang berusia antara 10-12 tahun dengan rasa berharga yang tinggi cenderung mempunyai hubungan baik dengan ibu mereka dibandingkan dengan anak yang memiliki rasa berharga rendah. Hal ini jelas menggambarkan bagaimana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI keduanya saling berhubungan. Akan tetapi mengapa hubungan positif antara pengasuhan dan rasa berharga tidak terbukti dalam penelitian ini? Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tidak terdapatnya hubungan positif diantara kedua variabel ini. Pengaruh didikan dan budaya setempat kemungkinan dapat mempengaruhi bagaimana para subjek dalam mengisi kuesioner. Apabila anak dididik untuk tidak terbuka terhadap orang asing mengenai kehidupan keluarganya maka ia mengalami kesulitan dalam mengisi kuesioner ini. Berk 2013 berpendapat bahwa terdapat perbedaan budaya yang mencolok antara anak-anak di Amerika dan Asia. Anak-anak di Asia hidup di tengah iklim kelas yang penuh dengan tekanan untuk berprestasi secara akademik. Mereka juga tidak terbiasa untuk memamerkan hasil baik yang telah diterima dan cenderung untuk memuji temannya atau membantu mereka. Penelitian ini dilakukan di Kota Yogyakarta yang terkenal dengan budaya Jawa kental. Salah satu ciri masyarakatnya adalah menjaga keharmonisan Suseno, 1984 satu dengan yang lain oleh sebab itu untuk menghindari konflik maka terkadang yang sebenarnya dirasakan tidak mesti diberitahu kepada orang lain melainkan diolah sendiri. Menurut Geertz 1983 salah satu aspek penting dalam interaksi sosial masyarakat jawa adalah keberhasilan menyembunyikan segala aspek yang bertentangan dalam suatu perbuatan, bukan ketulusan dalam perbuatan tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam budaya jawa individu harus bisa menyembunyikan perasaan tidak nyaman pada orang lain agar hubungan mereka tetap terjaga. Selain itu masyarakat jawa diajarkan untuk tanggap ing sasmita yang berarti individu harus mampu menangkap makna yang tersirat bukan tersurat. Hal ini berarti individu tidak diharapkan untuk mengungkapkan emosi atau maksud dengan jelas dan secara langsung kepada orang lain. Meskipun tidak semua subjek berasal dari Yogyakarta namun mereka dibesarkan dan di sekolah dididik dengan nilai budaya setempat oleh sebab itu dengan seiring berjalannya waktu nilai-nilai tersebut terinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari. Tidak semua subjek dalam penelitian ini hidup dengan orang tuanya. Akan sulit bagi subjek dalam menilai bagaimana ayah atau ibunya mendidik dirinya apabila selama ini dia tidak tinggal bersama dengan orang tuanya. Beberapa subjek dalam penelitian ini dibesarkan oleh anggota keluarga lain seperti kakek, nenek, atau tante. Menurut penuturan salah satu kepala sekolah, anak-anak ini dibesarkan oleh anggota keluarga yang lain karena sang ayahibu bekerja di luar kota sehingga dititipkan pada sanak saudaranya. Ada juga subjek yang tidak mengetahui sama sekali identitas ayahnya karena ia lahir hasil dari hubungan diluar nikah. Terdapat pula subjek yang tinggal hanya dengan orang tua tunggal ayahnya karena sang ibu pergi meninggalkan dia dan ayahnya untuk melanjutkan hidup dengan laki-laki lain. Dengan demikian pengasuhan dari kedua orang tua tidak mesti menjadi tolak ukur dalam mempengaruhi rasa berharga anak karena lingkungan sosial anak tempat ia berelasi tidak hanya di tengah lingkungan keluarga, tetapi juga teman sebaya. Teman sebaya juga ikut memegang peranan dalam perkembangan rasa berharga anak. Ketika anak berada di sekolah ia harus berelasi dan belajar untuk menilai bagaimana pembawaan dirinya di tengah teman-temannya dan seberapa penting ia bagi mereka. Anak juga belajar melalui relasinya dengan teman-teman dan guru bahwa terlepas dari bagaimana kondisi saya; mereka menerima diri saya apa adanya. Hal ini sejalan dengan penelitian Roisman et al 2009 yang menemukan bahwa jika dibandingkan dengan pengalaman awal diasuh oleh primary care giver, seiring berjalannya waktu hubungan dengan teman sebaya akan mempengaruhi perkembangan seseorang dari berbagai sisi. Begitu juga dengan beberapa anak dalam penelitian ini tetap rajin ke sekolah, punya harapan dan cita-cita untuk menjadi orang yang bisa membantu sesama, tetap terlihat ceria ketika berada di dalam kelas lepas dari kondisi keluarga mereka masing-masing. Jumlah jam kerja orang tua dapat mempengaruhi mereka dalam mendidik anaknya. Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2013 sampai 2014 persentase pekerja yang bekerja lebih dari 48 jam dalam seminggu di daerah perkotaan meningkat dari 27.98 menjadi 31.10. Dengan semakin meningkatnya tuntutan jam kerja yang semakin tinggi membuat waktu para orangtua dengan anaknya menjadi semakin berkurang. Padahal intensitas berinteraksi dengan anak merupakan hal yang penting bagi perkembangan anak, sama seperti yang disampaikan oleh Erikson 1963 bahwa bahkan ketika perkembangan kognitif seorang anak belum begitu kompleks ia juga mulai mampu untuk menilai dan belajar apakah lingkungan sekitarnya ramah dan memuaskan atau membuatnya frustasi. Lepas dari faktor keadaan subjek dan lingkungannya yang kemungkinan memberi dampak pada tidak adanya korelasi antara pengasuhan dan rasa berharga, terdapat faktor lain yaitu tidak adanya hubungan yang linear antara pengasuhan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan rasa berharga. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa nilai signifikansi uji asumsi linearitas yang didapat sebesar .286 padahal kedua variabel dapat dinyatakan memiliki hubungan yang linear apabila nilai signifikansinya 0,05. Meskipun dalam penelitian ini pengasuhan dan rasa berharga tidak terbukti saling berkorelasi positif bukan berarti keduanya benar-benar tidak ada hubungan atau kaitannya sama sekali. Peran orang tua tetaplah sangat penting dalam perkembangan tiap aspek dalam kehidupan anak. Meski begitu terdapat pula berbagai faktor yang tetap mempengaruhi orang tua dan hubungan dengan anaknya.

E. Keterbatasan penelitian