MENANGGAPI PERMASALAHAN SOSIAL MASYARAKAT DI STASI SANTO STEVANUS DATAH BILANG ILIR KALIMANTAN
TIMUR.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah-masalah yang akan diamati, dianalisis dan dikaji dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1.
Apa pengertian dan makna Ekaristi bagi orang muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur?
2. Apa bentuk keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi
permasalahan sosial masyarakat? 3.
Sejauh mana pengaruh perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat di Stasi Santo
Stefanus Datah Bilang, Kalimantan timur?
C. Tujuan Penulisan
Skripsi ini ditulis dengan tujuan untuk memberi pemahaman lebih mendalam kepada orang muda Katolik di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang,
Kalimantan timur, terkait pengertian dan makna. Dengan demikian tujuan penulisan skripsi ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian dan makna Ekaristi bagi orang muda Katolik Stasi
Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur.
2. Memahami bentuk keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi
permasalahan sosial masyarakat. 3.
Mengetahui peranan perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat di Stasi Santo
Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan timur.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
1 Semakin memahami pengertian dan makna Ekaristi.
2 Memahami sejauh mana keterlibatan orang muda Katolik dalam
menanggapi permasalahan sosial masyarakat di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur.
3 Mengetahui peranan perayaan Ekaristi terhadap sikap orang muda
Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur.
2. Bagi Orang Muda Katolik
1 Memberi pemahaman lebih mendalam terkait pengertian dan makna
Ekaristi. 2
Memotivasi untuk menanggapi permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat.
3. Pastor Paroki
1 Membantu dalam memberikan pemahaman bagi orang muda Katolik
terkait pengertian dan makna Ekaristi.
2 Membantu untuk mengaktifkan orang muda Katolik dalam kegiatan
menggereja dan menanggapi permasalahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat.
4. Bagi Orangtua
1 Membantu orang muda Katolik dalam memperkembangkan iman dan
melatih kepekaan untuk membantu sesama yang membutuhkan di tengah masyarakat.
E. Metode Penulisan
Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu dengan menjelaskan pengertian dan makna Ekaristi, pemahaman terkait
keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat. Selanjutnya penulis melakukan penelitian dengan menggunakan
metode kualitatif yang berupa data deskriptif berbentuk tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati dari individu, kelompok, masyarakat dan organisasi
dalam situasi tertentu yang dikaji melalui sudut pandang utuh, komprehensif dan holistik. Penelitian tersebut akan dilaksanakan di Stasi Santo Stefanus
Datah Bilang Kalimantan Timur. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner dan sampel yang digunakan sebagai sumber data yaitu orang muda Katolik
Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Ilir Timur. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan penyebaran kuesioner.
Tujuan dari penelitian ini untuk memberi pemahaman lebih mendalam kepada orang muda Katolik di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan
timur, terkait pengertian dan makna Ekaristi, pemahaman keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat dan
mengetahui sejauh mana pengaruh Ekaristi terhadap keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat. Kemudian hasil
penelitian dianalisis dan dijelaskan, sehingga pada akhirnya penulis memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan hasil pustaka dan penelitian
dengan harapan agar memberi manfaat untuk membantu orang muda Katolik agar semakin terlibat aktif dalam perayaan Ekaristi dan khususnya dalam
menanggapi permasalahan sosial masyarakat.
F. Sistematika Penulisan
Pada Bab I, penulis menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan sebagai pertimbangan pentingnya melakukan penelitian ini.
Bab II, penulis memberikan gambaran ideal dengan menjelaskan teori dan hal ihwal mengenai pengertian dan makna Ekaristi serta memberi
pemahaman terkait keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat.
Bab III,
penulis menggambarkan
keadaan faktual
dengan memperkenalkan keadaan Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan
Timur, meneliti sejauh mana orang muda Katolik terlibat dalam perayaan Ekaristi dan pengaruh mengikuti perayaan Ekaristi terhadap sikap orang muda
Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat, selanjutnya akan penulis paparkan hasil analisis dan penjelasannya.
Bab IV, penulis memberikan sumbangan pemikiran sebagai usaha untuk semakin meningkatkan keterlibatan orang muda Katolik dalam perayaan
Ekaristi dan dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat. Adapun sumbangan pemikiran yang penulis berikan berupa:
1. Perayaan Ekaristi yang dikemas oleh orang muda Katolik di Stasi Santo
Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur. 2.
Bakti sosial dalam rangka menanggapi permasalahan sosial masyarakat Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur.
Bab V, merupakan bagian akhir penulisan skripsi yang berisikan saran dan kesimpulan. Kesimpulan ditulis dengan tujuan menjawab rumusan
masalah dan tujuan penulisan skripsi yang dikuatkan oleh hasil penelitian. Penulisan memberikan saran bagi orang muda Katolik, Pastor Paroki dan
Orangtua di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur.
BAB II KAJIAN TEORI TENTANG EKARISTI, KETERLIBATAN
ORANG MUDA KATOLIK DAN BENTUK-BENTUK PERMASALAHAN SOAIAL
Umat diharapkan memiliki pemahaman mendalam mengenai keterkaitan antara merayakan Ekaristi dan permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat.
Namun pada kenyataannya hal tersebut masih sangat minim dipahami atau bahkan belum diketahui oleh umat, terkhusus bagi orang muda Katolik. Pernyataan ini
didukung dengan masih banyaknya orang muda Katolik yang apatis terhadap permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat. Padahal setiap Minggu mereka
terlibat aktif dalam merayakan Ekaristi. Seringkali sebagai umat Katolik terjebak pada kewajiban untuk merayakan Ekaristi dan mengedepankan kesalehan semata
yang tanpa disadari telah menjauhkannya dari kenyataan hidup yang saat ini sedang terjadi di sekitarnya. Maka pada bab ini penulis akan memaparkan tentang
pengertian dan makna Sakramen, pengertian dan makna Ekaristi, keterlibatan orang muda Katolik, orang muda, orang muda Katolik dan permasalahan sosial
masyarakat.
A. Sakramen Ekaristi
1. Pengertian dan Makna Sakramen
a. Pengertian Sakramen
Dalam bukunya tentang Sakramen-Sakramen Gereja, Martasudjita 2003: 61 menerangkan tentang pengertian sakramen sebagai berikut. Sakramen yang
dikenal dalam bahasa Indonesia merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin, yaitu
sacramentum
. Kata dasar dari
sacramentum
ialah
sacr, sacer
yang berarti kudus, suci, lingkungan orang kudus atau berkaitan dengan sesuatu yang bersifat
suci. Kata sacrare yang berasal dari bahasa Latin memiliki arti menyucikan, menguduskan dan mengkhususkan seseorang atau sesuatu untuk melakukan hal-
hal yang suci atau kudus. Kata
sacramentum
memperlihatkan tindakan penyucian atau pengudusan. Pada zaman Romawi kuno terdapat dua pengertian terkait
sacramentum
. Pertama,
sacramentum
digunakan dalam sumpah prajurit untuk menyatakan kesediaan mengabdikan diri atau menguduskan diri bagi dewata dan
Negara. Kedua,
sacramentum
terarah pada uang jaminan atau denda yang ditaruh dalam kuil dewa oleh orang atau pihak-pihak yang memiliki perkara dalam
pengadilan. Kata
sacramentum
dari bahasa Latin ini digunakan oleh orang Kristen pada abad II untuk menerjemahkan kata
mysterion
dari bahasa Yunani yang terdapat dalam Kitab Suci.
Pemahaman mengenai definisi Sakramen dijelaskan dengan lebih sederhana dalam
diktat “
Pegangan Kuliah Sakramentologi
” yang dibuat oleh M. Purwatma Pr dan Ignasius Madya Utama, SJ bagi Mahasiswa IPPAK 2015: 1.
Dalam buku ini dijelaskan bahwa Sakramen merupakan “tanda dan sarana yang
mendatangkan rahmat.” Bertolak dari definisi ini dapat dipahami bahwa
Sakramen bukan hanya sekedar tanda, tetapi menyangkut hubungan manusia dengan Allah. Dengan demikian Sakramen merupakan tanda-tanda yang
mengungkapkan dan menghadirkan karya Allah bagi manusia. Misalnya melalui Sakramen Baptis, rahmat Allah ditandakan dan dihadirkan. Maka dengan dibaptis
seseorang diterima menjadi anak Allah. Dengan demikian Baptisan dipahami sebagai sebagai sarana untuk menerima rahmat Allah. Selain itu Sakramen
diartikan sebagai tanda keselamatan. Tanda atau simbol dibedakan dalam dua jenis yaitu, simbol ekspresif dan simbol representatif. Simbol ekspresif artinya
mengungkapkan pengalaman pribadi seseorang dengan yang transenden. Sedangkan simbol representatif maksudnya menunjuk dan menghadirkan realitas
yang melampaui hal biasa dan hanya tergambar melalui simbol tersebut. Berkaitan dengan Sakramen simbol ekspresif dan sekaligus representatif, karena
melalui Sakramen Gereja merasakan Karya Allah dan juga mengungkapkan pengalaman iman akan Karya Keselamatan Allah yang tergambar nyata dalam diri
Yesus Kristus. Maka Yesus disebut sebagai Sakramen pokok dan sebagai simbol representatif karya Keselamatan Allah. Seluruh hidup Yesus menggambarkan
Karya Keselamatan Allah misalnya, Yesus menyembuhkan orang sakit, firman, sengsara dan wafat-Nya. Selain itu Yesus juga merupakan simbol ekspresif
manusia kepada Allah yang juga adalah jalan bagi manusia menuju Allah. Ketaatan dan penyerahan diri-Nya di kayu salib menjadi pembuka jalan bagi
manusia untuk bertemu Allah.
Sakramen menurut Kitab Hukum Kanonik 1983: kan.840, merupakan tanda dan sarana yang mengungkapkan dan menguatkan iman. Sakramen yang
diterima dalam perayaan Ekaristi memberikan kekuatan, menciptakan dan memperkokoh persatuan umat. Umat Kristiani yang telah menerima Sakramen
berarti telah dipersatukan dalam Gereja, dalam persekutuan Roh Kudus serta umat dipersatukan dengan Allah dalam kemuliaan-Nya.
Definisi selanjutnya dikemukakan dalam Iman Katolik 1996: 400 yang menyatakan sakramen sebagai peristiwa konkret duniawi yang menandai,
menampakkan, melaksanakan atau menyampaikan keselamatan dari Allah atau Allah yang menyelamatkan. Dengan Sakramen cinta Allah diperlihatkan secara
nyata melalui tanda-tanda badaniah. Maksudnya ritus-ritus yang dilaksanakan sungguh dan penuh, sehingga dapat dirasakan. Misalnya dalam Sakramen
pembaptisan air benar-benar dirasakan, Sakramen pengurapan orang sakit harus menggunakan minyak yang secara langsung dirasakan dan dalam Ekaristi hosti
yang dibagikan dan diterima harus tebal agar dapat dirasakan dengan jelas. Selain itu penting disadari bahwa tindakan nyata manusia tersebut akan menjadi
Sakramen Kristiani yang sesungguhnya apabila disertai dengan perkataan. Misalnya dalam Sakramen pembaptisan, tindakan manusia menuangkan air
dengan mengucapkan “Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus”. Dengan demikian tindakan dan perkataan secara bersamaan membentuk
tanda atau lambang penyelamatan Allah yang nyata dirasakan oleh jasmani. Direktorium Kateketik Umum 1991: art. 56
memberi penjelasan mengenai arti Sakramen yang dipandang sebagai sarana iman. Sakramen pada
dasarnya merupakan pengungkapan kehendak Kristus yang berdaya guna. Meskipun demikian dari pihak manusia harus memiliki keterbukaan hati untuk
menerima dan menjawab kasih Allah. Umat beriman yang layak menerima Sakramen, apabila telah mempersiapkan hati dengan sungguh-sungguh. Sakramen
hendaknya ditampakkan selaras dengan hakikat dan tujuannya. Bukan hanya sebagai sarana penyembuhan dari dosa dan akibatnya, tetapi juga sebagai sumber
rahmat untuk masing-masing individu maupun kelompok. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik dengan pengertian Sakramen
sebagai tanda dan sarana untuk memperoleh keselamatan dari Allah. Sebagai Sakramen Bapa, Yesus Kristus melalui Sabda dan Karya-Nya menghadirkan
Allah yang menyelamatkan bagi manusia. Bagi manusia Yesus merupakan jembatan yang dapat menghubungkan kembali relasi dengan Allah. Saat ini Karya
Keselamatan Allah yang diwujudkan oleh Kristus diteruskan oleh Gereja dengan menawarkan keselamatan kepada semua orang. Dengan demikian Gereja juga
merupakan tanda dan sarana yang menghasilkan rahmat. Senada dengan pernyataan Konsili Vatikan II yang menyebutkan Gereja dalam Kristus bagaikan
Sakramen, yaitu tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah serta kesatuan dengan seluruh umat LG 1.
b. Makna Sakramen
Kata
Sacramentum
oleh orang Kristiani pada abad II digunakan untuk menterjemahkan kata Yunani
mysterion
yang terdapat dalam Kitab Suci. Kata
mysterion
mengandung makna dasar yang berhubungan dengan pengalaman akan