1
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Saat ini, insiden penyakit yang dikaitkan dengan sinar ultraviolet UV dilaporkan terus meningkat di dunia. Paparan kronik sinar matahari khususnya sinar
UV menyebabkan eritema, edema, pembentukan sel sunburn, hiperplasia, penekanan sistem imun, kerusakan DNA, penuaan kulit photoaging, dan melanogenesis.
Bahkan perubahan tersebut secara langsung maupun tidak langsung merupakan perkembangan multitahap kanker kulit malignant melanoma dan non-melanoma skin
cancer NMSC basal cell carcinoma dan squamosa cell carcinoma pada manusia
Svobodova A., Psotova, J., dan Walterova, D., 2003. Usaha meminimalkan terjadinya penyakit kulit diatas adalah dengan
meminimalkan terjadinya kerusakan sel-sel kulit yang diinduksi oleh sinar UV yang masuk ke dalam kulit. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mengaplikasikan
produk sunscreen pada permukaan kulit atau dengan mengkonsumsi senyawa- senyawa antioksidan yang berperan sebagai agen photoprotective Katiyar, S.K.,
Afaq, F., Perez, A., dan Mukhtar, H., 2001. Bahan aktif produk sunscreen dapat mengabsorbsi danatau memantulkan
sinar UV sehingga jumlah energi sinar UV yang masuk ke dalam kulit dapat diminimalkan Stanfield, 2003. Senyawa antioksidan dapat menghambat kerusakan
molekul-molekul biologi DNA, protein, asam lemak, dan sakarida dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menghambat pembentukan Reactive Oxygen Species ROS atau dengan menghambat penekanan sistem imun yang diinduksi oleh sinar UV Svobodova et al., 2003.
Pengembangan senyawa aktif sunscreen saat ini diharapkan tidak hanya mempunyai aktivitas menyerap danatau memantulkan sinar UV tetapi juga mampu
melindungi kulit dari kerusakan yang diinduksi oleh sinar UV mempunyai aktivitas antioksidan. Zat bioaktif utama dalam teh hijau merupakan polifenol golongan
flavonoid yaitu flavanol tipe katekin, antar lain --Epicatechin, --Epigallocatechin, --Epicatechin 3-gallate, --Epigallocatechin 3-gallate EC, EGC, ECG dan EGCG
Svobodova et al.,2003. Senyawa-senyawa tersebut, khusunya EGCG, secara struktural mempunyai gugus kromofor dan auksokrom sehingga mempunyai aktivitas
sebagai senyawa penyerap UV Svobodova et al., 2003. Polifenol teh hijau juga merupakan salah satu bahan alam yang telah dikembangkan sebagai agen
photoprotective Svobodova et al., 2003; Katiyar et al, 2001. Polifenol teh hijau
telah terbukti secara invitro maupun invivo mampu mengurangi dampak negatif sinar UV terhadap kulit Katiyar et al, 2001; Vayalil, P.K., Elmets, C.A., dan Katiyar, S.K.,
2003. Sediaan
cair-semipadat vanishing cream
dapat digunakan sebagai sediaan sunscreen
. Vanishing cream mudah dioleskan pada kulit dan wujudnya segera tidak tampak setelah aplikasi. Sediaan ini meninggalkan lapisan tipis yang dapat
mempertahankan lembab kulit. Vanishing cream dapat mengandung bahan-bahan yang memiliki efek emollient dan moisturizing. Sediaan ini mudah dibilas dengan air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan tidak memberikan kesan berlemak atau greasy Wilkinson, J.B. dan Moore, R. J., 1982.
Krim biasanya berupa sediaan emulsi minyak dalam air Anonim, 1995. Fase minyak dalam sediaan krim biasanya tersusun dari minyak nabati atau minyak
mineral sebagian besar memiliki aktivitas sebagai emollient dan moisturizing agent Wilkinson, J.B. dan Moore, R. J., 1982. Karena aktifitas tersebut banyak
mempengaruhi kenyamanan dan penerimaan konsumen terhadap sediaan krim, fase minyak memiliki potensi untuk dioptimalkan.
Secara tradisional, di dalam sediaan vanishing cream digunakan asam stearat sebagai fase minyak. Asam stearat meleleh di atas suhu tubuh dan mengkristal dalam
bentuk yang sesuai sehingga tidak tampak ketika digunakan dan membentuk lapisan pelindung non-greasy di permukaan kulit. Asam stearat juga membuat penampilan
sediaan krim menjadi lebih menarik yaitu dengan memberi kesan kemilau mutiara Wilkinson, J.B. dan Moore, R. J., 1982, Strianse, S.J., 1957. Krim dengan basis
asam stearat memiliki kecenderungan memadat selama penyimpanan gelation, viskositas krim tipe stearat meningkat sejalan dengan waktu Strianse, J.E., 1957.
Dengan demikian dibutuhkan minyak nabatiminyak mineral yang memiliki wujud cair untuk menjaga konsistensi sediaan krim agar tidak terlalu kakuterlalu padat.
Minyak wijen dapat digunakan sebagai penyusun fase minyak dalam kosmetik Murray B., 1972. Asam lemak pada minyak wijen akan memadat pada
suhu 20 – 25°C Anonim, 1983 sehingga pada suhu tubuh dan suhu kamar, minyak wijen berbentuk cair.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dengan karakteristik yang berbeda, komposisi kedua komponen dalam fase minyak tersebut memiliki potensi dalam mempengaruhi sifat fisis dan stabilitas
sediaan krim. Dengan demikian diperlukan sebuah penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari kedua faktor tersebut terhadap sifat fisis sediaan krim
Dalam penelitian ini, desain faktorial digunakan sebagai metode untuk menentukan faktor dominan di dalam formula. Dengan menggunakan metode desain
faktorial, beberapa fakorvariabel dapat dievaluasi secara simultan dan dapat diketahui ada-tidaknya interaksi antar faktor Boltons, 1997. Untuk mendukung hasil
analisis desain faktorial, digunakan analisis statistik Yate’s treatment. Persamaan regresi yang diturunkan dari analisis desain faktorial digunakan untuk menentukan
superimposed contour plot sebagai prediksi area optimal formula krim.
1. Rumusan masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas permasalahan yang akan dibahas dalam penelitan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Berapakah konsentrasi polifenol teh hijau yang dapat memberikan nilai Sun
Protecting Factor SPF yang dapat diterima sebagai sunscreen di dalam
penelitian ini? b.
Dengan menggunakan metode desain faktorial, di antara komposisi fase minyak asam stearat, minyak wijen dan interaksi antar keduanya, faktor
manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi sifat fisis dan stabilitas sediaan krim?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Dapatkah diperoleh area formula optimal yang digunakan untuk
memperkirakan komposisi formula sediaan krim dengan sifat fisis dan stabilitas yang baik dalam superimposed contour plot desain faktorial?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran penulis, penelitian tentang optimasi formula krim sunscreen
ekstrak kering polifenol teh hijau dengan kombinasi minyak wijen dan asam stearat sebagai fase minyak dengan metode desain faktorial belum pernah
dilakukan.
3. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan pengetahuan tentang produk krim sunscreen dengan bahan aktif ekstrak kering
polifenol teh hijau, khususnya perihal sifat fisis dan stabilitas produk. Penelitian ini juga akan memberikan pengetahuan terapan tentang penggunaan kombinasi asam
stearat dan minyak wijen vegetable oil dalam sediaan vanishing crem. Diharapkan dengan adanya informasi ini, pengembangan bahan alam dalam obat-obatan
khususnya sediaan krim sunscreen dapat semakin ditingkatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Tujuan
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakter sifat fisis dan stabilitas sediaan krim sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau. Secara
khusus penelitian ini bertujuan: 1.
Menentukan konsentrasi polifenol teh hijau yang dapat memberikan nilai SPF yang dapat diterima sebagai sunscreen di dalam penelitian ini.
2. Menentukan faktor di dalam fase minyak yang paling dominan dalam
mempengaruhi sifat fisis dan stabilitas sediaan krim. 3.
mendapatkan area formula optimal dalam superimposed contour plot desain faktorial yang digunakan untuk memperkirakan komposisi formula sediaan
krim dengan sifat fisis dan stabilitas yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Polifenol Teh Hijau
Teh hijau berasal dari pucuk daun tanaman teh Camellia sinensis L. yang diolah melalui proses tertentu. Secara umum, berdasarkan proses pengolahannya, teh
diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara pemanasan dan penguapan untuk menginaktifkan enzim polifenol
oksidasefenolase sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah. Sebaliknya, teh hitam dibuat dengan memanfaatkan terjadinya oksidasi enzimatis
terhadap kandungan katekin dalam teh Hartoyo, 2003. Zat bioaktif utama dalam teh hijau merupakan polifenol golongan flavonoid
yaitu flavanol tipe katekin, antar lain --Epicatechin, --Epigallocatechin, -- Epicatechin 3-gallate
, --Epigallocatechin 3-gallate EC, EGC, ECG dan EGCG serta flavonol seperti kuersetin. Keempat tipe katekin tersebut merupakan antioksidan
utama dalam teh hijau Svobodova et al., 2003. Adapun aktivitas biologi yang pernah diteliti adalah sebagai kemopreventif
terhadap senyawa promotor tumor, inflamasi kulit yang diinduksi sinar UV, tumorigenesis pada uji kultur sel, uji hewan di laboratorium, studi epidemiologik, dan
uji klinik Mukhtar dan Ahmad, 1999; Katiyar et al., 2001 lewat beberapa mekanisme seperti menghambat kerusakan DNA yang diinduksi oleh sinar UV,
menurunkan pembentukan cyclobutane pyrimidine dimers CPDs seperti thymine
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dimer pada epidermis dan dermis, menginduksi apoptosis pada sel human epidermal
carcinoma dan human carcinoma keratinocyte, memblok infiltrasi leukosit yang
diinduksi UV, dan menghambat pertumbuhan tumor pada siklus sel fase G0-G1 Katiyar et al., 2001; Svobodova et al., 2003.
Gambar 1. Polifenol dalam teh hijau Svobodova et al., 2003
B. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Proses ekstraksi dipisahkan menjadi pembuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
serbuk, pembahasan, ekstraksi, dan pemekatan. Secara umum ekstraksi tanaman obat dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perkolasi, dan destilasi uap Anonim,
1986. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana, mudah diusahakan dan
reproducible . Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif dan kemudian melarutkan zat aktif. Karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, larutan terpekat akan didesak keluar Anonim, 1986.
C. Sunscreen
Sunscreen digunakan untuk mengurangi efek merusak sinar UV terhadap
kulit manusia. Energi dari sinar UV menghasilkan gejala-gejala dan tanda terjadinya sunburn
, yaitu kemerahan, nyeri, melepuh, bengkak, kulit mengelupas, dan bahkan kanker kulit Stanfield, J.W. 2003.
Bahan aktif
sunscreen merupakan senyawa yang dapat mengabsorbsi dan
atau menghamburkan sinar sehingga dapat melemahkan energi sinar UV sebelum penetrasi pada kulit. Setiap bahan aktif mengabsorpsi pada daerah UV yang terbatas,
tergantung dari struktur kimianya Stanfield, J. W., 2003. Berdasarkan bentuk struktur kimianya, setiap bahan sunscreen memiliki
kemampuan yang berbeda dalam menyerap sinar UV. Bahan tersebut juga hanya memiliki kemampuan menyerap sinar UV pada daerah spektrumpanjang gelombang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tertentu, sehingga sering digunakan kombinasi bahan sunscreen untuk mendapatkan performa yang optimal Stanfield, J.W., 2003.
D. Sun Protecting Factor SPF
Kemampuan sebuah produk sunscreen dalam mencegah terjadinya sunburn dan eritema dinyatakan dengan nilai Sun Protecting Factor SPF. Nilai SPF adalah
rasio kadar minimal sinar UV yang dapat menyebabkan eritema Minimal Erythema Dose
-MED pada kulit yang terlindung sunscreen terhadap kulit tanpa perlindungan sunscreen
Stanfield, J.W., 2003. Petro 1981 melakukan prediksi nilai SPF secara in vitro menggunakan alat
spektrofotometer. Sinar UV yang digunakan adalah sinar polikromatik, serupa dengan sinar matahari yang sesungguhnya. Dengan kata lain, semua panjang gelombang sinar
elektromagnetik yang berpotensi mencapai kulit, khususnya daerah sinar UV, diperhitungkan dalam penentuan nilai SPF. Pengukuran dimulai pada awal panjang
gelombang UV B 290 nm sampai dengan panjang gelombang sinar elektromagnetik terbesar yang memiliki absorbansi minimal 0,050. Nilai prediksi SPF merupakan
antilog nilai absorbansi rata-rata. Food Drugs Administration FDA menggolongkan kualitas perlindungan
sediaan sunscreen berdasarkan nilai SPF. Penggolongan tersebut ditampilkan pada dalam tabel I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel I. Penggolongan sunscreen Anonim,1999 Nilai SPF
efek perlindungan 2 – 12
Minimal 12 – 30
Sedang 30
Maksimal
E. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Anonim, 1995.
Krim biasa digunakan untuk penggunaan luar tubuh. Krim dapat berupa emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air, tergantung dari agen pengemulsi emulgator
yang digunakan Marriot, J.F., Wilson, K.A., Langley, C. A., Belcher, D., 2006. Stabilitas emulsi dilihat dengan tetap terdispersinya droplet fase internal di
dalam fase eksternal. Ketidakstabilan emulsi dapat diketahui dengan adanya kriming, koalesen, dan breaking Friberg, S.E., Quencer, L.G., Hilton, M.L., 1996. Stabilitas
krim emulsi dalam kosmetik dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan viskositas fase eksternal, memperkecil ukuran droplet, meningkatkan kekuatan
mekanik antarmuka, dan menurunkan tegangan antarmuka Marriot et al., 2006. Derajad stabilitas krim dapat ditentukan dengan mengukur perubahan sifat
fisis sediaan. Perubahan dalam karakteristik reologi sifat alir merupakan peringatan awal suatu kegagalan produk. Perubahan tersebut dapat ditentukan dengan
pengukuran viskositas Korhonen, M., 2003.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Emulgator Sabun
Sabun dapat digunakan sebagai emulgator yang sangat efektif menghasilkan sediaan untuk penggunaan luar. Emulsi yang dihasilkan memiliki nilai pH relatif
tinggi dan peka terhadap penambahan asam dan elektrolit. Emulgator sabun dibentuk dari reaksi antara alkali natrium hidroksida atau kalsium hidroksida, air kapur, atau
amin dengan asam lemak bebas pada fase minyak Anonim, 1987. Jenis emulgator yang digunakan dalam penelitian ini adalah emulgator
sabun. Asam lemak, dalam penelitian ini adalah asam stearat, bila bereaksi dengan basa seperti triethanolamin, akan membentuk emulgator sabun. Jumlah emulgator
sabun yang terbentuk dalam penelitian ini sangat bergantung dari jumlah penyusunnya, yaitu asam stearat dan triethanolamin. Apabila kandungan kedua bahan
tersebut semakin tinggi, emulgator yang tersedia untuk sistem emulsi akan semakin banyak.
G. Minyak Wijen
Minyak wijen diperoleh dari ekstraksi biji tanaman Sesamum indicum Family Pedaliaceae. Minyak wijen murni bersifat bening, berwarna kuning muda,
sedikit berbau harum, tidak berasa, dan tidak bersifat toksik. Minyak wijen banyak digunakan sebagai pelarut atau pembawa yang bersifat lemak Anonim, 1983.
Minyak wijen mengandung beberapa asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh dalam bentuk gliserida. Asam lemak jenuh yang terkandung dalam minyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
wijen adalah asam palmitat 9,1, asam stearat 4,3, dan asam arakidis 0,8. Kandungan asam lemak tak jenuh dalam minyak wijen adalah asam oleat 45,5
dan asam linoleat 40,4. Minyak wijen juga mengandung sesamin komplek eter siklik dan sesamiline sebuah glikosida dalam kadar kecil Anonim, 1983.
Minyak wijen mempunyai viskositas 43,37 poise dan kerapatan molekulnya 0,914–0,923. Asam lemak pada minyak wijen akan memadat pada suhu 20 – 25°C
Anonim, 1983 sehingga pada suhu kamar minyak wijen berbentuk cair. Diketahui bahwa minyak wijen dapat menghambat pertumbuhan kanker
kulit malignan melanoma. Minyak wijen juga memiliki sifat laksatif. Minyak ini juga dapat digunakan untuk menyembuhkan mata rabun dan sakit kepala, digunakan
sebagai pelarut injeksi intramuscular, penyedia nutrisi, mengurangi inflamasi dan sebagai emolien Anonim, 2001.
Minyak wijen memiliki aktifitas antioksidan. Di dalam jaringan kulit, minyak ini akan menetralkan radikal oksigen. Minyak wijen diserap di dalam tubuh
secara cepat dan memasuki pembuluh darah melalui kapiler. Molekul minyak wijen dapat menjaga nilai HDL dan mengurangi kolesterol Anonim, 2001.
H. Asam Stearat
Asam stearat adalah campuran dari asam stearat C
18
H
36 2
murni dan asam palmitat C
16
H
32 2
. Kandungan asam stearat murni tidak kurang dari 40, asam palmitat tidak kurang dari 40, dan kandungan keduanya asam stearat murni dan
asam palmitat tidak kurang dari 90. Asam stearat adalah serbuk berwarna putih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kekuningan, keras, sedikit berbau dan berasa. Asam stearat diindikasikan untuk penggunaan tubuh bagian luar. Titik leburnya lebih dari 54°C, titik didihnya 383°C
sehingga pada suhu ruangan asam stearat berbentuk padatan. Asam stearat bersifat sedikit larut dalam air, dan larut di dalam alkohol dengan perbandingan 1:21.
Senyawa ini stabil dalam keadaan murni Anonim, 1983. Kandungan asam stearat di dalam krim dan salep berkisar antara 5 – 15.
Asam stearat berfungsi sebagai agen pengemulsi, penstabil emulsi dan lubrikan Anonim, 1983.
Asam stearat di dalam sediaan krim merupakan bahan farmasetis yang memiliki dua fungsi, yaitu sebagai komponen penyusun emulgator sabun Anonim,
1987 dan sebagai penyusun fase minyak Wilkinson, J.B. dan Moore, R. J., 1982. Asam stearat meleleh di atas suhu tubuh dan mengkristal dalam bentuk yang
sesuai sehingga tidak terlihat pada waktu pemakaian dan membentuk lapisan pelindung non-greasy di permukaan kulit. Asam stearat juga membuat penampilan
sediaan krim menjadi lebih menarik yaitu dengan memberi kesan kemilau mutiara Wilkinson, J.B. dan Moore, R. J., 1982, Strianse, S. J., 1957.
I. Viskositas dan Daya Sebar
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suat cairan untuk mengalir, makin tinggi viskositas maka tahanannya semakin besar. Satuan viskositas adalah
poise , merupakan shearing force yang dibutuhkan untuk menghasilkan kecepatan 1
cmdetik antara dua dua bidang cairan yang paralel dimana luas masing-masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adalah 1 cm
2
dan dipisahkan oleh jarak 1 cm Martin, A., Swarbrick, J., Cammarata, A., 1990. Viskositas merupakan parameter reologi yang penting dalam sediaan
semisolid. Peningkatan viskositas dapat meningkatkan waktu retensi sediaan pada kulit Garg et al., 2002. Viskositas juga mempengaruhi kemudahan sediaan untuk
dikeluarkan dari kemasan. Daya
sebar spreadibility berkaitan dengan sudut kontak tetesan air atau
sediaan semisolid pada substrat dan merupakan parameter dari lubricity, yang berkaitan langsung dengan koefisien gesekan. Daya sebar merupakan faktor penting
karena bertanggung jawab terhadap pemberian dosis yang tepat pada tempat aplikasi, kemudahan dalam aplikasi dan mempengaruhi penerimaan konsumen Garg et al.,
2002. Daya sebar dipengaruhi oleh konsistensi dari formula, kecepatan dan lama
pengaplikasian, temperature permukaan substrat, viskositas, kecepatan penguapan pelarut dan peningkatan viskositas akibat penguapan pelarut tersebut Garg, et al.,
2002.
J. Desain Faktorial
Desain faktorial adalah suatu sarana yang digunakan untuk mengevaluasi semua faktorvariabel yang terlibat dalam suatu penelitian secara simultan. Desain
faktorial juga dapat digunakan untuk menentukan dominasi relatif dari suatu faktor dalam sebuah penelitian. Selain mengevaluasi setiap faktor, desain faktorial juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat digunakan untuk mengevaluasi ada-tidaknya interaksi antar faktor yang mempengaruhi hasil penelitan Ostle, 1956.
Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan 1 atau lebih variabel
bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika Bolton, 1997. Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor misal A dan B yang
masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level tinggi. Bolton, 1997. Faktor dan interaksi yang berpengaruh secara bermakna dapat
diketahui dengan analisis variansi Ostle, 1956. Optimasi campuran dua bahan berarti ada dua faktor dengan desain faktorial
two level factorial design dilakukan berdasarkan rumus: Y = b
+ b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
12
X
1
X
2
...............................................1 Dengan:
Y = respon hasil yang diamati
X
1
, X
2
= level bagian A dan B, yang nilainya tertentu dari minimal sampai maksimal
b
1
, b
2
, b
12
= koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan b
= rata-rata dari semua percobaan Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat formula 2
n
= 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan faktor, yaitu formula 1 A dan
B masing-masing pada level rendah, formula a A pada level tinggi dan B pada level rendah, formula b A pada level rendah dan B pada level tinggi, dan formula ab A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan B masing-masing pada level tinggi Bolton, 1997. Desain keempat formula tersebut ditampilkan pada tabel II.
Table II. Desain formula metode desain faktorial Formula
Faktor A Faktor B
Interaksi 1 - - +
a +
- -
b -
+ -
ab +
+ +
Keterangan : -
= level rendah +
= level tinggi Formula 1 = faktor I pada level rendah, faktor II pada level rendah
Formula a = faktor I pada level tinggi, faktor II pada level rendah
Formula b = faktor I pada level rendah, faktor II pada level tinggi
Formula ab = faktor I pada level tinggi, faktor II pada level rendah
Dari persamaan 1 dan data yang diperoleh dapat dibuat contour plot suatu respon tertentu yang sangat berguna dalam memilih komposisi campuran yang
optimal Bolton, 1997. Untuk mengetahui besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek
interaksinya dapat diperoleh dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek menurut
Bolton 1997 sebagai berikut: Efek faktor A =
2 }
b 1
ab a
{ +
− +
………………………………. 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Efek faktor B = 2
} a
1 ab
b {
+ −
+ ………………………………. 3
Efek interaksi = 2
} b
a 1
ab {
+ −
+ ………………………………. 4
Bolton, 1997
K. Landasan Teori
Agar sunscreen
dapat digunakan dengan mudah, praktis, nyaman dan manjur maka diperlukan suatu bentuk sediaan obat yang dapat memenuhi persyaratan mutu.
Sifat fisis dan stabilitas sediaan merupakan faktor yang patut diperhitungkan dalam memenuhi persyaratan mutu diatas. Sifat fisis dapat diukur menggunakan parameter
viskositas dan daya sebar sedangkan stabilitas dapat diukur menggunakan parameter pergeseran viskositas selama 1 bulan.
Faktor yang akan dioptimasi dalam penelitian ini adalah komposisi minyak wijen dan asam stearat sebagai fase minyak dalam menentukan respon sifat fisis
daya sebar dan viskositas dan stabilitas fisis pergeseran viskositas selama penyimpanan 1 bulan sediaan krim sunscreen.
Sediaan vanishing cream
tipe stearat memiliki kecenderungan memadat memiliki konsistensi tinggi pada penyimpanan fenomena gelation Strianse, S.J.,
1957. Adanya penambahan minyak wijen yang berbentuk cair diharapkan dapat menurunkan konsistensi sediaan krim sehingga menghasilkan sediaan krim dengan
konsistensi lembut. Diduga bahwa dengan semakin banyak jumlah minyak wijen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bentuk cair, viskositas sediaan menjadi semakin kecil dan daya sebar menjadi semakin besar. Begitu pula sebaliknya apabila jumlah asam stearat bentuk padat
semakin banyak maka viskositas sediaan akan semakin tinggi dan daya sebar akan semakin kecil.
Berkaitan dengan stabilitas krim dan fungsi asam stearat sebagai komponen penyusun emulgator, semakin banyak asam stearat menyebabkan kemungkinan
terbentuknya emulgator akan semakin besar pula sehingga emulsi yang terbentuk dapat semakin stabil.
L. Hipotesis
Terdapat pengaruh yang bermakna dari komposisi asam stearat dan minyak wijen sebagai fase minyak dalam mempengaruhi sifat fisis dan stabilitas sediaan krim
sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau pada level yang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
BAB III METODE PENELITIAN