mereka terlebih dahulu telah belajar dan mampu menyadari atau merasakan apakah lingkungan di sekitarnya ramah dan menerima dirinya atau sebaliknya.
Anak-anak menerjemahkan pengalaman sosial yang mereka alami kedalam bentuk rasa bangga atau malu. Perasaan kelayakan diri anak-anak ini tidak hanya
menjadi fondasi dalam pembentukan rasa berharga, tetapi juga dapat mempengaruhi cara mereka dalam memandang diri sendiri dan dunia mereka pada
saat dewasa.
b. Komponen Kognitif pada Rasa berharga
Konsep diri spesifik dimulai pada saat anak-anak bertambah usia setelah
mereka mulai bisa berbicara dan rasa percaya mereka mulai terbentuk, anak-anak ini mengembangkan rasa berharga mereka melalui penilaian orang lain terhadap
diri mereka Cooley, 1902. Gambaran diri membantu individu untuk
menentukan bagaimana individu tersebut ingin melihat dirinya sendiri: positif
atau negatif. Nilai dan tujuan tertentu dalam kehidupan sehari-hari juga ikut
mempengaruhi cara pandang diri seseorang yang kemudian secara kuat mempengaruhi rasa berharga seseorang secara keseluruhan. Menurut James
dalam Rosenberg, 1965 identitas diri dan kemampuan yang dimiliki individu berkontribusi secara signifikan terhadap rasa berharga.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa berharga
a. Budaya
Menurut Harter 2006 budaya mempengaruhi rasa berharga pada anak. Khususnya penekanan terhadap perbandingan sosial yang berfokus pada prestasi
akademik yang lebih tinggi. Contohnya di negara Asia, keadaan ruang kelas berisi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
persaingan yang keras dan tekanan untuk berprestasi akademik yang tinggi. Di waktu yang bersamaan karena budaya di negara Asia menekankan pada harmoni
dan kesopanan maka anak-anak di Asia tidak terlalu bersandar pada perbandingan sosial untuk lebih menaikkan lagi rasa berharga mereka. Anak-anak ini lebih
kepada menilai diri mereka secara positif, tetapi juga memuji orang lain atas hasil yang didapatkan Falbo et al, 1997 dalam Berk, 2013.
Perbedaan jenis kelamin anak juga dapat mempengaruhi rasa berharga. Pada salah satu penelitian yang melibatkan anak-anak perempuan berusia 5-8
tahun, didapati bahwa mereka cenderung berbicara tentang penampilan pada saat menonton TV dan memuji orang yang ada didalam TV karena memiliki bentuk
tubuh yang indah. Dapat diketahui bahwa semakin seorang perempuan tidak merasa puas dengan keadaan fisiknya maka ditahun-tahun berikutnya pada saat
beranjak dewasa, rasa berharganya akan semakin rendah Dohnt Tiggemann, 2006 dalam Berk, 2013. Berbeda halnya dengan para anak laki-laki yang
memiliki rasa berharga lebih tinggi dalam hal akademik jika dibandingkan dengan anak-anak perempuan. Dapat dikatakan anak laki-laki lebih memiliki rasa
berharga yang lebih tinggi secara keseluruhan jika dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini disebabkan para anak perempuan terbawa dengan pesan dalam
budayanya bahwa laki-laki lebih dari mereka.
b. Pola asuh orang tua
Anak-anak dan remaja yang orangtuanya bersikap hangat, menerima apa adanya, dan membantu anak apabila mengalami kesulitan cenderung memiliki
rasa positif terhadap diri mereka sendiri Lindsey et al, 2008. Kehangatan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengasuhan yang positif dapat membuat anak-anak merasa bahwa mereka diterima sebagai orang yang berkompeten dan berharga. Berbeda halnya dengan
orang tua yang suka mengontrol dan terlalu sering membuat keputusan untuk anaknya, memiliki komunikasi yang tidak sejajar dengan anaknya, serta selalu
membuat anak merasa salah cenderung menghasilkan anak dengan rasa berharga yang rendah Kernis, 2002; Pomerantz Eaton, 2000. Anak-anak yang diasuh
dengan cara seperti itu cenderung membutuhkan penerimaan dan pengakuan yang konstan, sehingga anak-anak ini cenderung bersandar kepada teman sebaya.
Kemudian muncul perilaku-perilaku negatif seperti: kesulitan beradaptasi termasuk agresi, perilaku antisosial, dan kenakalan.
Kebalikannya, anak-anak yang dibesarkan dengan toleransi yang terlalu tinggi mengakibatkan anak tersebut memiliki rasa berharga yang tidak realistik.
Anak-anak ini merasa superior tapi juga mempunyai rasa cemas yang tinggi mengenai apa yang dipikirkan oleh orang lain tentang dirinya. Oleh sebab itu, rasa
berharga nya dapat turun sangat drastis secara tiba-tiba apabila menghadapi keadaan yang menantang gambar diri mereka. Hal ini kemudian menyebabkan
anak-anak tersebut tidak segan-segan untuk melakukan tindakan agresif kepada teman yang tidak sepaham dengan dirinya. Mereka juga kesulitan untuk
beradaptasi dan cenderung melakukan tindakan agresif. Jadi dalam penelitian ini rasa berharga merupakan pandangan positif
secara keseluruhan tentang diri sendiri beserta dengan seluruh perasaan yang menyertainya. Didalam rasa berharga terdapat dua komponen yang ikut
memengaruhinya, yaitu: komponen afektif dan kognitif. Komponen afektif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menekankan pada pentingnya pengalaman perasaan pada masa kecil. Bagaimana orang tua sebagai pengasuh utama merawat dan membesarkan anak sangat
memengaruhi anak ini nantinya. Komponen kognitif menekankan pada bagaimana orang lain melihat „diri‟. Dimana anak-anak ini dengan bertambahnya usia,
kepercayaan diri mereka mulai terbentuk dan mereka mengembangkan rasa layak diri melalui penilaian orang lain terhadap diri mereka. Adapun rasa berharga
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: budaya dan pola asuh orang tua.
C. Kerangka konseptual
Fokus dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah terdapat hubungan positif diantara pengasuhan dan rasa berharga. Pengasuhan merupakan
model atau cara yang didalamnya terdapat berbagai perilaku, pengkondisian, penguatan reinforcement, dan perasaan yang digunakan dan dimiliki oleh orang
tua dalam mengasuh anaknya. Perilaku yang dimaksud dalam hal ini adalah tindakan atau respon yang diperlihatkan orang tua saat mendidik anak.
Pengkondisian sendiri
merupakan suatu
keadaan pembelajaran
yang menggunakan pemberian imbalan ataupun hukuman untuk membentuk perilaku
tertentu. Penguatan adalah pemberian stimuli atau konsekuensi oleh orang tua terhadap anak yang dapat menguatkan atau melemahkan perilaku tertentu.
Sedangkan perasaan sendiri merupakan pengalaman subjektif sadar mengenai emosi yang dimiliki orang tua pada saat mengasuh anaknya. Pengasuhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: perbedaan kebudayaan, kepribadian, ukuran keluarga, background orang tua, status sosial ekonomi, level pendidikan,
dan agama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI