Prinsip-prinsip Asuransi Syariah PENUTUP

F. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah

Prinsip utama dalam asuransi syariah adalah ta’awanu ‘ala al birr wa al- taqwa tolong-menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa dan al- ta’min rasa aman. Prinsip ini menjadikan para anggota atau peserta asuransi sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan lainnya saling menjamin dan menanggung risiko. Hal ini disebabkan transaksi yang dibuat dalam asuransi takaful adalah akad takaful saling menanggung, bukan akad tabaduli saling menukar yang selama ini digunakan oleh asuransi konvensional, yaitu pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Para parakat ekonomi Islam mengemukakan bahwa asuransi syariah atau asuransi takaful ditegakkan atas tiga prinsip utama, yaitu : 1. Saling bertanggung jawab, yang berarti para peserta asuransi takaful memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk membantu dan menolong peserta lain yang mengalami musibah atau kerugian dengan niat ikhlas, karena memikul tanggung jawab dengan niat ikhlas adalah ibadah. Hal ini dapat diperhatikan dari hadis- hadis berikut : “Maksud hadits: “Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orang-orang beriman antara satu dengan lain seperti satu tubuh jasad apabila satu dari anggotanya tidak sehat, maka akan berpengaruh kepada seluruh tubuh’ HR. Bukhari dan Muslim. “Maksud hadits : “Seorang mukmin dengan mukmin yang lain dalam suatu masyarakat seperti sebuah bangunan di mana tiap-tiap bagian dalam bangunan itu mengukuhkan bagian-bagian yang lain’ HR. Bukhari dan Muslim. “Maksud hadits : “Setiap kamu adalah pemikul tanggung jawab dan setiap kamu bertanggung jawab terhadap orang-orang yang dibawah tanggung jawabmu’ HR. Bukhari dan Muslim. “Maksud hadits : “Seseorang tidak dianggap beriman sehingga ia mengasihi saudaranya sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri’ HR. Bukhari. Universitas Sumatera Utara “Maksud hadits : “Barangsiapa yang tidak dianggap beriman sehingga ia mengasihi saudaranya sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri’ HR. Bukhari”. Rasa tanggung jawab terhadap sesama merupakan kewajiban setiap muslim. Rasa tanggung jawab ini tentu lahir dari sifat saling menyayangi, mencintai, saling membantu dan merasa mementingkan kebersamaan untuk mendapatkan kemakmuran bersama dalam mewujudkan masyarakat yang beriman, takwa dan harmonis. Dengan prinsip ini, maka asuransi rakaful merealisir perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an dan Rasulullah SAW dalam al-Sunnah tentang kewajiban untuk tidak memerhatikan kepentingan diri sendiri semata tetapi juga mesti mementingkan orang lain atau masyarakat. 2. Saling bekerja sama atau salin membantu, yang berati diantara peserta asuransi takaful yang satu dengan yang lainnya saling bekerja sama dan saling tolong menolong dalam mengatasi kesulitan yang dialami karena sebab musibah yang diderita. Sebagaiman firman Allah dalam QS. Al-Maidah ayat 2 yang artinya : “Bekerjasamalah kamu pada perkara-perkara kebajikan dan takwa, dan jangan bekerja sama dalam perkara-perkara dosa dan permusuhan. Hadits juga membicarakan perkara seperti itu, diantaranya yaitu : “Maksud hadits : “Sesiapa yang memenuhi hajat saudaranya, Allah akan memenuhi hajatnya”. HR. Bukhari, Muslim dan abu Daud. “Maksud hadits : “Allah senantiasa menolong hamba selagi hamba itu menolong saudaranya’ HR. Ahmad dan Abu Daud. Dengan prinsip ini maka asuransi takaful merealisir perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an dan Rasulullah SAW dalam al-Sunnah tentang kewajiban hidup bersama dan saling menolong diantara sesama untuk manusia. Universitas Sumatera Utara 3. Saling melindungi penderitaan satu sama lain, yang berarti bahwa para peserta asuransi takaful akan berperan sebagai pelindung bagi peserta lain yang mengalami gangguan keselamatan berupa musibah yang dideritanya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Quraisy ayat 4 yang artinya : “Allah yang telah menyediakan manakan untuk menghilangkan bahaya kelaparan dan menyelamatkanmengamankan mereka dari mara bahaya ketakutan.” Firman Allah QS. Al-Baqarah ayat 126 yang artinya : “Ketika Nabi Ibrahim berdoa Ya Tuhanku, jadikan ngeri ini aman dan selamat.” Diantara sabda Rasulullah yang mengandung maksud perlunya saling melindungi adalah : “Maksud hadits : “Sesungguhnya seseorang yang beriman ialah sesiapa yang boleh memberi keselamatan dan perlindungan terhadap harta dan jiwa raga manusia.” GR. Ibnu Majah. “Maksud hadits : “Rasulullah bersabda : Demi diriku dalam kekuasaan Allah, bahwa siapapun tidak masuk surga kalau tidak memberi perlindungan jirannya yang terhimpit.” HR. Ahmad. “Maksud hadits : “Tidaklah sah iman seseorang itu kalau ia tidak tidur nyenyak dengan perut kenyang sedangkan jirannya menetap kelaparan. ‘HR. al-Bazar. Dengan begitu maka asuransi rakaful merealisir perintah Allah Swt dalam Al-Qur’an dan Rasulullah SAW dalam al-Sunnah tentang kewajiban saling melindungi diantara sesama warga masyarakat. Karnaen A. Perwataatmadja mengemukakan prinsip-prinsip asuransi takaful yang sama, namun beliau menambahkan satu prinsip dari prinsip yang telah ada yakni prinsip menghindari unsur-unsur gharar, maisir dan riba. Sehingga terdapat 4 prinsip asuransi syariah yakni : 1. Saling bertanggung jawab; 2. Saling bekerja sama atau saling membantu; 3. Saling melindungi penderitaan satu sama lain; dan Universitas Sumatera Utara 4. Menghindari unsur gharar, maisir dan riba. Terdapat beberapa solusi untuk menyiasati agar bentuk usaha asuransi dapat terhindari dari unsur gharar, maisir dan riba. 1. Gharar uncertainty atau ketidakpastian ada dua bentuk : a. Bentuk akad syariah yang melandasi penutupan polis. Secara konvensional, kontrak atau perjanjian dalam asuransi jiwa dapat dikategorikan sebagai akad tabaduli atau akad pertukaran yaitu pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Secara harfiah dalam akad pertukaran harus jelas berapa yang dibayarkan dan berapa yang diterima. Keadaan ini menjadi rancu gharar karena kita tahu berapa yang akan diterima sejumlah uang pertanggungan, tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan sejumlah seluruh premi karena hanya Allah yang tahu kapan seseorang akan meninggal. Dalam konsep syariah keadaan ini akan lain karena akad yang digunakan adalah akad takafuli atau tolong- menolong dan saling menjamin dimana semua peserta asuransi menjadi penolong dan penjamin satu sama lainnya. b. Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’i penerima uang klaim itu sendiri. Dalam konsep asuransi konvensional, peserta tidak mengetahui dari mana dana pertanggungan yang diberikan perusahaan asuransi berasal. Peserta hanya tahu jumlah pembayaran klaim yang akan diterimanya. Dalam konsep takaful, setiap pembayaran premi sejak awal akan dibagi dua, masuk ke rekening pemegang polis atau satu lagi dimasukkan ke rekening khusus peserta yang harus diniatkan tabarru’ atau derma untuk membantu saudaranya yang lain. Dengan kata lain, dana klaim dalam konsep takaful diambil dari dana tabarru’ yang merupakan kumpulan dana shadaqah yang diberikan oleh para peserta. 2. Maisir gambling artinya ada salah satu pihak yang untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian. Unsur ini dalam asuransi konvensioanl terlihat apabila selama masa perjanjian peserta tidak mengalami musibah atau kecelakaan, maka peserta tidak berhak mendapatkan apa-apa termasuk premi yang disetornya. Sedangkan, keuntungan diperoleh ketika peserta yang belum Universitas Sumatera Utara lama menjadi anggota jumlah premi yang disetor sedikit menerima dana pembayaran klaim yang jauh lebih besar. Dalam konsep takaful, apabila peserta tidak mengalami kecelakaan atau musibah selama menjadi peserta, maka ia tetap berhak mendapatkan premi yang disetor kecuali dana yang dimasukkan ke dalam dana tabarru’. 3. Unsur riba tercemin dalam cara perusahaan asuransi konvensional melakukan usaha dan investasi di mana meminjamkan dana premi yang terkumpul atas dasar bunga. Dalam konsep takaful dana premi yang terkumpul diinvestasikan dengan prinsip bagi hasil, terutama mudharabah dan musyarakah. Universitas Sumatera Utara BAB III PELAKSANAAN SISTEM BAGI HASIL PADA ASURANSI SYARIAH DAN SISTEM BUNGA PADA ASURANSI KONVENSIONAL

A. Pelaksanaan Sistem Bagi Hasil Pada PT Prudential Medan