Efisiensi Peramalan Penjualan Sebagai Dasar Perencanaan Produksi (Studi komparasi antara metode dekomposisi dengan metode peramalan perusahaan) Pada PT. Varia Usaha Beton di Gresik.
SKRIPSI
Diajukan sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
CHUSNUL ARIFIN 0542010068
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
SURABAYA 2010
(2)
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL...vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...3
1.3 Tujuan Penelitian...4
1.4 Manfaat Penelitian...4
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori……...5
2.1.1 Manajemen produksi...5
2.1.1.1 Pengertian manajemen produksi………….………..5
2.1.1.2 Fungsi dasar manajemen produksi………….…………...6
2.1.1.3 Tujuan manajemen produks………...……...…………..7
2.1.1.4 Ruang lingkup manajemen produksi………….…………8
2.1.2 Proses produksi………...13
2.1.2.1 Pengertian proses produksi………….……..………13
2.1.2.2 Faktor yang dipertimbangkan dalam proses produksi...14
(3)
2.1.3.1Tujuan dan fungsi perencanaan dan pengendalian produksi21
2.1.3.2 Tingkatan perencanaan dan pengendalian produksi……..22
2.1.3.3 Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi………22
2.1.3.4 Klasifikasi system manufaktur………...23
2.1.4 Pengertian ramalan... 25
2.1.4.1 Tujuan peramalan... 26
2.1.4.2 Jenis – jenis metode peramalan...26
2.1.4.3 Gerakan dalam taime serie………..27
2.1.4.4 Metode peramalan...28
2.1.4.5 Peramalan perusahaan...28
2.2 Kerangka Berpikir... 31
2.3 Hipotesis...31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional...33
3.2 Populasi, sampel dan teknik penarikan sampel………...34
3.3 Teknik Pengumpulan Data... 35
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 35
3.4.1 Metode dekomposisi………. 35
3.4.2 Pengujian hipotesis……… 41
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
(4)
4.1.3 Fasilitas penunjang...51
4.1.4 Pengembangan Usaha... 51
4.2 Hasil penelitian... 52
4.3 Uji hipotesis... 65
4.3.1 Hipotesis uji beda... 65
4.4 Pembahasan... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 70
5.2 Saran... 71
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(5)
Gambar 2 : Struktur Organisasi...47 Gambar 3 : Bidang usaha...48
(6)
Tabel 1 : Data penjualan radymake tahun 2004 - 2008...53
Tabel 2 : Tabel ΣX ,ΣXY , dan ΣX2...54
Tabel 3 : Subtitusi nilai trend...55
Tabel 4 : Nilai trend bulanan tahun 2004 – 2008...56
Tabel 5 : Persentase nilai riil terhadap nilai trend dan mediannya...57
Tabel 6 : Table indeks Siklis...61
(7)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul
“Efisiensi Peramalan Penjualan Sebagai Dasar Perencanaan Produksi (Studi komparasi antara metode dekomposisi dengan metode peramalan perusahaan) Pada PT Varia Usaha Beton di Gresik”.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada Ibu Dra. Ety Dwi Susanti, MSi selaku dosen pembimging yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dan tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Drs. Sadjudi, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Nurhadi, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 5. Bapak Bambang Miyanto, S.T selaku kabag SDM dan umum PT. Varia Usaha
Beton, Gresik yangtelah memberikan informasi dan data yang saya butuhkan.
(8)
6. Kedua orang tua penulis yang telah banyak memberikan dukungan moral maupun materiil sehingga dapat terselesaikannya laporan proposal ini.
7. Saudara dan teman-teman yang sudah memberi semangat dan dukungannya dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.
Penulis menyadari segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, April 2010
Penulis
(9)
CHUSNUL ARIFIN ABSTRAKSI
Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma dalam segalah bidang, salah satunya adalah bidang produksi. Produksi adalah salah satu kegiatan dalam sebuah perusahaan yaitu proses pemenuhan permintaan konsumen. Salah satu kegiatan yang mampu menjadi dasar dalam pembuatan strategi produksi perusahaan adalah peramalan penjualan. Besarnya fluktuasi dan tingginya risiko merupakan karakter yang melekat pada sistem produksi dan distribusi kebanyakan produk bisnis. Hal yang sama juga dapat terjadi pada industri beton, apabila perusahaan yang ada tidak dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi tantangan persaingan ini, maka dikhawatirkan produk-produk mereka tidak akan mampu bertahan dalam menghadapi keadaan pasar yang tidak menentu, sehingga akan berdampak pada kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang. PT Varia Usaha Beton Gresik menggunakan metode peramalan penjualan dalam melaksanakan kegiatan produksi yaitu dalam menentukan target produksi yang akan diambil. Dalam kegiatan penentuan target produksi dibutuhkan perencanaan yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan seperti halnya dengan menggunakan metode perhitungan peramalan penjualan yang didasarkan pada data penjualan sebelumnya. Disamping ada keinginan perusahaan dalam menentukan target produksi sesuai dengan keinginannya agar mendapatkan laba yang sebesar–besarnya yang kurang bisa dipertanggung jawabkan mengingat penjualan produk jadi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kekuatan penjualan, harga, iklan, cakupan daerah pemasaran dan lain sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi peramalan penjualan antra metode perusahaan dengan metode dekomposisi pada PT. Varia Usaha Beton Gresik. Variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah data penjualan tahun sebelumnya, hasil peramalan penjualan dan rencana kegiatan produksi yang terbaru 1) Data rencana penjualan, 2) Data peramalan penjualan, 3) Data realisasi penjualan pada PT. Varia Usaha Beton Gresik.
Dalam penelitian ini yang menjadi Populasi adalah data penjualan radymake mulai dari tahun 2004-2009 dengan satuan per meter kubik ( ) pada PT. Varia Usaha Beton Gresik. Sampel penelitian ini data penjualan mulai dari tahun 2004-2009 dengan menggunakan metode purpusive. Jenis data pada peneitian ini adalah data sekunder, sedangkan teknik pengumpulan data dengan obsevarsi data penjualan perusahaan dari
3
(10)
df = 59 dan α = 5% (uji dua sisi) diperoleh nilai t tabel = 2,001. Karena t hitung lebih besar dar t tabel (t hitung=2,687 > t tabel=2,001) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara metode peramalan yang digunakan oleh PT Varia usaha Beton Gresik dengan peramalan dengan metode dekomposisi, 2) Hasil uji beda antara metode peramalan perusahaan dengan realisasi penjualan diperoleh bahwa nilai t hitung sebesar t hitung = 4,384 dengan signifikansi 0,000, sedangkan nilai t tabel dengan derajat kebebasan n-1 = 59 dan tingkat signifikansi 5% untuk uji dua sisi diperoleh t tabel = 2,001. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara metode peramalan yang dilakukan perusahaan dengan realisasi penjualan, 3) Hasil uji beda antara metode dekomposisi dengan realisasi penjualan diperoleh bahwa hasil t hitung sebesar 0,914 dengan signifikansi sebesar 0,364. Adapun nilai t tabel dengan derajat kebebasan n-1 = 59 dan tingkat signifikansi 5% untuk uji dua sisi diperoleh t tabel = 2,001. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara metode peramalan dekomposisi dengan realisasi penjualan.
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara ramalan metode yang digunakan perusahaan dengan metode dekomposisi, sehingga setelah dilakukan uji beda untuk menentukan metode peramalan manakah yang lebih akurat dalam memprediksi penjualan maka diketahui bahwa metode peramalan perusahaan berbeda secara signifikan dengan realisasi penjualan. Adapun metode peramalan dekomposisi menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara metode dekomposisi dengan realisasi penjualan. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa peramalan dengan menggunakan metode dekomposisi lebih akurat dalam memprediksi penjualan perusahaan.
(11)
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma dalam segalah bidang, salah satunya adalah bidang produksi. Produksi adalah salah satu kegiatan dalam sebuah perusahaan yaitu proses pemenuhan permintaan konsumen. Faktor yang dapat membantu perusahaan untuk melakukan upaya untuk memperkirakan besarnya permintaan pada periode yang akan datang diperlukan perhitungan ramalan penjualan dari data penjualan tahun sebelumnya dari kurun waktu tertentu.
Dengan harapan dapat diketahui nilai perkiraan permintaan konsumen untuk produk yang didistribusikan.Semakin tingginya tingkat persaingan di bisnis lokal maupun global dan kondisi ketidakpastian memaksa perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif (competitive advantage) agar mampu memenangkan persaingan di bisnis global. Kekuatan-kekuatan yang paling besar dalam persaingan industri akan menentukan serta menjadi sangat penting dari sudut pandang perumusan strategi, hal tersebut pada akhirnya juga akan menentukan kegiatan yang perlu bagi suatu perusahaan untuk berprestasi, seperti inovasi, budaya yang mengimplementasikan strategi produksi yang baik.
Strategi produksi merupakan serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan kompetitif yang berkelanjutan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Perubahan dalam dunia usaha yang semakin cepat mengharuskan
(12)
perusahaan untuk merespon perubahan yang terjadi. problem sentral yang dihadapi perusahaan-perusahaan saat ini adalah bagaimana perusahaan tersebut mampu menciptakan strategi terbaik agar perusahaan tersebut dapat bertahan dan berkembang. Tujuan tersebut akan tercapai jika perusahaan melakukan proses produksi secara tepat.
Salah satu kegiatan yang mampu menjadi dasar dalam pembuatan strategi produksi perusahaan adalah peramalan penjualan. Besarnya fluktuasi dan tingginya risiko merupakan karakter yang melekat pada sistem produksi dan distribusi kebanyakan produk bisnis. Hal yang sama juga dapat terjadi pada industri beton, apabila perusahaan yang ada tidak dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi tantangan persaingan ini, maka dikhawatirkan produk-produk mereka tidak akan mampu bertahan dalam menghadapi keadaan pasar yang tidak menentu, sehingga akan berdampak pada kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji secara mendalam tentang industri beton pada PT Varia Usaha Beton tersebut dan pengaruhnya terhadap peramalan yang dilakukan untuk membentuk strategi produksi dalam menentukan target produksi.
Pada PT Varia Usaha Beton juga dituntut melakukan kegiatan produksi dengan benar untuk menghadapi persaingan dan menjaga eksistensi perusahaan dalam menghadapi keadaan pasar yang tidak menentu. Dalam menyikapi hal ini PT Varia Uasaha Beton menggunakan metode peramalan penjualan dalam melaksanakan kegiatan produksi yaitu dalam menentukan target produksi yang akan diambil.
(13)
Dalam kegiatan penentuan target produksi dibutuhkan perencanaan yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan seperti halnya dengan menggunakan metode perhitungan peramalan penjualan yang di dasarkan pada data penjualan sebelumnya. Disamping ada keinginan perusahaan dalam menentukan target produksi sesuai dengan keinginannya agar mendapatkan laba yang sebesar – besarnya yang kurang bisa dipertanggung jawabkan mengingat penjualan produk jadi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kekuatan penjualan, harga, iklan, cakupan daerah pemasaran dan lain sebagainya.
Dengan demikian atas uraian diatas penulis tertarik mengadakan penelitian tentang Efisiensi peramalan penjualan sebagai dasar perencanaan produksi
(Studi komparasi antara metode dekomposisi dengan metode peramalan perusahaan).
Perencanaan produksi merupakan titik awal dalam kegiatan peramalan permintaan produksi yang didasarkan dari data produksi waktu sebelumnya demi untuk memperoleh satu jangka waktu perencanaan.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
Apakah terdapat perbedaan efisiensi peramalan penjualan dengan menggunakan metode dekomposisi dengan metode peramalan perusahaan sebagai dasar perencanaan produksi.
(14)
1.3 Tujuan penelitian
Untuk mengetahui tingkat efisiensi peramalan penjualan antra metode perusahaan dan metode dekomposisi pada PT Varia Usaha Beton.
1.4Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang peramalan penjualan dan pelaksanaannya dalam menentukan target produksi
b. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi perusahaan agar dapat digunakan dalam usaha memajukan perusahaan dengan meningkatkan produktifitas perusahaan serta pengendaliannya dalam bidang produksi
c. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti yang lain yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut, yang berkaitan dengan masalah ini.
(15)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 landasan teori
2.1.1 Manajemen Produksi
2.1.1.1 Pengertian Manajemen Produksi
Telah banyak dikatakan bahwa tujuan umum perusahaan adalah membuat produk atau jasa dengan biaya yang serendah-rendahnya, menjual dengan harga wajar. Kegiatan-kegiatan manajemen produksi dan operasi tidak hanya menyangkut pemprosesan atau manufacturing berbagai barang saja, akan tetapi dalam kenyataannya berkembang pula perusahaan - perusahaan lain yaitu dibidang jasa. Usaha-usaha tersebut adalah asuransi, transportasi, bisnis perbankan dan sebagainya yang bergerak di bidang jasa.
Manajemen produksi menurut Ahyari (2000 : 11) merupakan proses kegiatan untuk mengadakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasiaan serta pengawasan dari produksi dan proses produksi. Sehubungan dengan hal tersebut maka semua kegiatan dan semua aktifitas didalam proses produksi harus disertai dengan proses manajemen.
Manajemen produksi menurut Assauri (2004: 12) adalah kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya alat dan sumber daya dana serta bahan secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Dengan pengertian ini, maka dalam istilah manajemen tercakup semua kegiatan atau aktifitas yang menghasilkan
(16)
barang atau jasa, serta kegiatan-kegiatan yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut.
Sedangkan menurut Handoko (2000: 3), manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan faktor-faktor produksi dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk dan jasa.
2.1.1.2 Fungsi Dasar Manajemen Produksi
Umumnya sistem produksi dikelola sebagai perpaduan antara fungsi-fungsi lini dan staf. Fungsi operatif lini sering disebut organisasi garis yaitu secara langsung berhubungan dengan sasaran utama organisasi, sedangkan fungsi staf memberikan pelayanan kepada fungsi-fungsi operatif diatas dengan cara memberikan nasehat mengembangkan rencana, kordinasi atau melaksanakan tugas–tugas khusus lainnya. Seorang staf tidak dapat memberikan perintah fungsi lini untuk melaksanakan tugas-tugas spesifik.
Menurut Komarudin (2001: 22) dipandang dari sudut lain fungsi dasar manajemen produksi itu dapat dikelompokkan menjadi :
a. Fungsi perencanaan produksi, yaitu perencanaan produksi merupakan proses penjabaran rencana perusahaan kedalam rencana pelaksanaan melalui teknik-teknik seperti peramalan, penjadwalan induk, perencanaan bentuk dan kualitas produk akhir.
b. Fungsi perencanaan proses produksi, yaitu berhubungan dengan kegiatan untuk menetapkan metode yang terefektif dan efisien untuk
(17)
mengkombinasikan dan mengintegrasikan serta mengsinkronisasikan sumber-sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan produk akhir yang telah lebih dulu ditetapkan dalam perencanaan produksi diatas.
c. Fungsi pengawasan produksi, yaitu teknik-teknik untuk mengorganisasi dan konseptualisasi informasi mengenai rencana dan status pelaksanaan untuk mencapai sasaran. Fungsi ini merupakan kegiatan dalam manajemen produksi untuk menentukan target pelaksanaan sesuai dengan rencana produksi.
d. Fungsi pengawasan biaya, yaitu atas biaya produk merupakan sebagian dari fungsi akunting modern yang meneliti biaya-biaya untuk bahan mentah, bahan penolong, tenaga personalia, bunga modal, dan biaya-biaya lainnya yang dipergunakan untuk menghasilkan produk yang menjadi sasaran manajemen produksi.
e. Fungsi persediaan, yaitu aktivitas persediaan bahan-bahan yang diperlukan dengan jumlah, kualitas, waktu dan tempat yang tepat.
f. Fungsi kelengkapan, yaitu merupakan fungsi dasar manajemen produksi yang terakhir ini bertujuan agar proses produksi dapat terlaksana dengan baik dan dengan biaya perlengkapan yang serendah dan serasional mungkin.
2.1.1.3 Tujuan Manajemen Produksi
Menurut Sukanto, Indriyo (2000: 2) adalah memproduksi atau mengatur produksi barang dan jasa dalam jumlah kualitas harga, waktu serta tempat tertentu sesuai dengan kebutuhan konsumen.
(18)
Sedangkan menurut Assauri (2004: 23) adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan menggunakan peralatan, sehinggga masukan atau input dapat diolah menjadi pengeluaran yang berupa barang atau jasa, yang akhirnya dapat dijual kepada para konsumen untuk memungkinkan perusahaan dapat memperoleh keuntungan.
Dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan manajemen produksi ialah memproduksi atau mengatur barang dan jasa dalam jumlah kualitas, harga, waktu serta dampak yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
2.1.1.4 Ruang Lingkup Manajemen Produksi
Menurut Assauri (2004: 17), manajemen produksi merupakan kegiatan yang mencakup bidang yang cukup luas, dimulai dari penganalisaan dan penetapan keputusan saat sebelum dimulainya kegiatan produksi, yang umumnya bersifat keputusan jangka panjang, serta keputusan pada waktu penyiapan dan melaksanakan kegiatan produksi dan pengoperasian yang umummya bersifat keputusan jangka pendek. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen produksi meliputi kegiatan penyiapan sistem produksi, dan kegiatan pengoperasian sistem produksi.
Seperti yang diuraikan di atas, maka ruang lingkup manajemen produksi mencakup perencanaan atau penyiapan sistem produksi, sertapengoperasian dari sistem produksi. Pembahasan dalam perancangan meliputi :
(19)
Kegiatan produksi harus dapat menghasilkan produk, berupa barang atau jasa secara efektif dan efisien yang mempunyai mutu dan kualitas yang baik. Oleh karena itu, setiap kegiatan produksi harus dimulai dari penyeleksian dan perancangan yang akan dihasilkan. Kegiatan ini harus dimulai dengan kegiatan-kegiatan riset dan pengembangan produk, maka seleksi dan diputuskan produk apa yang akan dihasilkan dan desain produk itu, untuk penyeleksian dan perancangan produk, standarisasi, simplifikasi dan spesialisasi. Akhirnya dalam pembahasan ini perlu dikaji hubungan timbal balik yang erat antara seleksi produk dan rancangan dengan kapasitas produksi dan operasi.
2. Seleksi dan Perancangan Proses dan Peralatan
Setelah proses desain, maka kegiatan yang harus dilakukan untuk merealisasikan usaha untuk menghasilkan dan menetukan jenis proses yang akan dipergunakan serta peralatannya. Dalam hal ini kegiatan harus dimulai dari penyeleksian dan pemilihan akan jenis proses yang akan dipergunakan, yang tidak terlepas dari produk yang dihasilkan. Kegiatan selanjutnya adalah menetukan teknologi dan peralatan yang akan dipilih dalam pelaksanaan kegiatan produksi tersebut, penyeleksian dan menentukan peralatan yang dipilih tidak hanya mencakup mesin dan peralatan tapi juga mencakup bangunan dan lingkungan kerja.
3. Pemilihan Lokasi Perusahaan dan Unit Produksi
Kelancaran produksi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kelancaran mendapatkan sumber-sumber bahan dan masukan, serta ditentukan oleh
(20)
kelancaran dan biaya penyampaian atau supply product yang akan dihasilkan berupa barang jadi atau jasa ke pasar. Oleh karena itu, untuk menjamin kelancaran maka sangat penting peranan dari pemilihan lokasi atau site tersebut. Perlu diperhatikan faktor jarak, kelancaran dan biaya pengangkutan dari sumber-sumber bahan dan pemasukan, serta biaya pengangkutan dari barang jadi ke pasar.
4. Rancangan tata Letak (Lay- out) dan Arus Kerja atau Proses
Kelancaran proses produksi ditentukan pula oleh salah satu faktor yang terpenting dalam perusahaan atau unit produksi, yaitu rancangan tata letak atau arus kerja atau proses. Rancangan tata letak harus dipertimbangkan sebagai faktor antara lain adalah kelancaran arus kerja, optimalisasi dari waktu pergerakan dalam proses, kemungkinan kerusakan yang terjadi karena pergerakan dalam proses akan meminimalisasikan biaya yang timbul dari pergerakan tersebut.
Macam-macam Lay-out :
a. Lay-out by product (line lay-out)
Lay-out ini adalah yang terbaik bagi proses produksi yang terus menerus dan besar-besaran. Dalam penyusunan ini mesin-mesin ditempatkan menurut urutan yang dikehendaki oleh proses produksi, yaitu urutan yang merupakan suatu garis.
Keuntungan lay-out ini adalah :
- Sedikit menggunakan alat-alat pengakut, dan ruangan tempat bekerja dapat dihemat.
(21)
- Boleh dikatakan tidak ada barang yang dikembalikan kepada proses sebelumnya.
- Besar kemungkinan akan dapat menghilangkan bottle neck bila benar-benar diatur.
- Dapat mempersingkat waktu pembuatan barang. - Memudahkan pengawasan produksi.
- Tidak banyak diperlukan persediaan barang-barang yang sedang dikerjakan.
Keburukan dari lay-out ini :
- Berkurangnya flesibilitas, sedangkan sesuatu perubahan didalam barang yang dibuat dapat menimbulkan keharusan untuk menyusun kembali semua lay-out yang sudah dibuat.
- Memperbesar investasi untuk mesin-mesinnya.
- Sukar untuk menambah kapasitas produksi dari susunan mesin yang sudah ada.
b. Lay-out by process (department lay-out)
Lay-out ini digunakan dalam job-lot manufacture, dimana aliran materialnya terputus-putus dan mesin-mesinnya disusun menurut grup atau departemen. Keuntungan dari lay-out ini :
- Cukup flexibel, karena dapat menampung bermacam-macam produk dan fluktuasi permintaan.
- Kemungkinan penggunaan mesin-mesin secara maksimum. - Pekerja-pekerja dapat pula dipergunakan keahlihannya.
(22)
- Pengawasan oleh orang-orang yang mempunyai keahlihan khusus. Keburukannya :
- Lebih banyak makan ruangan.
- Barang-barang yang sedang dikerjakan bertumpuk-tumpuk sehingga terjadi kelambatan dalam proses produksi.
- Lebih sulit untuk mengadakan pengawasan produksi. - Banyak pekerjaan yang kembali pada proses sebelumnya. c. Lay-out Stationary
Lay-out ini digunakan untuk produksi bagian atau assembly besar.
Keuntungannya :
- Mempekerjakan seseorang atau beberapa orang pekerja saja sejak permulaan sampai selesai.
- Memberikan flexibilitas yang aksimum bagi semua perubahan produk dan proses, dan adanya kesempatan untuk mengerjakan berbagai macam produk dengan lay-out yang sama.
Kerugiannya :
- Karena cara ini didasarkan atas material yang tidak bergerak maka dengan cara ini akan dialami kesulitan dalam pemakaian mesin-mesin yang tepat serta penggunaan kecakapan pegawai yang khusus.
- Efisiensi yang rendah. 5. Rancangan Tugas Pekerjaan
Rancangan tugas dan pekerjaan merupakan bagian integral dari rancangan sistem. Dalam pelaksanaan fungsi produksi, maka organisasi kerja harus
(23)
disusun, karena organisasi kerja sebagai dasar pelaksanaan tugas pekerjaan, merupakan alat atau wadah kegiatan yang hendaknya dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan atau unit produksi tersebut. Rancangan tugas pekerjaan harus membentuk satu kesatuan dari human engineering, dalam rangka untuk menghasilkan rancangan kerja yang optimal.
6. Strategi Produksi Serta Pemilihan Kapasitas
Rancangan sistem produksi harus disusun dengan landasan strategi produk. Dalam strategi produksi harus terdapat pernyataan tentang maksud dan tujuan dari produksi, serta misi dan kebijakan-kebijakan dasar untuk lima bidang yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan mutu atau kualitas. Semua hal tersebut merupakan landasan bagi penyusunan strategi produksi. Berdasarkan strategi produksi, maka ditentukanlah pemilihan kapasitas yang akan dijalankan dalam bidang produksi.
2.1.2 Proses Produksi
2.1.2.1Pengertian Proses Produksi
Menurut Assauri (2004: 75), proses adalah cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil.
Jadi yang dimaksud proses produksi menurut Ahyari (2001 : 97) adalah suatu cara, metode maupun teknik bagaimana penambahan manfaat atau penciptaan faedah baru, dilaksanakan dengan perusahaan.
(24)
Dapat disimpulkan produksi seperti itu diketahui adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Jadi proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dan dana).
2.1.2.2 Faktor – Faktor Yang Dipertimbangkan dalam Proses Produksi
Menurut Handoko (2000: 128). Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proses produksi untuk mencapai volume produksi adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan Modal
Modal adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan volume produksi. Besar kecilnya usaha sangat tergantung pada modal yang tersedia, dan modal yang disediakan untuk menyediakan berbagai persediaan.
2. Kondisi Pasar atau Permintaan Pasar
Meskipun modal banyak dan bahan baku tersedia, tenaga kerja dan kapasitas mesin mencukupi, tetapi bila permintaan akan produk yang dihasilkan tidak diterima oleh pasar, maka produk yang dihasilkan akan menumpuk, sehingga proses produksi tidak akan berjalan secara lancar.
3. Tersedianya Bahan Baku
Bahan baku adalah merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan, tanpa bahan baku proses produksi tidak akan berjalan. Dengan demikian
(25)
ketersediaan bahan baku yang terbatas akan menghambat jalannya proses produksi.
4. Tenaga Kerja
Di dalam proses produksi, tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting terutama pada perusahaan yang menggunkan mesin yang secara manual.
5. Kapasitas Mesin atau Teknologi yang Dimiliki
Perusahaan yang bergerak di bidang produksi tentunya harus mempertimbangkan teknologi dalam kemampuan proses produksi, karena suatu perusahaan tidak dapat memproduksi produk yang melebihi kemampuan kapasitas mesin yang dimiliki, karena akan sangat berdampak buruk bagi mesin itu sendiri.
2.1.2.3 Jenis – Jenis Proses Produksi
Jenis-jenis proses produksi menurut Assauri (2004: 75) dapat dibedakan atas dua jenis yaitu :
1. Proses Produksi yang Terus-menerus (Continous Process)
Pada proses produksi terus-menerus ini terdapat waktu yang panjang tanpa adanya perubahan-perubahan dari pengaturan dan penggunaan mesin serta peralatannya. Adapun sifat atau ciri-ciri dan proses produksi yang terus-menerus yaitu :
a. Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah besar (produk massa) dengan variabel yang sangat kecil sudah distandarkan.
(26)
b. Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau penyusunan peralatan berdasarkan pekerjaan dan produk yang dihasilkan yang disebut produk lay out.
c. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi adalah mesin-mesin yang bersifat khusus untuk menghasilkan suatu produk.
d. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan biasanya agak otomatis maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan kecil sekali.
e. Apabila salah satu mesin atau peralatan terhenti atau rusak maka seluruh proses produksi akan terhenti.
f. Oleh karena mesin-mesin yang digunakan bersifat khusus dan variasi produksinya sedikit, maka tenaga kerjanya tidak banyak.
g. Persediaan bahan baku lebih rendah dari intermittent process.
h. Membutuhkan tenaga keahlian khusus yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup.
i. Pemindahan bahan-bahan menggunakan peralatan handling yang menggunakan tenaga mesin seperti ban berjalan.
2. Proses Produksi Terputus-putus (Intermittent Process)
Pada proses produksi terputus-putus ini terdapat waktu yang pendek dalam persiapan peralatan untuk perubahan yang cepat guna dapat menghadapi variasi produk yang berganti. Sifat-sifat atau ciri-ciri dari proses produksi yang terputus-putus yaitu :
(27)
a. Produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil dengan variasi yang berbeda dan berdasarkan atas pesanan.
b. Proses ini menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi atau peralatan yang sama dikelompokkan pada tempat yang sama.
c. Mesin yang digunakan dalam proses produksinya adalah mesin-mesin yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk menghasilkan beberapa macam produk dengan variasi yang hampir sama.
d. Karena mesin-mesin yang digunakan bersifat umum, maka diperlukan individual operator terhadap produk yang dihasilkan sangat besar sehingga diperlukan keahlian yang cukup untuk mengoperasikannya. e. Proses produksi tidak mudah terhenti walaupun terjadi kerusakan atau
terhentinya salah satu mesin peralatan.
f. Tingkat pengawasannya lebih tinggi karena variasi produk dan pekerjaan yang berbeda-beda.
g. Pemindahan bahan-bahan menggunakan peralatan handling yang dapat menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong.
h. Perlu adanya ruang gerak yang cukup besar karena dalam proses ini sering dilakukan pemindahan bahan.
2.1.2.4Unsur-unsur Kelancaran Proses Produksi
Kelancaran proses produksi merupakan salah satu tujuan yang sangat diharapkan perusahaan terutama pada perusahaan yang melakukan kegiatan
(28)
produksi. Suatu proses produksi dapat dikatakan lancar apabila proses produksi tersebut tidak mengalami hambatan dalam memproduksi suatu barang, sehingga dapat menghasilkan produk-produk yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang direncanakan serta hasil dari proses produksi dapat selesai pada waktunya.
Menurut Assauri (2004: 18) proses produksi dapat dikatakan lancar bila ditunjang oleh unsur-unsur proses produksi. Pengoperasian sistem produksi dan operasi tersebut mencakup :
1. Penyusunan rencana produksi dan operasi.
2. Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan. 3. Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) mesin dan peralatan. 4. Pengendalian mutu.
5. Manajemen tenaga kerja (sumber daya manusia).
Berikut ini merupakan uraian dari unsur-unsur kelancaran proses produksi di atas :
1. Penyusunan rencana produksi dan operasi.
Kegiatan pengoperasian sistem produksi dan operasi harus dimulai dengan penyusunan produksi dan operasi. Dalam rencana produksi dan operasi harus tercakup penetapan target produksi, sheduling, routing, dispatching
dan follow-up. Perencanaan kegiatan produksi dan operasi merupakan
kegiatan awal dalam pengoperasian sistem produksi dan operasi. 2. Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan.
Kelancaran kegiatan produksi dan operasi sangat ditentukan oleh kelancaran tersedianya bahan atau masukan yang dibutuhkan bagi produksi dan operasi
(29)
tersebut. Kelancaran tersedianya bahan atau masukan bagi produksi dan operasi ditentukan oleh baik tidaknya pengadaan bahan serta rencana dan pengendalian persediaan yang dilakukan.
3. Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) mesin dan peralatan.
Mesin dan peralatan digunakan dalam proses produksi dan operasi harus selalu terjamin tetap tersedia untuk dapat digunakan, sehingga dibutuhkan adanya kegiatan pemeliharaan atau perawatan. Dalam pembahasan pemeliharaan atau perawatan mesin dan peralatan ini akan dicakup tentang penting dan peranan dari kegiatan pemeliharaan atau perawatan, macam-macam kegiatan pemeliharaan dan perawatan, syarat-syarat bagi terlaksananya bagi kegiatan pemeliharaan atau perawatan yang efektif dan efisien, serta proses pelaksaan kegiatan pemeliharaan dan perawatan mesin atau peralatan.
4. Pengendalian mutu.
Terjaminnya hasil atau keluaran dari proses produksi dan operasi menentukan keberhasilan dari pengoperasian sistem produksi dan operasi. Dalam rangka ini maka perlu dipelajari kegiatan pengendalian mutu yang harus dilakukan agar keluaran dapat terjamin mutunya. Pembahasan yang tercakup dalam pengendalian mutu adalah maksud dan tujuan dari kegiatan pengendalian mutu, proses kegiatan perencanaan dan pengendalian mutu, peran pengendalian mutu, peran pengendalian proses dan produk dalam pengendalian mutu, teknik dan peralatan pengendalian mutu, serta pengendalian mutu secara statistik (Statistical Quality Control).
(30)
5. Manajemen tenaga kerja (sumber daya manusia).
Pelaksanaan pengoperasian sistem produksi dan operasi ditentukan oleh kemampuan dan ketrampilan para tenaga kerja atau sumber daya manusianya. Dalam pembahasan manajemen tenaga kerja atau sumber daya manusia akan mencakup pengelolaan tenaga kerja dalam produksi dan operasi, desain tugas dan pekerjaan, dan pengukuran kerja (work
measurement).
Jadi dengan adanya unsur-unsur kelancaran proses produksi diatas diharapkan dapat memenuhi kuantitas produk yang diperlukan pada waktu yang tepat sesuai rencana dengan total biaya minimum serta kualitas yang diminta oleh konsumen.
2.1.3 Perencanaan dan pengendalian produksi
Perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan
kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Perencanaan produksi yaitu aktivitas untuk menetapkan produk yang
diproduksi, jumlah yang dibutuhkan, kapan produk tersebut harus selesai dan sumber-sumber yang dibutuhkan.
Pengendalian produksi yaitu aktivitas yang menetapkan kemampuan sumber-sumber yang digunakan dalam memenuhi rencana, kemampuan produksi berjalan sesuai rencana, melakukan perbaikan rencana.
(31)
2.1.3.1 Tujuan dan fungsi perencanaan dan pengendalian produksi
A. Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi :
1. Mengusahakan agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien dan efektif.
2. Mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan modal seoptimal mungkin.
3. Mengusahakan agar pabrik dapat menguasai pasar yang luas. 4. Untuk dapat memperoleh keuntungan yang cukup bagi perusahaan.
B. Fungsi perencanaan dan pengendalian produksi :
1. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai fungsi dari waktu.
2. Memonitor permintaan yang aktual, membandingkannya dengan ramalan permintaan sebelumnya dan melakukan revisi atas ramalan tersebut jika terjadi penyimpangan.
3. Menetapkan ukuran pemesanan barang yang ekonomis atas bahan baku yang akan dibeli.
4. Menetapkan sistem persediaan yang ekonomis.
5. Menetapkan kebutuhan produksi dan tingkat persediaan pada saat tertentu. 6. Memonitor tingkat persediaan, membandingkannya dengan rencana
persediaan, dan melakukan revisi rencana produksi pada saat yang ditentukan.
(32)
7. Membuat jadwal produksi, penugasan, serta pembebanan mesin dan tenaga kerja yang terperinci.
2.1.3.2 Tingkatan perencanaan dan pengendalian produksi
1. Perencanaan jangka panjang
Kegiatan peramalan usaha, perencanaan jumlah produk dan penjualan, perencanaan produksi, perencanaan kebutuhan bahan, dan perencanaan finansial.
2. Perencanaan jangka menengah
Perencanaan kebutuhan kapasitas, perencanaan kebutuhan material, jadwal induk produksi, dan perencanaan kebutuhan distribusi.
3. Perencanaan jangka pendek
Kegiatan penjadwalan perakitan produk akhir, perencanaan dan pengendalian input-output, pengendalian kegiatan produksi, perencanaan dan pengendalian purchase, dan manajemen proyek.
2.1.3.3 Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi :
a. Peramalan kuantitas permintaan
b. Perencanaan pembelian/pengadaan: jenis, jumlah, dan waktu c. Perencanaan persediaan: jenis, jumlah, dan waktu
d. Perencanaan kapasitas: tenaga kerja, mesin, fasilitas e. Penjadwalan produksi dan tenaga kerja
(33)
f. Penjaminan kualitas
g. Monitoring aktivitas produksi h. Pengendalian produksi
i. Pelaporan dan pendataan
2.1.3.4 Klasifikasi Sistem Manufaktur
1. Klasifikasi berdasar tipe produksi a. Make to Stock (MTS)
b. Assemble to Order (ATO)
c. Make to Order (MTO)
d. Engineering to Order (ETO)
2. Klasifikasi berdasar volume produksi
a) Produksi massa
- Laju serta tingkat produksi pada produksi massa umumnya tinggi, - Permintaan terhadap produk yang dihasilkan tinggi,
- Peralatan umumnya mempunyai fungsi khusus,
- Keahlian tenaga kerja tidak terlalu tinggi sebagai akibat dari fungsi peralatan yang khusus.
b) Produksi batch
(34)
- Tujuan: untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk-produk yang diperlukan secara kontinu,
- Peralatan umumnya mempunyai fungsi umum tetapi dirancang untuk tingkat produksi yang tinggi.
c) Produksi job shop
- Tingkat produksi rendah,
- Peralatan mempunyai fungsi umum,
- Keahlian yang diperlukan tenaga kerja cukup tinggi, - Biasanya membuat berdasarkan pesanan.
3. Klasifikasi berdasarkan aliran produksi a. Fixed Site (Project)
b. Job Shop (Jumbled Flow)
c. Flow Shop
- Small-Batch Line Flow, mempunyai semua karakter flow shop, tetapi
tidak semua memproses produk yang sama secara terus menerus. Memproses beberapa produk dengan ukuran batch kecil, dengan kebutuhan setup per batch. Digunakan ketika biaya proses bisa
dipertimbangkan, permintaan part rendah, dan non-diskrit. Contohnya adalah farmasi.
- Large-Batch (Repetitive) Line Flow, memproduksi produk diskrit
(35)
- Continuous Line Flow merefer pada proses kontinu dari fluida, bedak,
logam, dan lain-lain. Biasa digunakan pada industri gula, minyak, dan logam lainnya.
4. Klasifikasi berdasar tata letak (lay out) a. Fixed position layout
b. Process layout
c. Product flow layout
2.1.4 Pengertian ramalan (forcasting)
Ramalan pada dasarnya merupakan dugaan atau perkiraan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa diwaktu yang akan datang. Ramalan bisa bersifat kualitatif, artinya tidak berbentuk angka dan peramalan juga bisa bersifat kuantitatif, artinya berbentuk angka.
Ramalan kuantitatif dapat berbentuk ramalan tunggal (point forcast) dan ramalan selang (interfal forcast). Ramalan tunggal terdiri dari satu nilai saja dan ramalan selang adalah ramalan berupa berupa suatu selang (interval) yang dibatasi oleh batas bawah (ramalan rendah) dan batas atas (ramalan tinggi).
Ramalan ada yang jangkah panjang (long term forcast), ada yang jangka menengah, ada yang jangka pendek. Makin jauh kedepan (makin lama) harus disadari makin besar kesalahan ramalan, karna makin besar unsure ketidakpastian. Maka ebaiknya dilakukan pembaharuan atau Up dating setiap kali ada data baru yang masuk.
(36)
Ramalan merupakan dugaan atau pikiran mengenai terjadinya kejadian atau peristiwa dari waktu yang akan datang. Forecasting adalah peramalan yang akan terjadi pada masa yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan dilakukan pada waktu yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. (Pangestu, 2001: 3).
2.1.4.1 Tujuan Peramalan
Peramalan dan rencana mempunyai hubungan yang cukup erat, karena rencana itu disusun berdasarkan ramalan yang dimungkinkan terjadi di masa mendatang. Dalam beberapa hal terutama dalam ilmu social ekonomi, sering terkait dengan sesuatu yang serba tidak pasti dan sukar untuk diperkirakan secara tepat, oleh karena itu dalam hal ini kita membutuhkan adanya forecast. Ramalan secara kuantitatif yang dilakukan pada umumnya didasarkan pada data-data masa lampau yang tersedia kemudian dianalisis dengan menggunakan cara-cara tertentu. Dalam membuat ramalan diupayakan untuk dapat meminimumkan pengaruh ketidakpastian tersebut, dengan kata lain forecast bertujuan mendapatkan ramalan (forecast) yang bisa meminimumkan kesalahan meramal (forecast error) yang biasanya diukur dengan Mean Square Error (MSE). Mean
Absolute Error (MAE) dan sebagainya. (Pangestu, 2001: 1)
2.1.4.2 Jenis – jenis metode peramalan
Peramalan dapat dibebankan atas peramalan kualitatif dan peramalan kuantitatif. Disini hanya akan dibahas metode peramalan yang digunakan untuk
(37)
memperkiarakan sesuatu yang akan terjadi di masa depan secara kuantitatif. Pada dasarnya metode peramalan kuantitatif dapat dibedakan atas :
1. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisis suatu variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu. Biasa disebut metode hubungan deret waktu. Data yang digunakan adalah data deret waktu (time series)
2. Metode peramalan yang didasarkan atas pengunaan analisis pola hubungan antara variabel yang akan di perkirakan dengan variabel atau variabel – variabel lain yang mempengaruhinya (yang bukan waktu). Metode ini sering disebut metode korelasi atau hubungan sebab akibat (causal method). Data yang digunakan dapat berupa data time series maupun data cross section.
2.1.4.3 Gerakan dalam taime series
Metode trend digunakan untuk meramal keadaan di masa yang akan datang. Jadi data yang digunakan adalah yang berupa deret waktu (data time series). Time series adalah susun data menurut waktu terjadinya.
Data time series sebenarnya data yang mengandung minimal satu diantara 4 gerakan berikut :
1. Gerakan sekuler (gerakan jangka panjang = gerakan trend)
Gerakan trend merupakan gerakan jangka panjang, yaitu suatu gerakan yang menunjukkan arah perkembangan secara umum (kecenderungan menaik atau menurun)
(38)
2. Gerakan musim (seasonal movement)
Gerakan musim adalah gerakan yang hampir teratur dalam jangka waktu 1 tahun, yang umumnya disebabkan karena perubahan musim
3. Gerakan siklis (Cyclical movement)
Gerakan siklis adalah gerakan naik turun yang menunjukkan keadaan prosperitas, resesi, depresi, recovery.
4. Gerakan tidak teratur
Adalah gerakan yang terjadi akibat gangguan luar biasa seperti perang, gempa bumi, banjir, pemogokan da sebagainya.
2.1.4.4 Metode peramalan
Metode peramalan dapat terdiri dari : 1) Metode hubungan deret waktu
a. Metode pertimbangan
b. Metode kecenderungan (trend method) c. Metode penghalusan (smooting method) 2) Metod hubungan sebabakibat
a. Metode regresi b. Metode ekonometrika 3) Metode Dekomposisi
Dalam melakukan forecasting cukup banyak metode yang dapat digunakan, salah satu metode yang digunakan yaitu metode dekomposisi.
(39)
Dekomposisi adalah metode pemecahan data menjadi sub pola yang menunjukkan tiap-tiap komponen deret berkala secara terpisah.
Masing-masing pola perubahan akan dipelajari dan dicari satu persatu, setelah ditemukan akan digabungkan lagi menjadi nilai, taksiran ataupun ramalan. Penggabungnya ada yang dengan menambahkan dan ada yang mengalikan. Dalam hal ini cara yang digunakan untuk menggabungkannya yaitu dengan mengalikannya.
Komponen-komponen perubahan dalam Metode Dekomposisi adalah sebagai berikut :
a. Trend
Trend (Secular Trend) adalah rata-rata dalam jangka panjang. Metode trend linier least squares, trend parabolik dan trend eksponensial
adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk membuat trend. Gerakan trend jangka panjang menunjukkan arah perkembangan secara umum yaitu kecenderungan data, apakah naik atau turun.
b. Gelombang atau fluktuasi musim
Gelombang musim adalah gelombang pasang surut yang berulangulang kembali dalam waktu tidak lebih dari satu tahun.
c. Variasi siklis
Variasi siklis adalah perubahan atau gelombang pasang surut suatu hal yang berulang kembali dalam waktu lebih dari satu tahun.
(40)
Variasi random adalah gelombang pasang surutnya seuatu hal yang biasanya terjadi secara kebetulan dan sukar diperkirakan, biasanya terjadi secara kebetulan dan sukar diramalkan.
Peramalan dengan Metode Dekomposisi dilakukan dengan menggabungkan keempat komponen, yaitu trend dan indeks musim, seharusnya dengan indeks siklis dan perubahan-perubahan tetapi gerak siklis sukar diperkirakan polanya karena faktor yang mempengaruh banyak sekali, demikian juga dengan gerak random. Oleh 19 karena itu peramalan hanya akan menggunakan trend (T) dan gerak musim (M) saja, dan dapat dibuat dengan rumus: F = ( T x M )/100. (Pangestu, 2001: 61).
2.2 Kerangka berfikir
Gambar 1 : Kerangka berfikir
Peramalan metode perusahaan
Peramalan metode dekomposisi
Efisiensi perencanaan produksi Perencanaan
(41)
Kerangka berfikir di atas menjelaskan bahwa dalam perencanaan produksi perusahaan harus dilaksanakan dengan efisien sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai oleh karena itu peneliti membandingkan metode peramalan penjualan perusahaan dengan metode peramalan penjualan dekomposisi sebagai dasar perencanaan produksi perusahaan.
2.3Hipotesis
Berdasarkan uraian dan gambar yang ada di kerangka berfikir, hipotesis penelitian ini sebagai berikut
Terdapat perbedaan efisiensi peramalan penjualan dengan menggunakan metode dekomposisi dengan metode peramalan perusahaan sebagai dasar perencanaan produksi.
(42)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam rangka memperoleh dan mengumpulkan bahan-bahan keterangan yang mempunyai kegunaan mengelola sampai dengan pemberian kesimpulan dalam laporan skripsi ini, maka pada hakekatnya diperlukan penelitian. Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data guna memadukan kebenaran yang hendak diselidiki.
Variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah data penjualan tahun sebelumnya, hasil peramalan penjualan dan rencana kegiatan produksi yang terbaru. Definisi operasional variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Data rencan penjualan
Data penjualan yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan peramalan penjualan adalah data penjualan tahun sebelumnya yaitu dimulai dari tahun 2004 – 2009 dengan satuan per meter kubik ( 3).
m
b. Data peramalan penjualan
Data peramalan yang telah di hitung dengan menggunakan metode dekomposisi.
c. Data rencana produksi
Data rencana produksi yaitu dari tahun 2004 - 2009 dengan satuan per meter kubik (m3).
(43)
d. Data realisasi penjualan
Data realisasi penjualan yaitu dari tahun 2004 – 2009 dengan satuan per meter kubik (m3).
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel a) Populasi
Menurut Sugiyono (2005 : 72) populasi adalah wilayah yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah data penjualan mulai dari tahun 2004 – 2009 dengan satuan per meter kubik ( 3).
m b) Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Menurut Sugiyono (2005 : 73) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang di ambil dari populasi. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purpusive.
(44)
Penulis menentukan bahwa besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode sampling purpusive, yaitu memilih data penjualan karena dianggap berdasarkan penilaian tertentu - mewakili statistik, tingkat signifikansi, dan prosedur pengujian hipotesis oleh sebab itu mengambil sampel data penjualan mulai dari tahun 2004 -2009.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data pada peneitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan atau diperoleh secara langsung dari perusahaan. Data yang akan digunakan adalah data penjualan perusahaan dari tahun 2004 – 2009 dengan satuan per meter kubik ( 3).
m
3.4 Teknik Analisis data dan pengujian hipotesis 3.4.1 Metode Dekomposisi
Dalam melakukan forecasting cukup banyak metode yang dapat
digunakan, salah satu metode yang digunakan yaitu metode dekomposisi. Dekomposisi adalah metode pemecahan data menjadi sub pola yang menunjukkan tiap-tiap komponen deret berkala secara terpisah.
Masing-masing pola perubahan akan dipelajari dan dicari satu persatu, setelah ditemukan akan digabungkan lagi menjadi nilai, taksiran ataupun ramalan. Penggabungnya ada yang dengan menambahkan dan ada yang mengalikan. Dalam
(45)
hal ini cara yang digunakan untuk menggabungkannya yaitu dengan mengalikannya. (Pangestu, 2001: 31).
Komponen-komponen perubahan dalam Metode Dekomposisi adalah sebagai berikut :
1. Metode Trend
Trend (Secular Trend) adalah rata-rata dalam jangka panjang. Metode
trend linier least squares, trend parabolik dan trend eksponensial adalah beberapa
metode yang dapat digunakan untuk membuat trend. Gerakan trend jangka panjang menunjukkan arah perkembangan secara umum yaitu kecenderungan data, apakah naik atau turun. (Pangestu, 2001: 32).
Pada tugas akhir ini digunakan metode trend linier least squares, karena persamaan yang diperoleh mengakibatkan jumlah kesalahan forecast kuadrat paling kecil dibandingkan dengan persamaan yang dihasilkan oleh metode lain.
a. Mencari persamaan trend
Pada metode ini tahun dasar yang berada di tengah, persamaan trend metode linier least squares adalah sebagai berikut.
Yˆ = a + bX
Dimana 1
n
i Yi a
n
=
=
∑
dan 12 1 n
i n
i XiYi b
Xi
=
=
=
∑
∑
Keterangan:
Yˆ = nilai trend
(46)
b = slope atau koefisien kecondongan garis trend X = mewakili waktu
Y = data berkala (Pangestu, 2001:32)
b. Merubah bentuk persamaan trend
“Y” pada persamaan trend yang telah ditentukan dapat menyatakan pengunjung setiap bulanan. Persamaan tersebut dapat diubah dengan cara sebagai berikut.
1) Memindah origin
Tahun yang merupakan origin dapat dipindah, di dalam memindah origin, yang diganti hanya konstannya saja, dan nilai a yang baru sebesar nilai trend pada tahun yang menjadi origin baru.
2) Trend rata-rata
Dari persamaan trend tahunan yang telah diperoleh dapat diubah menjadi
persamaan trend rata-rata tiap bulan, yaitu dengan membagi a dengan 12 dan b dengan 12 didapatkan nilai trend (Y) yang merupakan trend rata-rata. jika akan dijadikan trend rata-rata tiap kuartal maka a dibagi 4 dan b dibagi 4. Jika disubstitusikan nilai X pada tahun yang bersangkutan akan didapatkan nilai trend (Y) yang merupakan trend rata-rata.
3) Persamaan trend bulanan dan kuartalan
Trend kuartalan adalah trend yang menunjukkan perubahan dari kuartal ke
kuartal. Jika persamaan trend tahunan dengan satuan x satu tahun akan diubah menjadi trend kuartalan, maka a di bagi 12 dan b dibagi 144 . Kalau dari
(47)
persamaan trend tahunan yang satuan X-nya setengah tahun dan akan dirubah menjadi trend bulanan a dibagi 12 dan b dibagi ( )/2, sedang kalau akan di ubah menjadi trend kuartalan a dibagi 4 dan b dibagi( )/2. (Pangestu, 2001: 38).
2
12
2
4
2. Gelombang atau fluktuasi musim
Gelombang musim adalah gelombang pasang surut yang berulang - ulang kembali dalam waktu tidak lebih dari satu tahun. (Pangestu, 2001: 51)
Dalam forecasting biasanya gelombang musim ini dinyatakan dalam
bentuk indeks musim untuk menghitung indeks musim dapat digunakan beberapa metode antara lain sebagai berikut.
A. Metode rata-rata sederhana
Dalam metode ini, dihitung berdasarkan rata-rata tiap periode musim setelah dibebaskan dari pengaruh trend. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut.
1) Data tiap kuartal (sesuai kebutuhan) disusun untuk masingmasing tahun. Kuartalan disusun menurut kolom dan tahun disusun menurut baris.
2) Cari rata-rata kuartalan pada tahun tersebut.
3) Pengaruh trend ini harus dihilangkan dengan menguranginya dengan b pada persamaan trend kuartalan secara komulatif, karena rata-rata tersebut masih mengandung unsur kenaikan (trend).
4) Cari rata-rata dan jumlahnya dibagi dengan 4.
5) Nyatakan angka-angka tersebut dengan persentase dari rata - ratanya, dan didapat nilai indeks musimnya.
(48)
B. Metode persentase terhadap trend
Indeks musim dicari, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Carilah nilai trend pada setiap periode.
2) Carilah persentase nilai real terhadap nilai trend.
3) Cari median tiap kuartal dengan tidak memandang kapan terjadinya. 4) Hitung rata-rata median-median tersebut.
5) Hitung Indeks musim dengan cara membagi median rata-rata lalu dikalikan 100.
C. Metode rata-rata terhadap rata-rata bergerak
Indeks musimnya dapat dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Susunlah data historis ke dalam tabel yang terdiri dari tujuh kolom. Pada
kolom pertama menyatakan tahun, kedua periode musim, dan ketiga berisi data yang sudah ada.
2) Hitung jumlah bergerak selama satu tahunnya (4 kuartal), lalu letakkan pada pertengahan data pada kolom 4.
3) Hitung jumlah bergerk dua periode dari jumlah bergerak kolom 4, letakkan pada kolom kedua periode pada kolom 5.
4) Hitung rata-rata bergerak dengan membagi angka pada kolom 5 dengan 8, letakkan hasilnya pada kolom 6.
5) Hitug persentase yaitu dengan cara data asli dibagi dengan ratarata bergerak lalu dikalikan 100, hasilnya diletakkan pada kolom 7.
6) Dibuat tabel baru untuk persentase data asli dari jumlah rata-rata bergerak disusun meurut kuartal dan tahunnya.
(49)
7) Hitung persentase data asli dari rata-rata bergerak tersebut dibagi menurut tahun dan periode musiman yang dikehendaki.
8) Lihat semua persentae kuartal 1, dengan tidak memperhatikan tahun terjadinya untuk mencari mediannya, hasilnya letakkan di tabel baru kolom median kuartalnya.
9) Indeks musim dapat dihitung dengan median dibagi dengan ratarata median dikalikan 100, untuk tiap kuartal. (Pangestu, 2001: 51).
3. Variasi siklis
Variasi siklis adalah perubahan atau gelombang pasang surut suatu hal yang berulang kembali dalam waktu lebih dari satu tahun. Adapun langkah-langkah utuk memperolehnya adalah sebagai berikut.
a) Susunlah data tiap kuartal ke bawah.
b) Cari nilai trend tiap kuartal dengan mendistribusikan nilai-nilai X sesuai dengan kuartal dan tahun yang bersangkutan.
c) Cantumkan indeks musimnya pada kolom 3.
d) Kalikan trend dengan indeks musim (dalam %), hasilnya disebut normal, seperti pada kolom 4.
e) Kolom 5 diperoleh dari data (pada kolom 1) dibagi dengan indeks musim
dikalikan 100. Ini menunjukkan perubahan siklis dan perubahan random. ( T x M x S x R ) / ( T x M ) = S x R.
f) Untuk menghilangkan pengaruh perubahan random, cari jumlah tertimbang bergerak weighted moving total dan variasi siklis dan random (pada kolom 5).
(50)
g) Hitung rata-rata bergerak tertimbang yaitu dengan cara angka-angka pada jumlah bergerak tertimbang ( pada kolom 6 ) dibagi dengan jumlah rata-rata tertimbangnya (1 + 2 + 1 = 4 ). Hasilnya merupakan rata-rata tertimbang bergerak seperti pada kolom 7. (Pangestu, 2001: 58)
4. Variasi random
Variasi random adalah gelombang pasang surutnya seuatu hal yang biasanya terjadi secara kebetulan dan sukar diperkirakan, biasanya terjadi secara kebetulan dan sukar diramalkan ( Pangestu, 2001: 61).
3.4.2 Pengujian Hipotesis
A. Uji beda metode peramalan perusahaan dengan realisasi penjualan.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode uji t untuk uji beda dengan rumus :
1 2
2 2
1 1 2 2
1 2 1 2
( 1) ( 1) 1 1
2
x x t
n S n S
n n n n
− =
− + − +
+ −
(samsubar saleh, 2001 : 232) Dimana :
1
x : Rata – rata dari peramalan penjualan dengan menggunakan metode perusahaan.
2
x : Rata – rata dari realisasi penjualan.
2 1
(51)
2 2
s : Besar varian sampel x 2 2 2 2 1 i i i i i x x n s n ⎡ ⎤ − ⎢ ⎥ ⎣ ⎦ = −
∑
∑
n : Banyaknya sampel 1. Hipotesis statistic :
H0 : x1 =x2(peramalan penjualan dengan menggunakan metode perusahaan sama dengan realisasi penjualan.
H1 :x1 ≠ x2(peramalan penjualan dengan menggunakan metode perusahaan tidak sama dengan raelisasi penjualan )
1
x : (peramalan penjualan dengan metode perusahaan)
2
x : (realisasi penjualan)
2. Nilai kritis t : 1
2α ±
α =0, 05
df = + −n1 n2 2
n = jumlah sampel 3. Keputusan menerima atau menolak Ho :
a. Bila , maka Ho diterima. Artinya tidak ada
perbedaan dalam menggunakan metode peramalan penjualan perusahaan dengan realisasi penjualan.
(52)
b. Bila thitung < −
( )
ttabelatau thitung >ttabel, maka H1 diterima, artinyaterdapat perbedaan peramalan penjualan dengan metode perusahaan dengan realisasi penjualan.
B. Uji beda peramalan metode dekomposisi dengan realisasi penjualan.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode uji t untuk uji beda dengan rumus :
1 2
2 2
1 1 2 2
1 2 1 2
( 1) ( 1) 1 1
2
x x t
n S n S
n n n n
− =
− + − +
+ −
(samsubar saleh, 2001 : 232) Dimana :
1
x : Rata – rata dari peramalan penjualan dengan menggunakan metode dekomposisi.
2
x : Rata – rata dari realisasi penjualan.
2 1
s : Besar varian sampel untuk x 1 2
2
s : Besar varian sampel x 2 2 2 2 1 i i i i i x x n s n ⎡ ⎤ − ⎢ ⎥ ⎣ ⎦ = −
∑
∑
n : Banyaknya sampel 4. Hipotesis statistic :
H0 : x1 =x2(peramalan penjualan dengan menggunakan metode dekomposisi sama dengan realisasi penjualan.
(53)
H1 :x1 ≠ x2(peramalan penjualan dengan menggunakan metode dekomposisi tidak sama dengan realisasi penjualan.
1
x : (peramalan penjualan dengan metode perusahaan)
2
x : (realisasi penjualan)
5. Nilai kritis t : 1
2α ±
α =0, 05
df = + −n1 n2 2 n = jumlah sampel 6. Keputusan menerima atau menolak Ho :
c. Bila , maka Ho diterima. Artinya tidak ada
perbedaan dalam menggunakan metode peramalan penjualan perusahaan dengan realisasi penjualan.
( )
− ttabel <thitung <ttabeld. Bila thitung < −
( )
ttabelatau thitung >ttabel, maka H1 diterima, artinyaterdapat perbedaan peramalan penjualan dengan metode perusahaan dengan realisasi penjualan.
(54)
5.1. Kesimpulan.
1. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara ramalan penjualan metode yang digunakan perusahaan dengan metode dekomposisi. Hal ini terllihat dari nilai koefisien korelasi yaitu sebesar 0,874 dengan signifikansi 0,000.
2. Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara ramalan penjualan metode yang digunakan perusahaan dengan metode dekomposisi. Ini diketahui dari nilai t hitung = 2,687 lebih besar dari t tabel = 2,001.
3. Terdapat perbedaan signifikan antar metode peramalan yang digunakan oleh perusahaan dengan realisasi penjualan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung sebesar 4,384 dengan signifikansi 0,000, dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel sebesar 2,001.
4. Tidak terdapat perbedaan signifikan antar metode peramalan dengan metode dekomposisi dengan realisasi penjualan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t hitung sebesar 0,914 dengan signifikansi 0,364, dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai t tabel sebesar 2,001.
5.2. Saran.
(55)
dekomposisi guna meramalkan penjualan, hal ini dibuktikan bahwa metode dekomposisi tidak berbeda signifikan dengan realisasi penjualan. 2. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya mempertimbangkan penggunaan
(56)
Jakarta:LPFE-UI.
Ahyari, Agus, 2001. Manajemen Produksi dan Perencanaan Sistem
Produksi.Buku I Edisi 8, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Indriyo dan Sukanto, 2000. Tata Laksana Produksi, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta
Subagyo, Pangestu. 2001. Forecasting konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung.
T. Hani Handoko, 2000. Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbit PT.Gramedia,
(57)
Forecast Perush 3071.3257 60 640.18034 82.64693 Pair
1 Forecast
Dekomposisi
2857.2347 60 1091.99601 140.97608
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Forecast Perush & Forecast Dekomposisi
60 .874 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence Interval of the Difference Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean Lower Upper t df
Sig. (2-tailed)
Pair 1 Forecast
Perush - Forecast Dekomposisi
214.0910 0
617.10119 79.6674
2
(58)
Ta b e l Siklis d a n p e ra ma la n d e ko mp o sisi
Th Bulan Penjuala n (S) Trend (T) Indeks Musi m (M) Normal (T x M)
Variasi (S x R)
Jumlah Bergerak
3 Bulan
Indeks Siklis
Ra ma la n p e njua la
n
Januari 2.105,10 1.094,9 1
112,51 123.188,3 2
1.871,0
3 1.231,88
Februari 2.105,10 1.155,1 9 94,37 109.015,2 8 2.230,6 9 8.488,18 2.122,0
5 1.090,15
Maret 2.113,95 1.215,4 7 98,06 119.188,9 9 2.155,7 7 8.630,79 2.157,7
0 1.191,89
April 2.426,91 1.275,7 5 116,20 148.242,1 5 2.088,5 6 8.586,22 2.146,5
5 1.482,42
Mei 2.559.77 1.336,0 2 113,60 151.771,8 7 2.253,3 2 8.897,38 2.224,3
4 1.517,72
Juni 2.642,44 1.396,3 0 114,78 160.267,3 1 2.302,1 8 9.208,72 2.302,1
8 1.602,67
Juli 2.645,40 1.456,5 8 112,52 163.894,3 8 2.351,0 5 9.372,09 2.343,0
2 1.638,94
Agustus 2.291,10 1.516,8 6 96,76 146.771,3 7 2.367,8 2 9.179,22 2.294,8
0 1.467,71
Septembe r 1.780,33 1.577,1 4 85,08 134.183,0 7 2.092,5 4 8.676,96 2.169,2
4 1.341,83
Oktober 1.564,80 1.637,4 1 73,67 120.627,9 9 2.124,0 7 8.886,73 2.221,6
8 1.206,28
November 2.149,38 1.697,6 9 84,42 143.318,9 9 2.546,0 6 9.448,82 2.362,2
1 1.433,19
200 4
Desember 2.187,77 1.757,9 7 97,99 172.263,4 8 2.232,6 5 9.275,07 2.318,7
7 1.722,63
Januari 2,546.91 1.818,2 5 112,51 204.571,3 1 2.263,7 2 9.238,63 2.309,6
6 2.045,71
Februari 2.339,00 1.878,5 3 94,37 177.276,8 8 2.478,5 4 9.802,42 2.450,6
0 1.772,77
Maret 2.531,53 1.938,8 0 98,06 190.118,7 3 2.582,6 1 9.962,40 2.490,6
0 1.901,19
April 2.696,57 1.999,0 8 116,20 232.293,1 0 2.320,6 3 9.726,56 2.431,6
4 2.322,93
Mei 2.844,19 2.059,3 6 113,60 233.943,3 0 2.503,6 9 9.885,99 2.471,5
0 2.339,43
Juni 2.936,05 2.119,6 4 114,78 243.292,2 8 2.557,9 8 10.231,9 2 2.557,9
8 2.432,92
Juli 2.939,33 2.179,9 2 112,52 245.284,6 0 2.612,2 7 10.413,4 4 2.603,3
6 2.452,85
Agustus 2.545,67 2.240,1 9 96,76 216.760,7 8 2.630,9 1 10.199,1 3 2.549,7
8 2.167,61
Septembe r 1.978,14 2.300,4 7 85,08 195.723,9 9 2.325,0 4 9.641,06 2.410,2
7 1.957,24
Oktober 1.738,67 2.360,7 5 73,67 173.916,4 5 2.360,0 8 9.874,14 2.468,5
4 1.739,16
200 5
November 2.388,20 2.421,0 84,42 204.383,3 2.828,9 10.498,6 2.624,6
(59)
Ta b e l Siklis d a n p e ra ma la n d e ko mp o sisi
3 5 5 9 7
Desember 2.430,85 2.482,3 1 97,99 243.143,5 7 2.480,7 1 10.331,2 8 2.582,8
2 2.431,44
Januari 2.858,77 2.541,5 8 112,51 285.953,1 7 2.540,9 0 10.163,4 5 2.540,8
6 2.859,53
Februari 2.454,50 2.601,8 6 94,37 245.537,5 3 2.600,9 3 20.404,2 2 2.601,0
6 2.455,38
Maret 2.609,82 2.662,1 4 98,06 261.049,4 5 2.661,4 5 10.645,5 7 2.661,3
9 2.610,49
April 3.162,65 2.722,4 2 116,20 316.345,2 0 2.721,7 3 10.886,8 0 2.721,7
0 3.163,45
Mei 3.160,22 2.782,7 0 113,60 316.114,7 2 2.781,8 8 11.127,7 0 2.781,9
2 3.161,15
Juni 3.262,28 2.842,9 7 114,78 326.316,1 0 2.842,2 0 11.368,8 1 2.842,2
0 3.263,16
Juli 3.265,92 2.903,2 5 112,52 326.673,6 9 2.902,5 2 11.570,4 8 2.892,6
2 3.266,74
Agustus 2,828,52 2.963,5 3 96,76 286.751,1 6 2.923,2 3 11.332,3 7 2.822,0
9 2.867,51
Septembe r 2.197,94 3.023,8 1 85,08 257.265,7 5 2.583,3 8 10.712,3 0 2.678,0
7 2.572,66
Oktober 1.931,85 3.084,0 9 73,67 227.204,9 1 2.622,3 0 10.971,2 7 2.742,8
2 2.272,05
November 2.653,56 3.144,3 6 84,42 265.446,8 7 3.143,2 8 11.665,2 0 2.916,3
0 2.654,47
200 6
Desember 2.700,93 3.204,9 3 97,99 314,022,6 7 2.756,3 3 11.479,1 8 2.869,8
0 3.140,23
Th Bulan Penjualan (S) Trend (T) Indeks Musim (M) Normal (T x M)
Variasi (S x R)
Jumlah Bergerak 3 Bulan Indeks Siklis Ramalan penjualan Januari 3.176,42 3.264,92 112,51 367.336,15 2.823,23 11.666,72 2.916,68 3.673,36 Februari 3.080,16 3.325,20 94,37 313.799,12 3.263,92 12.472,53 3.118,13 3.137,99 Maret 3.060,90 3.385,48 98,06 331.980,17 3.121,46 12.499,14 3.124,78 3.319,80 April 3.477,06 3.445,75 116,20 400,396,15 2.992,31 12.437,46 3.109,36 4.003,96 Mei 3.874,46 3.506,03 113,60 398.285,01 3.331,39 13.058,71 3.264,68 3.982,85 Juni 3.906,68 3.566,31 114,78 409.341,06 3.403,62 13.507,00 3.376,75 4.093,41 Juli 3.790,08 3.626,59 112,52 408.063,91 3.368,36 13.713,19 3.428,30 4.080,64 Agustus 3.457,08 3.686,87 96,76 356.741,54 3.572,84 13.639,61 3.409,90 3.567,42 2007
(60)
Ta b e l Siklis d a n p e ra ma la n d e ko mp o sisi
Oktober 2.361,15 3.807,42 73,67 280.492,63 3.205,04 13.222,20 3.305,55 2.804,93 November 3.112,20 3.867,70 84,42 326.511,23 3.686,57 13.947,04 3.486,76 3.265,11 Desember 3.301,16 3.927,98 97,99 384.902,76 3.368,87 12.397,03 3.099,26 3.849,03 Januari 2.219,50 3.988,26 112,51 448.719,13 1.972,71 9.273,35 2.318,34 4.487,19 Februari 1.848,75 4.048,53 94,37 382.059,78 1.959,04 8.408,44 2.102,11 3.820,60 Maret 2.468,80 4.108,81 98,06 402.909,91 2.517,64 10.016,57 2.504,14 4.029,10 April 3.511,85 4.169,09 116,20 484.448,26 3.022,25 12.141,72 3.035,43 4.844,48 Mei 4.066,41 4.229,37 113,60 480.456,43 3.579,59 13.389,82 3.347,45 4.804,56 Juni 3.682,60 4.289,65 114,78 492.366,03 3.208,40 13.364,45 3.341,11 4.923,66 Juli 3.789,75 4.349,92 112,52 489.453,00 3.368,07 14.353,59 3.588,40 4.894,53 Agustus 4.266,20 4.410,20 96,76 426.730,95 4.409,05 16.655,26 4.163,82 4.267,31 September 3.802,30 4.470,48 85,08 380.384,44 4.469,09 20.906,21 5.226,55 3.803,48 Oktober 5.568,70 4.530,76 73,67 333.781,09 7.558,98 23.498,86 5.874,71 3.337,81 November 3.302,35 4.591,04 84,42 387.575,60 3.911,81 20.606,50 5.151,62 3.875,76 2008
(1)
71
1. Pihak manajemen perusahaan sebaiknya mempertimbangkan metode
dekomposisi guna meramalkan penjualan, hal ini dibuktikan bahwa
metode dekomposisi tidak berbeda signifikan dengan realisasi penjualan.
2. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya mempertimbangkan penggunaan
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan, 2004. Manajemen Produksi dan Operasi, edisi revisi,
Jakarta:LPFE-UI.
Ahyari, Agus, 2001. Manajemen Produksi dan Perencanaan Sistem
Produksi.Buku I Edisi 8, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Indriyo dan Sukanto, 2000. Tata Laksana Produksi, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta
Subagyo, Pangestu. 2001. Forecasting konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung.
T. Hani Handoko, 2000. Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbit PT.Gramedia,
(3)
Lampiran 2: Uji Beda (T test)
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Forecast Perush 3071.3257 60 640.18034 82.64693 Pair
1 Forecast Dekomposisi
2857.2347 60 1091.99601 140.97608
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 Forecast Perush & Forecast
Dekomposisi
60 .874 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence Interval of the Difference Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean Lower Upper t df
Sig. (2-tailed) Pair 1 Forecast
Perush - Forecast Dekomposisi
214.0910 0
617.10119 79.6674 2
(4)
Ta b e l Siklis d a n p e ra ma la n d e ko mp o sisi
Th Bulan Penjuala
n (S) Trend (T) Indeks Musi m (M) Normal (T x M)
Variasi (S x R)
Jumlah Bergerak
3 Bulan
Indeks Siklis
Ra ma la n p e njua la
n
Januari 2.105,10 1.094,9
1
112,51 123.188,3 2
1.871,0
3 1.231,88
Februari 2.105,10 1.155,1 9 94,37 109.015,2 8 2.230,6 9 8.488,18 2.122,0
5 1.090,15
Maret 2.113,95 1.215,4
7 98,06 119.188,9 9 2.155,7 7 8.630,79 2.157,7
0 1.191,89
April 2.426,91 1.275,7
5 116,20 148.242,1 5 2.088,5 6 8.586,22 2.146,5
5 1.482,42
Mei 2.559.77 1.336,0
2 113,60 151.771,8 7 2.253,3 2 8.897,38 2.224,3
4 1.517,72
Juni 2.642,44 1.396,3
0 114,78 160.267,3 1 2.302,1 8 9.208,72 2.302,1
8 1.602,67
Juli 2.645,40 1.456,5
8 112,52 163.894,3 8 2.351,0 5 9.372,09 2.343,0
2 1.638,94
Agustus 2.291,10 1.516,8
6 96,76 146.771,3 7 2.367,8 2 9.179,22 2.294,8
0 1.467,71
Septembe r 1.780,33 1.577,1 4 85,08 134.183,0 7 2.092,5 4 8.676,96 2.169,2
4 1.341,83
Oktober 1.564,80 1.637,4
1 73,67 120.627,9 9 2.124,0 7 8.886,73 2.221,6
8 1.206,28
November 2.149,38 1.697,6 9 84,42 143.318,9 9 2.546,0 6 9.448,82 2.362,2
1 1.433,19
200 4
Desember 2.187,77 1.757,9 7 97,99 172.263,4 8 2.232,6 5 9.275,07 2.318,7
7 1.722,63
Januari 2,546.91 1.818,2
5 112,51 204.571,3 1 2.263,7 2 9.238,63 2.309,6
6 2.045,71
Februari 2.339,00 1.878,5 3 94,37 177.276,8 8 2.478,5 4 9.802,42 2.450,6
0 1.772,77
Maret 2.531,53 1.938,8
0 98,06 190.118,7 3 2.582,6 1 9.962,40 2.490,6
0 1.901,19
April 2.696,57 1.999,0
8 116,20 232.293,1 0 2.320,6 3 9.726,56 2.431,6
4 2.322,93
Mei 2.844,19 2.059,3
6 113,60 233.943,3 0 2.503,6 9 9.885,99 2.471,5
0 2.339,43
Juni 2.936,05 2.119,6
4 114,78 243.292,2 8 2.557,9 8 10.231,9 2 2.557,9
8 2.432,92
Juli 2.939,33 2.179,9
2 112,52 245.284,6 0 2.612,2 7 10.413,4 4 2.603,3
6 2.452,85
Agustus 2.545,67 2.240,1
9 96,76 216.760,7 8 2.630,9 1 10.199,1 3 2.549,7
8 2.167,61
Septembe r 1.978,14 2.300,4 7 85,08 195.723,9 9 2.325,0 4 9.641,06 2.410,2
7 1.957,24
Oktober 1.738,67 2.360,7
5 73,67 173.916,4 5 2.360,0 8 9.874,14 2.468,5
4 1.739,16
200 5
November 2.388,20 2.421,0 84,42 204.383,3 2.828,9 10.498,6 2.624,6
(5)
Ta b e l Siklis d a n p e ra ma la n d e ko mp o sisi
3 5 5 9 7
Desember 2.430,85 2.482,3 1 97,99 243.143,5 7 2.480,7 1 10.331,2 8 2.582,8
2 2.431,44
Januari 2.858,77 2.541,5
8 112,51 285.953,1 7 2.540,9 0 10.163,4 5 2.540,8
6 2.859,53
Februari 2.454,50 2.601,8 6 94,37 245.537,5 3 2.600,9 3 20.404,2 2 2.601,0
6 2.455,38
Maret 2.609,82 2.662,1
4 98,06 261.049,4 5 2.661,4 5 10.645,5 7 2.661,3
9 2.610,49
April 3.162,65 2.722,4
2 116,20 316.345,2 0 2.721,7 3 10.886,8 0 2.721,7
0 3.163,45
Mei 3.160,22 2.782,7
0 113,60 316.114,7 2 2.781,8 8 11.127,7 0 2.781,9
2 3.161,15
Juni 3.262,28 2.842,9
7 114,78 326.316,1 0 2.842,2 0 11.368,8 1 2.842,2
0 3.263,16
Juli 3.265,92 2.903,2
5 112,52 326.673,6 9 2.902,5 2 11.570,4 8 2.892,6
2 3.266,74
Agustus 2,828,52 2.963,5
3 96,76 286.751,1 6 2.923,2 3 11.332,3 7 2.822,0
9 2.867,51
Septembe r 2.197,94 3.023,8 1 85,08 257.265,7 5 2.583,3 8 10.712,3 0 2.678,0
7 2.572,66
Oktober 1.931,85 3.084,0
9 73,67 227.204,9 1 2.622,3 0 10.971,2 7 2.742,8
2 2.272,05
November 2.653,56 3.144,3 6 84,42 265.446,8 7 3.143,2 8 11.665,2 0 2.916,3
0 2.654,47
200 6
Desember 2.700,93 3.204,9 3 97,99 314,022,6 7 2.756,3 3 11.479,1 8 2.869,8
0 3.140,23
Th Bulan Penjualan
(S) Trend (T) Indeks Musim (M) Normal (T x M)
Variasi (S x R)
Jumlah Bergerak 3 Bulan Indeks Siklis Ramalan penjualan
Januari 3.176,42 3.264,92 112,51 367.336,15 2.823,23 11.666,72 2.916,68 3.673,36
Februari 3.080,16 3.325,20 94,37 313.799,12 3.263,92 12.472,53 3.118,13 3.137,99
Maret 3.060,90 3.385,48 98,06 331.980,17 3.121,46 12.499,14 3.124,78 3.319,80
April 3.477,06 3.445,75 116,20 400,396,15 2.992,31 12.437,46 3.109,36 4.003,96
Mei 3.874,46 3.506,03 113,60 398.285,01 3.331,39 13.058,71 3.264,68 3.982,85
Juni 3.906,68 3.566,31 114,78 409.341,06 3.403,62 13.507,00 3.376,75 4.093,41
Juli 3.790,08 3.626,59 112,52 408.063,91 3.368,36 13.713,19 3.428,30 4.080,64
Agustus 3.457,08 3.686,87 96,76 356.741,54 3.572,84 13.639,61 3.409,90 3.567,42
2007
(6)
Ta b e l Siklis d a n p e ra ma la n d e ko mp o sisi
Oktober 2.361,15 3.807,42 73,67 280.492,63 3.205,04 13.222,20 3.305,55 2.804,93
November 3.112,20 3.867,70 84,42 326.511,23 3.686,57 13.947,04 3.486,76 3.265,11
Desember 3.301,16 3.927,98 97,99 384.902,76 3.368,87 12.397,03 3.099,26 3.849,03
Januari 2.219,50 3.988,26 112,51 448.719,13 1.972,71 9.273,35 2.318,34 4.487,19
Februari 1.848,75 4.048,53 94,37 382.059,78 1.959,04 8.408,44 2.102,11 3.820,60
Maret 2.468,80 4.108,81 98,06 402.909,91 2.517,64 10.016,57 2.504,14 4.029,10
April 3.511,85 4.169,09 116,20 484.448,26 3.022,25 12.141,72 3.035,43 4.844,48
Mei 4.066,41 4.229,37 113,60 480.456,43 3.579,59 13.389,82 3.347,45 4.804,56
Juni 3.682,60 4.289,65 114,78 492.366,03 3.208,40 13.364,45 3.341,11 4.923,66
Juli 3.789,75 4.349,92 112,52 489.453,00 3.368,07 14.353,59 3.588,40 4.894,53
Agustus 4.266,20 4.410,20 96,76 426.730,95 4.409,05 16.655,26 4.163,82 4.267,31
September 3.802,30 4.470,48 85,08 380.384,44 4.469,09 20.906,21 5.226,55 3.803,48
Oktober 5.568,70 4.530,76 73,67 333.781,09 7.558,98 23.498,86 5.874,71 3.337,81
November 3.302,35 4.591,04 84,42 387.575,60 3.911,81 20.606,50 5.151,62 3.875,76
2008