Gambaran Umum Situasi Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Kalimantan
Maka dalam perayaan Ekaristi dimuat perutusan sebagai ungkapan nyata kasih Allah kepada sesama yang telah dialami lebih dulu.
Dalam ungkapan lain, kasih Allah yang dibagikan kepada sesama didasari oleh kasih Allah yang telah dialami sebelumnya. Kasih Allah akan mungkin dibagikan,
apabila seseorang telah mengalaminya. Perayaan Ekaristi dikatakan sebagai sumber dan puncak hidup umat
beriman LG 11. Dalam Sakramen Tuhan hadir dan berkarya secara nyata, maka dikatakan Ekaristi sebagai puncak misteri keselamatan. Pengalaman Ekaristi
sebagai sumber dan puncak hidup akan dialami secara nyata dalam hidup sehari- hari melalui kasih yang diterima dari Allah dan dibagikan kepada sesama di
sekitar, khususnya mereka yang sangat membutuhkan. Pandangan Ekaristi yang hanya terbatas pada ritual kesalehan akan cenderung mengarah pada sikap kaku,
tertutup, beku, sehingga perayaan Ekaristi menjadi kering dan mati. Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa Ekaristi merupakan perayaan yang
hidup dan ungkapan kasih yang tergambar nyata dalam pengorbanan diri Yesus Yoh 15:13. Melalui peristiwa tersebut tersirat perintah untuk saling mengasihi
dan tindakan inilah yang menjadi identitas kuat sebagai pengikut atau murid- murid Kristus Yoh 13: 34-35. Sebaliknya merayakan Ekaristi dengan hanya
terjebak pada tindakan kesalehan yang kaku, kering dan hanya terpusat pada aturan, maka kasih Allah akan sulit untuk dirasakan.
Gereja dalam perkembangan dan proses memperbaharui diri telah mengupayakan agar umat semakin terlibat aktif dalam perayaan Ekaristi.
Keterlibatan aktif yang dimaksud tidak hanya sebatas pada saat perayaan Ekaristi,
tetapi juga terlibat dalam menanggapi permasalahan sosial yang saat ini semakin memprihatinkan.
Melalui perayaan Ekaristi mereka membiarkan diri untuk diajar oleh Sabda Allah, disegarkan oleh Tubuh Kristus dan bersyukur kepada Allah. Selain itu
berdasarkan persembahan Hosti melalui tangan imam, umat diminta untuk terus berusaha mempersembahkan diri dari waktu ke waktu. Berkat dari Allah yang
diterima melalui Ekaristi semakin menyatukan umat dengan-Nya dan dengan sesama, sehingga pada akhirnya Allah merajai seluruh kehidupan.
Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik tentang
Sukacita Injili
EG art. 183
, menegaskan bahwa, “iman sejati tidak pernah nyaman atau tidak sepenuhnya individual- selalu melibatkan hasrat mendalam untuk mengubah
dunia, meneruskan nilai-nilai, meninggalkan dunia ini agar lebih baik dari pada ketika kita temukan”. Pernyataan ini mempunyai makna yang sangat mendalam
dan tidak mudah untuk dilakukan. Seseorang yang memiliki iman tidak akan bersikap apatis dan lebih mementingkan diri sendiri dibandingkan kepentingan
orang lain, terlebih bagi mereka yang membutuhkan. Iman mendalam membuat seseorang tidak akan pernah tidur dengan lelap, tertawa lepas dan merasa nyaman
ketika mengetahui sesama mengalami kesulitan dan kemalangan. Umat Kristiani yang tidak perduli terhadap permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat akan
menuai pertanyaan mendalam terkait perayaan Ekaristi yang selalu dirayakannya. Sebagaimana telah dinyatakan bahwa seluruh umat Kristiani dipanggil untuk
menjadi alat dan sarana bagi Allah untuk membantu orang miskin keluar dari
penderitaan dan kesulitan yang mereka alami, sehingga mereka dapat menjadi bagian dari masyarakat seutuhnya.
Menelaah kembali isi Kitab Suci yang memperlihatkan bahwa Bapa memberikan perhatiannya secara khusus terhadap bangsa Israel yang saat itu berada dibawah
jajahan Mesir. Bapa setia mendengar dan melepaskan mereka dari penderitaan dengan mengutus nabi Musa untuk membawa orang Israel keluar dari Mesir
Keluaran 3:7-8, 10. Apabila seseorang bersikap apatis dan seolah menutup telinga terhadap penderitaan orang miskin, berarti menentang kehendak dan
rencana Bapa. Orang miskin itu “berseru kepada Tuhan tentang Engkau dan hal
itu menjadi dosa bagimu” Ul 15:9. Bertolak dari pemahaman inilah Gereja hadir
untuk dapat mendengar dan membebaskan sesama yang miskin dengan mengerahkan seluruh tenaga dan apapun yang dapat dilakukan untuk membantu
mereka. Pernyataan ini berasal dari perintah Yesus bagi para murid-Nya: “Tetapi
jawab-Nya: kamu harus memberi mereka makan ” Markus 6:37. Dimana para
murid diperintahkan oleh Yesus untuk bekerjasama dalam menumpas kemiskinan yang disebabkan oleh pribadi maupun kelompok atau golongan tertentu EG art
188. Di zaman ini kata solidaritas seolah semakin memudar dan sangat jarang
terdengar, terkhusus dikalangan orang muda. Sebagian besar dari mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan membantu sesama di sekitar
yang membutuhkan. Sebagaimana diketahui bahwa umat Kristiani merupakan sarana bagi Allah untuk membantu orang miskin bangkit dari keterpurukan dan
penderitaan yang dialaminya. Bertolak dari permasalahan tersebut, terdapat
indikasi bahwa orang muda Katolik kurang atau belum memahami keterkaitan antara Ekaristi dan realitas kehidupan sosial di tengah masyarakat serta cara untuk
mewujudkan secara nyata makna rohani yang mereka temukan setelah merayakan Ekaristi dalam hidup sehari-hari. Seharusnya seseorang yang merayakan Ekaristi
juga harus mewujud nyatakan buah-buah rohani yang didapat melalui perayaan Ekaristi dalam kehidupan nyata. Oleh sebab itu Gereja menyadari bahwa perlu
adanya pendampingan untuk orang muda demi meningkatkan pemahaman terkait makna perayaan Ekaristi serta ruang yang dapat mereka gunakan untuk
mengaktualisasikan kehadiran mereka sebagai orang muda dalam perayaan Ekaristi. Orang muda bukan hanya generasi penerus tetapi juga merupakan
gambaran eksistensi Gereja di masa mendatang. Wajah Gereja di masa mendatang akan terlihat dari kualitas hidup iman orang muda saat ini. Identitas Gereja di
masa mendatang akan banyak dipengaruhi oleh eksistensi orang muda di tengah masyarakat. Jika eksistensi orang muda dalam hal positif, maka Gereja yang
dikenal pun demikian. Begitu pula sebaliknya, eksistensi negatif yang ditampakkan orang muda Katolik akan menodai wajah Gereja yang sejatinya
adalah Kudus. Berdasarkan kenyataan ini, penulis akan mengamati, menganalisis dan
mengkaji sejauh mana orang muda di Stasi St. Stefanus Datah Bilang, Kalimantan Timur memahami pengertian makna dan konsekuensi merayakan Ekaristi dalam
menanggapi permasalahan sosial masyarakat. Judul tulisan yang akan diangkat
oleh penulis yaitu : PERANAN EKARISTI TERHADAP KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK DALAM MENANGGAPI PERMASALAHAN
SOSIAL MASYARAKAT DI STASI SANTO STEVANUS DATAH BILANG ILIR KALIMANTAN TIMUR.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah- masalah yang akan diamati, dianalisis dan dikaji dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut: b.
Apa pengertian dan makna Ekaristi bagi orang muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur.
c. Apa bentuk-bentuk keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi
permasalahan sosial masyarakat? d.
Sejauh mana peranan perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat di Stasi Santo
Stefanus Datah Bilang, Kalimantan timur? c.
Bentuk kegiatan apa saja yang diharapkan orang muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir untuk semakin meningkatkan keterlibatan di tengah
masyarakat?
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberi pemahaman lebih mendalam kepada orang muda Katolik di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan
Timur, terkait pengertian dan makna Ekaristi serta kaitannya dengan permasalahan sosial masyarakat. Dengan demikian tujuan penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
a. Mengetahui sejauh mana pemahaman orang muda Katolik Stasi Santo
Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur tentang pengertian dan makna Ekaristi.
b. Mengetahui bentuk-bentuk keterlibatan orang muda Katolik dalam
menanggapi permasalahan sosial masyarakat. c.
Mengetahui peranan perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat di Stasi Santo
Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur. d.
Mengetahui berbagai bentuk kegiatan yang diharapkan orang muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir agar semakin meningkatkan
keterlibatan di tengah masyarakat
4. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis
1 Semakin memahami pengertian dan makna Ekaristi.
2 Memahami sejauh mana keterlibatan orang muda Katolik dalam
menanggapi permasalahan sosial masyarakat di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang, Kalimantan Timur.
3 Mengetahui pengaruh perayaan Ekaristi terhadap sikap orang muda
Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang, Kalimantan Timur.
b. Bagi Orang Muda Katolik
3 Memberi pemahaman lebih mendalam terkait pengertian dan makna
Ekaristi. 4
Memotivasi untuk menanggapi permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat.
c. Pastor Paroki
3 Membantu dalam memberikan pemahaman terkait pengertian dan makna
Ekaristi. 4
Membantu untuk mengaktifkan orang muda Katolik dalam kegiatan menggereja dan menanggapi permasalahan sosial yang terjadi di tengah
masyarakat. d.
Bagi Orangtua 1
Membantu tugas orangtua dengan memberikan wadah bagi orang muda Katolik dalam memperkembangkan iman dan melatih kepekaan untuk
membantu sesama yang membutuhkan di tengah masyarakat.
5. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian dengan tujuan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi tindakan dan lain-lain secara utuh dengan cara mendeskripsikan
dalam bentuk kata-kata serta bahasa, dalam konteks khusus dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah Moleong, 2008: 6.