mengkombinasikan dan mengintegrasikan serta mengsinkronisasikan sumber- sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan produk akhir yang telah lebih
dulu ditetapkan dalam perencanaan produksi diatas. c.
Fungsi pengawasan produksi, yaitu teknik-teknik untuk mengorganisasi dan konseptualisasi informasi mengenai rencana dan status pelaksanaan untuk
mencapai sasaran. Fungsi ini merupakan kegiatan dalam manajemen produksi untuk menentukan target pelaksanaan sesuai dengan rencana produksi.
d. Fungsi pengawasan biaya, yaitu atas biaya produk merupakan sebagian dari
fungsi akunting modern yang meneliti biaya-biaya untuk bahan mentah, bahan penolong, tenaga personalia, bunga modal, dan biaya-biaya lainnya yang
dipergunakan untuk menghasilkan produk yang menjadi sasaran manajemen produksi.
e. Fungsi persediaan, yaitu aktivitas persediaan bahan-bahan yang diperlukan
dengan jumlah, kualitas, waktu dan tempat yang tepat. f.
Fungsi kelengkapan, yaitu merupakan fungsi dasar manajemen produksi yang terakhir ini bertujuan agar proses produksi dapat terlaksana dengan baik dan
dengan biaya perlengkapan yang serendah dan serasional mungkin.
2.1.1.3 Tujuan Manajemen Produksi
Menurut Sukanto, Indriyo 2000: 2 adalah memproduksi atau mengatur produksi barang dan jasa dalam jumlah kualitas harga, waktu serta tempat tertentu
sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Sedangkan menurut Assauri 2004: 23 adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan menggunakan peralatan, sehinggga masukan atau input dapat
diolah menjadi pengeluaran yang berupa barang atau jasa, yang akhirnya dapat dijual kepada para konsumen untuk memungkinkan perusahaan dapat
memperoleh keuntungan. Dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan manajemen produksi ialah
memproduksi atau mengatur barang dan jasa dalam jumlah kualitas, harga, waktu serta dampak yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
2.1.1.4 Ruang Lingkup Manajemen Produksi
Menurut Assauri 2004: 17, manajemen produksi merupakan kegiatan yang mencakup bidang yang cukup luas, dimulai dari penganalisaan dan
penetapan keputusan saat sebelum dimulainya kegiatan produksi, yang umumnya bersifat keputusan jangka panjang, serta keputusan pada waktu penyiapan dan
melaksanakan kegiatan produksi dan pengoperasian yang umummya bersifat keputusan jangka pendek. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen produksi meliputi kegiatan penyiapan sistem produksi, dan kegiatan pengoperasian sistem produksi.
Seperti yang diuraikan di atas, maka ruang lingkup manajemen produksi mencakup perencanaan atau penyiapan sistem produksi, sertapengoperasian dari
sistem produksi. Pembahasan dalam perancangan meliputi : 1.
Seleksi dan Rancangan atau Desain Hasil Produksi
Kegiatan produksi harus dapat menghasilkan produk, berupa barang atau jasa secara efektif dan efisien yang mempunyai mutu dan kualitas yang baik. Oleh
karena itu, setiap kegiatan produksi harus dimulai dari penyeleksian dan perancangan yang akan dihasilkan. Kegiatan ini harus dimulai dengan
kegiatan-kegiatan riset dan pengembangan produk, maka seleksi dan diputuskan produk apa yang akan dihasilkan dan desain produk itu, untuk
penyeleksian dan perancangan produk, standarisasi, simplifikasi dan spesialisasi. Akhirnya dalam pembahasan ini perlu dikaji hubungan timbal
balik yang erat antara seleksi produk dan rancangan dengan kapasitas produksi dan operasi.
2. Seleksi dan Perancangan Proses dan Peralatan
Setelah proses desain, maka kegiatan yang harus dilakukan untuk merealisasikan usaha untuk menghasilkan dan menetukan jenis proses yang
akan dipergunakan serta peralatannya. Dalam hal ini kegiatan harus dimulai dari penyeleksian dan pemilihan akan jenis proses yang akan dipergunakan,
yang tidak terlepas dari produk yang dihasilkan. Kegiatan selanjutnya adalah menetukan teknologi dan peralatan yang akan dipilih dalam pelaksanaan
kegiatan produksi tersebut, penyeleksian dan menentukan peralatan yang dipilih tidak hanya mencakup mesin dan peralatan tapi juga mencakup
bangunan dan lingkungan kerja. 3.
Pemilihan Lokasi Perusahaan dan Unit Produksi Kelancaran produksi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kelancaran
mendapatkan sumber-sumber bahan dan masukan, serta ditentukan oleh
kelancaran dan biaya penyampaian atau supply product yang akan dihasilkan berupa barang jadi atau jasa ke pasar. Oleh karena itu, untuk menjamin
kelancaran maka sangat penting peranan dari pemilihan lokasi atau site tersebut. Perlu diperhatikan faktor jarak, kelancaran dan biaya pengangkutan
dari sumber-sumber bahan dan pemasukan, serta biaya pengangkutan dari barang jadi ke pasar.
4. Rancangan tata Letak Lay- out dan Arus Kerja atau Proses
Kelancaran proses produksi ditentukan pula oleh salah satu faktor yang terpenting dalam perusahaan atau unit produksi, yaitu rancangan tata letak
atau arus kerja atau proses. Rancangan tata letak harus dipertimbangkan sebagai faktor antara lain adalah kelancaran arus kerja, optimalisasi dari waktu
pergerakan dalam proses, kemungkinan kerusakan yang terjadi karena pergerakan dalam proses akan meminimalisasikan biaya yang timbul dari
pergerakan tersebut. Macam-macam Lay-out :
a. Lay-out by product line lay-out
Lay-out ini adalah yang terbaik bagi proses produksi yang terus menerus dan besar-besaran. Dalam penyusunan ini mesin-mesin ditempatkan menurut
urutan yang dikehendaki oleh proses produksi, yaitu urutan yang merupakan suatu garis.
Keuntungan lay-out ini adalah : -
Sedikit menggunakan alat-alat pengakut, dan ruangan tempat bekerja dapat dihemat.
- Boleh dikatakan tidak ada barang yang dikembalikan kepada proses
sebelumnya. -
Besar kemungkinan akan dapat menghilangkan bottle neck bila benar- benar diatur.
- Dapat mempersingkat waktu pembuatan barang.
- Memudahkan pengawasan produksi.
- Tidak banyak diperlukan persediaan barang-barang yang sedang
dikerjakan. Keburukan dari lay-out ini :
- Berkurangnya flesibilitas, sedangkan sesuatu perubahan didalam barang
yang dibuat dapat menimbulkan keharusan untuk menyusun kembali semua lay-out yang sudah dibuat.
- Memperbesar investasi untuk mesin-mesinnya.
- Sukar untuk menambah kapasitas produksi dari susunan mesin yang sudah
ada. b.
Lay-out by process department lay-out Lay-out ini digunakan dalam job-lot manufacture, dimana aliran materialnya
terputus-putus dan mesin-mesinnya disusun menurut grup atau departemen. Keuntungan dari lay-out ini :
- Cukup flexibel, karena dapat menampung bermacam-macam produk dan
fluktuasi permintaan. -
Kemungkinan penggunaan mesin-mesin secara maksimum. -
Pekerja-pekerja dapat pula dipergunakan keahlihannya.
- Pengawasan oleh orang-orang yang mempunyai keahlihan khusus.
Keburukannya : -
Lebih banyak makan ruangan. -
Barang-barang yang sedang dikerjakan bertumpuk-tumpuk sehingga terjadi kelambatan dalam proses produksi.
- Lebih sulit untuk mengadakan pengawasan produksi.
- Banyak pekerjaan yang kembali pada proses sebelumnya.
c. Lay-out Stationary
Lay-out ini digunakan untuk produksi bagian atau assembly besar. Keuntungannya :
- Mempekerjakan seseorang atau beberapa orang pekerja saja sejak
permulaan sampai selesai. -
Memberikan flexibilitas yang aksimum bagi semua perubahan produk dan proses, dan adanya kesempatan untuk mengerjakan berbagai macam
produk dengan lay-out yang sama. Kerugiannya :
- Karena cara ini didasarkan atas material yang tidak bergerak maka dengan
cara ini akan dialami kesulitan dalam pemakaian mesin-mesin yang tepat serta penggunaan kecakapan pegawai yang khusus.
- Efisiensi yang rendah.
5. Rancangan Tugas Pekerjaan
Rancangan tugas dan pekerjaan merupakan bagian integral dari rancangan sistem. Dalam pelaksanaan fungsi produksi, maka organisasi kerja harus
disusun, karena organisasi kerja sebagai dasar pelaksanaan tugas pekerjaan, merupakan alat atau wadah kegiatan yang hendaknya dapat membantu
pencapaian tujuan perusahaan atau unit produksi tersebut. Rancangan tugas pekerjaan harus membentuk satu kesatuan dari human engineering, dalam
rangka untuk menghasilkan rancangan kerja yang optimal. 6.
Strategi Produksi Serta Pemilihan Kapasitas Rancangan sistem produksi harus disusun dengan landasan strategi produk.
Dalam strategi produksi harus terdapat pernyataan tentang maksud dan tujuan dari produksi, serta misi dan kebijakan-kebijakan dasar untuk lima bidang
yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan mutu atau kualitas. Semua hal tersebut merupakan landasan bagi penyusunan strategi produksi.
Berdasarkan strategi produksi, maka ditentukanlah pemilihan kapasitas yang akan dijalankan dalam bidang produksi.
2.1.2 Proses Produksi