KEHARMONISAN KELUARGA KATOLIK DAN MASALAHNYA
                                                                                43
dalam  arti  dapat  berkembang  mekar,  tetapi  dapat  juga  mundur,  bahkan  hancur. Karena  itu,  suami  dan  istri  sama-sama  bertugas  untuk  tetap  memupuk  kesatuan
mereka agar tahan uji Gilarso, 1996:10.
b. Hakitat dan Tujuan Perkawinan
Hakikat  dan  tujuan  perkawinan  yang  dipaparkan  dalam  Gaudium  et  Spes di atas ditegaskan kembali dalam Kitab Hukum Kanonik;
“Perjanjian foedus perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan  membentuk  antara  mereka  persekutuan  consortium  seluruh
hidup,  yang  menurut  ciri  kodratinya  perjanjian  itu  terarah  pada kesejahteraan  suami-isteri  bonum  coniugum  serta  kelahiran  dan
pendidikan  anak,  oleh  Kristus  Tuhan  perjanjian  pernikahan  antara  orang-
orang yang dibaptis diangkat ke martabat Sakramen” Kan. 1055 - §1. Dengan  demikian  diakui  oleh  Gereja  bahwa  hakikat  pernikahan  adalah
persekutuan  seluruh  hidup  dan  tujuan  pernikahan  adalah  kesejahteraan  suami- isteri serta kelahiran dan pendidikan anak KWI, 1994:44.
c. Perkawinan Merupakan Lembaga Sosial
Dalam masyarakat  umumnya perkawinan dipandang sebagai  satu-satunya lembaga  yang  menghalalkan  persekutuan  pria  dan  wanita,  hubungan  seks  dan
mendapatkan  keturunan.  Oleh  karena  itu,  perkawinan  dilindungi  dan  diatur  oleh hukum  adat  dan  hukum  Negara.  Suami-istri  dan  anak-anak  hanya  diakui  sah
dalam wadah perkawinan yang sah. Perkawinan merupakan kenyataan  yang juga melibatkan  masyarakat  luas,  baik  sanak-saudara  maupun  tetangga  dan  kenalan.
Masyarakat  ikut  campur  dalam  urusan  perkawinan,  karena  ikut  berkepentingan
44
dalam  keutuhan  kehidupan  keluarga,  sebab  keluarga  adalah  sel  atau  bagian terkecil dalam masyarakat Gilarso, 1996:10.
d. Perkawinan Merupakan Lembaga Hukum Negara Perkawinan  merupakan  ikatan  resmi  yang  perlu  disahkan.  Perkawinan
bukan  ikatan  bebas  menurut  selera  sendiri;  bukan  sekedar  soal  cinta  sama  cinta, lantas  bersenang-senang  bersama,  melainkan  soal  masyarakat,  soal  sosial,  soal
keluarga  keluarga  besar,  dan  masa  depan  bangsa.  Oleh  karena  itu,  Negara  ikut campur  tangan  dalam  masalah  perkawinan  warganya.  Kebanyakan  negara
mengatur  perkawinan  sebagai  lembaga  hukum  resmi,  yang  menghalalkan hubungan  seks  dan  mengesahkan  keturunan.  Perzinahan  harus  dicegah;  anak  di
luar nikah tidak diakui sebagai anak yang sah menurut hukum Gilarso, 1996:10.
e. Ciri-ciri Perkawinan Katolik Drs. T. Gilarso, SJ dalam bukunya yang berjudul “Membangun Keluarga
                                            
                