23
menanggapi keluhan orang lain dengan cara-cara yang menunjukkan sikap simpati dan empati terhadap masalah yang sedang dihadapi Supratiknya, 1995:11.
d. Keterampilan memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah antar pribadi
Masing-masing pribadi harus mampu memcahkan konflik dan bentuk- bentuk masalah antar pribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi
dengan cara-cara yang konstruktif, yaitu cara-cara yang semakin mendekatkan antar pribadi dan menjadikan komunikasi tersebut semakin tumbuh dan
berkembang Supratiknya, 1995:12.
2. Keterampilan Menanggapi dengan Penuh Pemahaman
Supratiknya dalam buku “Komunikasi Antarpribadi; Tinjauan Psikologis” yang diterbitkan tahun 1995, memaparkan bahwa salah satu aspek penting dalam
mendengarkan dan menanggapi dengan penuh pemahaman persoalan yang dikemukakan orang lain adalah rumusan yang dipakai dalam memparafrasekan
pesan-pesannya Supratiknya,1995:80. Rumusan tersebut dapat berlainan dalam sejumlah hal, yaitu:
a. Rumusan dalam hal isi content atau kata-kata yang digunakan
1
Rumusan dengan isi identik identical content, yaitu bila tanggapan yang dirimuskan semata-mata hanya dengan mengulang kata-kata yang dipakai
oleh orang yang sedang berbicara.
24
2
Rumusan dengan isi yang memparafrasekan paraphrasing content, yaitu
bila merumuskan kembali inti pesan dari orang yang sedang berbicara dengan
menggunakan kata-kata sendiri tanpa mengubah arti maupun warna
perasaannya. Telah terbukti bahwa tanggapan yang pada dasarnya hanya merupakan pengulangan pernyataan umumnya tidak mengkomunikasikan
bahwa seorang pendengar telah memahaminya sebagai pribadi. Orang perlu memparafrasekan atau memantulkan kembali pesan pengirim dengan kata-
kata atau ungkapan sendiri Supratiknya,1995:80.
b.
Rumusan dalam hal kedalaman depth perasaan yakni tingkat kecocokan
antara kedalaman perasaan dalam tanggapan si penerima pesan dengan kedalaman perasaan dalam pesan pengirim. Umumnya, tanggapan yang efektif
adalah tanggapan yang memiliki kedalaman perasaan sama dengan kedalaman perasaan dalam pesan yang disampaikan pengirim, atau bahkan yang mampu
membawa pengirim pada perasaan yang lebiih dalam Supratiknya, 1995:80.
c.
Rumusan dalam hal makna meaning ada bahaya bahwa dalam mencoba
memparafrasekan pernyataan pengirim seorang pendengar menambah atau sebaliknya mengurangi makna dan warna perasaannya. Penambahan atau
pengurangan makna dapat dibedakan seperti berikut: 1
Rumusan dengan makna dangkal atau makna yang tidak utuh, yaitu bila
hanya menanggapi sebagian dari apa yang diungkapkan pengirim atau bila mengabaikan warna perasaannya shallow meaning atau partial meaning.
25
2
Rumusan dengan makna yang ditambahkan additional meaning, yaitu bila
tanggapan melampaui atau menambahkan makna yang tidak diungkapkan oleh pengirim pesan. Menambahkan makna dapat terjadi dengan beberapa cara,
misalnya: Melengkapi pikiran atau kalimat pengirim pesan.
Menanggapi gagasan yang oleh pengirim pesan semata-mata digunakan sebagai contoh.
Menafsirkan penting-tidaknya pesan yang diungkapkan oleh pengirim. Hanya menanggapi hal terakhir yang diungkapkan oleh pengirim adalah
contoh bentuk pemotongan makna pesan.
d.
Rumusan dalam hal bahasa: bahasa yang digunakan dalam menanggapi orang
lain haruslah mudah dan sederhana, untuk menjamin komunikasi yang tepat dan efektif.
F. Tahapan dalam Komunikasi
Kecenderungan manusia dalam berkomunikasi adalah selalu ingin dimengerti terlebih dahulu dari pada mencoba mengerti apa yang dipikirkan dan
dirasakan oleh orang lain. Keberhasilan komunikasi terjadi karena orang mau mengerti orang lain terlebih dahulu barulah orang tersebut akan dipahami oleh
orang lain. Mewujudkan sikap mengerti terlebih dahulu dan kemudian dimengerti sangatlah penting terutama dalam Komunikasi untuk mencapai pemahaman
bersama dan menemukan pemecahan masalah. Covey 2010 dalam bukunya yang
26
berjudul The 7 Habits of Highly Effective People menjelaskan tentang mengerti dan dimengerti dengan sebuah ilustrasi bagaimana seorang dalam membuat resep
terhadap pasiennya. Dokter tentunya akan membuat resep obat bagi pasien setelah mendengar keluhan sakit si pasien dan memeriksanya. Dokter tidak membuat
resep obat terlebih dahulu baru mendengarkan keluhan si pasien karena dengan demikian resep yang dibuat oleh dokter tidak akan berdaya guna apa-apa bagi
pasien, bahkan akan memperparah sakit pasien Covey, 2010:277-279. Mengerti kemudian dimengerti merupakan tahapan yang menentukan keberhasilan dalam
komunikasi. Berusaha mengerti lebih dahulu, baru dimengerti merupakan prinsip
penting dalam hubungan antar pribadi. Prinsip ini menjadi kunci untuk komunikasi antar pribadi yang efektif Covey, 2010:270. Berusaha untuk
mengerti akan menumbuhkan sikap saling percaya yang kemudian membawa orang pada sikap terbuka untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan
Covey, 2010:273. Untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai tahapan komunikasi, Covey
mengambil filosofi orang Yunani yaitu berupa urutan kata: ethos, pathos, dan logos. Ethos
adalah kredibilitas pribadi seseorang di mana orang lain mempercayai kredibilitas, kemampuan, dan kecakapan orang tersebut. Pathos
adalah sisi empatik, yaitu perasaan. Ini berarti bahwa seseorang mampu mengerti kedalaman emosional orang lain ketika berkomunikasi atau menyampaikan pesan.
Logos adalah logika, bagian penalaran dari presentasi. Ketiga kata tersebut
mengandung rangkuman dari usaha untuk mengerti terlebih dahulu dan membuat
27
penyampaian pesan yang efektif Covey, 2010:291. Berikut dijabarkan tahapan berkomunikasi:
1. Berusaha Memahami Lebih Dahulu
Untuk benar-benar memahami orang lain maka seseorang harus pertama- tama berusaha mendengarkan. Seseorang sulit untuk mencapai kedalaman dari
komunikasi ini karena orang biasanya berusaha lebih dahulu untuk dimengerti. kebanyakan orang tidak mendengar dengan maksud untuk mengerti; orang
mendengar dengan maksud untuk menjawab atau dengan kata lain orang lebih cenderung ingin banyak berbicara dari pada mendengarkan untuk memahami.
Selain itu orang biasanya menyaring apa yang disampaikan oleh orang lain melalui paradigmanya sendiri yaitu membacakan autobiografinya sendiri ke
dalam kehidupan orang lain. Orang seringkali dipenuhi dengan kebenarannya sendiri, sehingga komunikasi menjadi monolog kolektif, dan kita tidak pernah
benar-benar mengerti apa yang sedang berlangsung dalam diri orang lain Covey, 2010:272.
Dengan melihat banyaknya hambatan dan kecenderungan buruk manusia dalam mendengarkan maka pertanyaannya adalah bagaimana seharusnya
mendengarkan yang baik. Mendengar yang baik yaitu mendengarkan secara empatik. Mendengarkan secara empatik yang dimaksud adalah mendengar dengan
tujuan untuk mengerti yaitu berusaha terlebih dahulu untuk mengerti, untuk benar- benar mengerti. Selain itu mendengarkan secara empatik berarti seseorang masuk
ke dalam kerangka berfikir orang lain, melihat dunia dengan cara orang lain