membahu membayar tebusan tawanan dengan cara yang adil di antara mukminin.
Demikian pula, suku Bani Auf, Bani Harits, dan suku lainnya yang hidup di Madinah pada waktu itu juga, mengharuskan membayar uang darah dalam
komunitas bersama bersandarkan pada doktrin aqilah sebagai peraturan dalam konstitusi.
Dalam konstitusi ini dijelaskan tentang pengaturan bersama antara orang Quraisy yang berhijrah migran dengan suku-suku yang tinggal di Madinah
untuk saling melindungi dan hidup bersama dalam suasana kerja sama saling menolong. Pasal 11 Piagam Madinah memuat ketentuan bahwa kaum mukminin
tidak boleh membiarkan sesama mukmin berada dalam kesulitan memenuhi kewajiban membayar diyat atau tebusan tawanan seperti yang disebutkan dalam
pasal-pasal terdahulu. Ketentuan ini menekankan solidaritas sesama mukmin dalam mengatasi kesulitan.
3. Ijtihad
35
a. Fatwa Sahabat
Praktik Sahabat berkenaan dengan pembayaran hukuman ganti rugi pernah dilaksanakan oleh khalifah kedua, Umar bin Khattab. Beliau berkata : “Orang-
orang yang namanya tercantum dalam diwan tersebut berhak menerima bantuan dari satu sama lain dan harus menyumbang untuk pembayaran hukuman ganti
rugi atas pembunuhan tidak disengaja yang dilakukan oleh salah seorang anggota masyarakat mereka.” Umarlah orang yang pertama kali mengeluarkan
perintah untuk menyiapkan daftar secara profesional per wilayah, dan orang-orang yang terdaftar diwajibkan saling menanggung beban.
b. Ijma
35
Ibid., hlm 194.
Universitas Sumatera Utara
Para sahabat telah melakukan ittifaq kesepakatan dalam hal aqilah yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin khatab. Adanya ijma atau kesepakatan ini
tampak dengan tidak adanya sahabat lain yang menentang pelaksanaan qilah ini. Aqilah adalah iuran darah yang dilakukan oleh keluarga dari pihak laki-laki
ashabah dari si pembunuh orang yang menyebabkan kematian orang lain secara tidak sewenang-wenang. Dalam hal ini, kelompoklah yang menanggung
pembayarannya karena pembunuh merupakan anggota dari kelompok tersebut. Dengan tidak adanya Sahabat yang menentang Khalifah Umar, dapat disimpulkan
bahwa telah terdapat ijma di kalangan Sahabat Nabi SAW, mengenai persoalan ini.
c. Qiyas
Yang dimaksud dengan qiyas adalah metode ijtihad dengan jalan menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat ketentauannya di dalam Al-
Qur’an danAs-Sunnah atau Al-Hadis dengan hal lain yang hukumnya disebut dalam Al-Qur’an dan As-SunnahAl-Hadis karena persamaan illat penyebab atau
alasannya. Dalam kitab Fathul Bari, disebutkan bahwa dengan datangnya Islam sistem aqilah diterima Rasulullah SAW, menjadi bagian dari hukum Islam. Ide
pokok dari aqilah adalah suku arab zaman dahulu harus siap untuk melakukan kontribusi finansial atas nama si pembunuh untuk membayar ahli waris korban.
Kesiapan untuk membayar kontribsui keuangan ini sama dnegan pembayaran premi pada praktik asuransi syariah saat ini. Jadi, jika dibandingkan permasalahan
asuransi syariah yang ada pada saat ini dapat di-qiyaskan dengan sistem qilah yang telah diteirma di masa Rasulullah.
d. Istihsan