Kerangka konseptual TINJAUAN PUSTAKA

menekankan pada pentingnya pengalaman perasaan pada masa kecil. Bagaimana orang tua sebagai pengasuh utama merawat dan membesarkan anak sangat memengaruhi anak ini nantinya. Komponen kognitif menekankan pada bagaimana orang lain melihat „diri‟. Dimana anak-anak ini dengan bertambahnya usia, kepercayaan diri mereka mulai terbentuk dan mereka mengembangkan rasa layak diri melalui penilaian orang lain terhadap diri mereka. Adapun rasa berharga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: budaya dan pola asuh orang tua.

C. Kerangka konseptual

Fokus dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah terdapat hubungan positif diantara pengasuhan dan rasa berharga. Pengasuhan merupakan model atau cara yang didalamnya terdapat berbagai perilaku, pengkondisian, penguatan reinforcement, dan perasaan yang digunakan dan dimiliki oleh orang tua dalam mengasuh anaknya. Perilaku yang dimaksud dalam hal ini adalah tindakan atau respon yang diperlihatkan orang tua saat mendidik anak. Pengkondisian sendiri merupakan suatu keadaan pembelajaran yang menggunakan pemberian imbalan ataupun hukuman untuk membentuk perilaku tertentu. Penguatan adalah pemberian stimuli atau konsekuensi oleh orang tua terhadap anak yang dapat menguatkan atau melemahkan perilaku tertentu. Sedangkan perasaan sendiri merupakan pengalaman subjektif sadar mengenai emosi yang dimiliki orang tua pada saat mengasuh anaknya. Pengasuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: perbedaan kebudayaan, kepribadian, ukuran keluarga, background orang tua, status sosial ekonomi, level pendidikan, dan agama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Rasa berharga merupakan penilaian yang kita buat terhadap rasa kelayakan diri dan perasaan-perasaan yang berhubungan dengan hal itu. Rasa berharga sendiri terbentuk dari komponen afektif dan komponen kognitif. Komponen afektif berfokus pada pengalaman masa kecil anak. Dimana pengalaman afektif anak dengan orangtuanya sebagai pengasuh utama akan membuat anak belajar apakah ia berada di lingkungan yang ramah dan dapat menerima dirinya apa adanya atau sebaliknya Erikson, 1963 dan Sroufe, 1978. Pengalaman sosial ini kemudian diterjemahkan kedalam bentuk rasa bangga atau malu. Komponen kognitif berfokus pada masa di mana anak telah bertambah usia, mereka mulai bisa berbicara, dan rasa percaya mereka mulai terbentuk. Anak-anak ini mengembangkan rasa layak terhadap diri melalui penilaian orang lain terhadap diri mereka Cooley, 1902 dalam Harters et al, 1998:757. Seiringnya berjalannya waktu individu mulai menentukan bagaimana ia ingin dipandang oleh diri sendiri dan orang lain: apakah secara positif atau negatif. Dari situlah kemudian individu mulai menghidupi nilai dan tujuan tertentu dalam kehidupannya sehari-hari. Rasa berharga sendiri dipengaruhi oleh dua faktor yaitu budaya dan pola asuh orang tua. Faktor budaya dalam hal ini menekankan pada perbandingan pencapaian apa yang dianggap baik oleh orang tua dan masyarakat. Misalkan perbandingan sosial yang berfokus pada prestasi akademik yang lebih tinggi. Hal ini terjadi di negara Asia dimana keadaan ruang kelas berisi persaingan dan tekanan untuk berprestasi secara akademik namun tetap menekankan harmoni dan kesopanan diantara anak-anak. Faktor pola asuh orang tua menekankan pada bagaimana cara orang tua memperlakukan anaknya dapat mempengaruhi rasa layak anak terhadap dirinya sendiri. Pengasuhan yang didalamnya terdapat berbagai perilaku, pengkondisian, penguatan, dan perasaan yang digunakan dan dimiliki oleh orang tua dalam mengasuh anaknya tidak dapat dipisahkan dengan dampaknya terhadap rasa berharga itu sendiri. Hal ini dikarenakan cara orang tua dalam mengasuh anaknya memainkan peran penting dalam perkembangan rasa berharga anak. Misalkan anak yang diasuh oleh orang tua yang perilakunya tidak pernah menunjukkan penerimaan terhadap anaknya, tidak pernah mengkondisikan anak untuk belajar mandiri, dan menjalin komunikasi yang bersifat hanya satu arah dapat membuat anak tersebut merasa ditolak dan tidak berharga. Hal ini kemudian berdampak pada rasa berharga yang negatif. Anak cenderung memandang dirinya tidak berharga ataupun layak. Bahkan meskipun si anak dikenal orang sekitarnya sebagai sosok yang pintar dan berbakat, tapi bagi si anak ini sendiri dia bukanlah siapa-siapa dan tidak berharga. Berbeda halnya dengan anak yang dibesarkan dengan pemberian perhatian dari orang tua, keluarganya menerima anak ini apa adanya, memberi ia kesempatan untuk belajar mandiri, bahkan menunjukkan emosi yang stabil pada saat berkomunikasi dengan si anak dapat membantu anak ini untuk merasa yakin bahwa sungguh ia berharga dan diterima oleh lingkungan sekitarnya dan hal itu berdampak pada rasa berharga yang positif. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa rasa berharga itu terbentuk oleh komponen afektif dan kognitif. Pengalaman afektif awal dengan orang tua dan bagaimana orang tua memandang dirinya yang tercermin melalui perilaku mereka membuat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI anak mengkondisikan kelayakanberharga atau tidaknya berdasarkan pandangan orang sekitarnya. Gambar 1. Kerangka penelitian D.Hipotesis penelitian Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini, yaitu: Terdapat hubungan positif yang empirik antara pengasuhan dan rasa berharga pada anak. Pengasuhan Perilaku : tindakanrespon yang diperlihatkan orang tua saat mendidik anak Pengkondisian : keadaan pembelajaran yang menggunakan pemberian imbalan ataupun hukuman untuk membentuk Reinforcement : pemberian stimuli atau konsekuensi oleh orang tua terhadap anak Perasaan : merupakan pengalaman subjektif sadar mengenai emosi yang dimiliki orang tua pada saat mengasuh anaknya. Self- worth + - 27 Pengasuhan Rasa berharga X Y

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional dengan metode survei yang bertujuan untuk menguji teori yang menghubungkan variabel bebas dengan variabel tergantung Creswell, 2012. Metode survei merupakan cara pengambilan sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data Prasetyo Jannah, 2008. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai metode pengumpulan data, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang memungkinkan peneliti untuk menganalisis sikap, keyakinan, atau perilaku sampel dalam suatu populasi Siregar, 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara pengasuhan dan rasa berharga pada anak kelas VI sekolah dasar.

B. Identifikasi variabel penelitian

Berdasarkan uraian pada landasan teori dan rumusan hipotesis penelitian maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen : Pengasuhan 2. Variabel Dependen : Rasa berharga