kloset, massa tinja teraba di abdomen, perilaku menahan defekasi, nyeri saat defekasi.
9
2.2. Epidemiologi Konstipasi
Konstipasi sering terjadi pada anak. Loening-Baucke melaporkan prevalensi konstipasi pada anak usia 4 sampai 17 tahun adalah 22,6
10
sedangkan  untuk usia di bawah 4  tahun hanya memiliki prevalensi kejadian  konstipasi sebesar 16.
11
Pada studi longitudinal, Saps  dkk melaporkan 16 anak usia 9 sampai 11 tahun menderita konstipasi.
Konstipasi yang tersering adalah konstipasi fungsional. Didapati 90  sampai  97 kasus konstipasi yang terjadi pada anak merupakan
suatu konstipasi fungsional.
12
6,13
2.3. Patogenesis
Ada beberapa faktor penyebab yang dijumpai untuk terjadinya konstipasi. Penyebab  terjadinya konstipasi  dapat  dibedakan berdasarkan struktur
atau  gangguan motilitas dan fungsi  atau  gangguan bentuk pelvik. Gangguan motilitas dapat disebabkan oleh
nutrisi tidak adekuat ,
motilitas kolon melemah, dan faktor psikiatri.
Gangguan bentuk pelvik dapat berupa fungsi  pelvik dan sfingter melemah, obstruksi pelvik, prolapsus rektum,
enterokel, intususepsi rektum, dan rektokel.
8
Universitas Sumatera Utara
2.4. Istilah- istilah yang berkaitan dengan konstipasi
Menurut kriteria Paris Consensus on Childhood Constipation Terminology PaCCT, ada beberapa istilah yang berhubungan dengan konstipasi
yaitu, sebagai berikut : 1.  Konstipasi kronik
14
Dalam 8  minggu memenuhi dua atau lebih dari kriteria berikut : frekuensi defekasi kurang dari 3 kali per minggu, lebih dari satu kali
episode inkontinensia feses per minggu, tinja yang banyak di rektum atau abdomen dan  teraba pada pemeriksaan fisik, feses
yang melewati rektum terlalu banyak sehingga dapat menyebabkan obstruksi di kloset, perilaku menahan defekasi, dan nyeri defekasi.
2.  Inkontinensia fekal yaitu aliran feses pada tempat yang tidak seharusnya.
3.  Inkontinensia fekal organik yaitu  inkotinensia  fekal  yang  didapat dari kelainan organik.
4.  Inkontinensia fekal fungsional yaitu inkontinensia fekal yang didapat dari penyakit non organik, dapat berupa konstipasi  yang
berhubungan dengan inkontinensia fekal, dan  inkontinensia fekal non retensi.
5.  Konstipasi berhubungan dengan inkontinensia fekal yaitu inkontinensia fekal fungsional yang berhubungan dengan kehadiran
konstipasi.
Universitas Sumatera Utara
6.  Fekal inkontinensia non retensi yaitu aliran feses tidak sesuai tempat, terjadi pada anak usia empat  tahun atau lebih tanpa ada
riwayat dan gejala klinis konstipasi. 7.  Feses keras yaitu massa feses mengeras dan membatu pada
rektum atau abdomen yang tak dapat bergerak. Massa feses dapat terlihat dan dipalpasi di abdomen.
8.  Disinergi pelvik yaitu ketidakmampuan pelvik relaksasi ketika defekasi.
2.5. Patofisiologi