Pokja Farmasi Klinis Instalasi Farmasi Rumah Sakit .1 Pokja Perbekalan

71 kesehatan di rumah sakit. Kegiatan produksi yang dilakukan adalah membuat Aquadest, H 2 O 2 3, NaCl 0,9 non steril , handscrub serta mengubah menjadi kemasan yang lebih kecil re-packing antara lain alkohol 96 dan 70, isodin povidon iodium, talkum dan kloralhidrat. Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan seperti: 1. rindu A, Rindu B, CMU Lt III, IGD dan Instalasi Rawat Jalan. 2. instalasi seperti Instalasi Diagnostik Terpadu, Radiologi dan Hemodialisa. Beberapa instalasi lainnya seperti Instalasi Patologi Klinik telah memiliki Kerja Sama Operasional KSO dengan pihak lain namun barang yang tidak ada pada KSO pengadaannya dilaksanakan oleh instalasi farmasi.. 3. User lainnya seperti poli-poli rawat jalan.

4.2.2 Pokja Farmasi Klinis

Pelayanan farmasi klinis merupakan perwujudan keahlian profesional apoteker dalam bidang kesehatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan keamanan, kemanfaatan dan kerasionalan penggunaan terapi obat bagi pasien. Pelayanan ini memerlukan hubungan profesional antara apoteker, dokter dan perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kegiatan pokja farmasi klinis yang telah dilaksanakan diantaranya adalah: a. melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat dan Pemantauan Terapi Obat PTO, di mana riwayat penggunaan obat dilakukan dengan menelusuri latar belakang pasien melalui wawancara dengan pasien itu sendiri ataupun keluarganya dan data dari rekam medis. Universitas Sumatera Utara 72 b. melaksanakan PIO Pelayanan Informasi Obat baik secara aktif maupun secara pasif melalui telepon, buletin, poster, yang bekerjasama dengan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit PKMRS melaksanakan penyuluhan rutin bagi pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap. c. melaksanakan konseling yang dilakukan pada pasien yang menderita penyakit kronik, geriatri dan pediatri, yang diawali dengan Three Prime Questions; Show and Tell; dan verifikasi dari pasien sehingga dapat diketahui apakah pasien telah mengerti atau belum. d. melaksanakan visite ke pasien rawat inap oleh apoteker baik secara mandiri maupun bersama-sama dengan dokter dan perawat, namun belum semua pasien dapat divisite oleh farmasis karena kurangnya jumlah tenaga farmasi di RSUP H. Adam Malik. Visite yang sekarang dilakukan difokuskan di pasien anak dan paska bedah. Sebab pada anak biasanya terjadi masalah dosis dan pada pasien paska bedah diharapkan agar tidak terjadi infeksi setelah operasi. Apabila terjadi infeksi, maka farmasis akan mengambil sampel pus pasien dengan menggunakan tabung reaksi yang sudah dilengkapi media agar untuk pertumbuhan kuman, sampel ini akan dikirimkan ke bagian mikrobiologi untuk kemudian diketahui jenis antibiotik yang tepat untuk pasien tersebut. Apoteker yang visite ke pasien paska bedah sudah termasuk dalam tim penelitian infeksi di rumah sakit. e. melaksanakan Monitoring Efek Samping Obat MESO dan Pemantauan Terapi Obat PTO. Formulir MESO telah disediakan dan pelaporan dilakukan dengan sukarela. Efek samping obat yang dilaporkan adalah efek samping obat yang tidak lazim dan efek samping obat yang berbahaya. Universitas Sumatera Utara 73 f. melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat EPO, di antaranya adalah penggunaan antibiotik, di mana pada semua pasien paska bedah menggunakan antibiotik. g. pencampuran obat kemoterapi secara aseptis. h. menyelenggarakan dan mengkoordinasikan serta bertanggung jawab terhadap pendidikan dan pelatihan di instalasi farmasi. i. pertemuan rutin yang disebut dengan Selasa Klinis yang atau Beautiful Tuesday Morning Clinical Pharmacy yang dihadiri oleh para apoteker dan tenaga kesehatan lain untuk membahas hal-hal yang dianggap penting yang berkaitan dengan obat. Namun masih perlu beberapa perbaikan secara terus menerus untuk menjamin keamanan penggunaan obat oleh pasien dan meningkatkan mutu pelayanan farmasis kepada pasien di RSUP H. Adam Malik. Dalam pengkajian pelayanan resep, resep yang dilayani di depo-depo farmasi dan apotek di RSUP H. Adam Malik merupakan resep yang ditulis oleh dokter untuk pasien rawat inap dan rawat jalan. Belum semua resep yang ditulis oleh dokter memenuhi kriteria administrasi, farmasetik, dan klinis. Dalam resep dokter sering tidak tercantum nama pasien, nomor MR dan paraf dokter. Bila hal tersebut terjadi, maka petugas mengisi kelengkapan resep dari kartu berobat pasien maupun konfirmasi langsung kepada dokter penulis resep kepada perawat dimana pasien tersebut mendapat perawatan sehingga memperlambat penyiapan obat. Oleh karena itu, dalam meresepkan obat, dokter harus memenuhi persyaratan administrasi. Universitas Sumatera Utara 74 Selain itu, persyaratan klinis harus dipenuhi untuk obat-obat yang harganya mahal dan obat – obat khusus seperti: infus albumin, obat-obat kanker dan antibiotik ataupun obat-obat lain yang harus digunakan pasien tetapi tidak tercantum di Manlak untuk pasien Jamkesmas dan DPHO untuk pasien Askes, semua jenis obat tersebut harus disertai dengan hasil laboratorium dan protokol terapi. Kegiatan pelayanan farmasi klinis lainnya seperti pencampuran obat suntik secara aseptis dan penyiapan total parenteral nutrisi TPN. Banyak faktor yang menyebabkan kegiatan tersebut di atas belum dapat dilakukan oleh farmasis. Misalnya keterbatasan SDM dan kurangnya tenaga terlatih dalam penyiapan TPN. Pemantauan kadar obat dalam darah sudah pernah dilakukan oleh pokja farmasi klinis, namun hanya untuk antibiotik gentamisin dan amikasin. Biaya pemantauan kadar obat dalam darah tidak dilakukan lagi karena unit cost yang mahal dan waktu expire date reagen juga singkat. Oleh karena itu, pemantauan kadar obat dalam darah tidak dilaksanakan lagi. Berdasarkan Standar Pelayananan di Rumah Sakit, syarat untuk ruang konseling tertutup, sehingga privasi pasien terjaga dan juga dilengkapi dengan meja dan kursi, komputer, telepon, kartu arsip serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien. Ruang konseling di RSUP H. Adam Malik Medan telah memiliki meja dan kursi, telepon, kartu arsip dan lemari penyimpanan catatan medikasi pasien dan juga tertutup. Namun ruang konseling belum memiliki komputer serta dari segi luas, luas dari ruangan konseling kurang memadai karena cukup sempit. Selain itu, sarana dan prasarana yang tersedia masih kurang memadai, misalnya: dokumentasi di ruang konseling, di mana sistem Universitas Sumatera Utara 75 penyimpanan data masih dilakukan secara manual sehingga dalam menelusuri data pasien berulang membutuhkan waktu yang agak lama dan membuat pasien menunggu. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan sistem komputerisasi sehingga pada saat pasien masuk, kita dengan mudah untuk mencari data mengenai pasien tersebut. Alat peraga pada ruang konseling juga masih minim, di mana alat peraga yang dimiliki hanyalah boneka untuk memperagakan tempat- tempat penyuntikan insulin. Sebaiknya alat peraga ditambahi karena pasien yang diberi konseling, umumnya adalah pasien dengan tingkat pendidikan yang terbatas, sehingga cukup sulit memberikan pengertian apabila tanpa disertai alat peraga, misalnya cara penggunaan suppositoria, tetes mata, alat inhaler untuk penyakit asma sehingga pasien tidak salah dalam menggunakan obat. Pada pelayanan pencampuran obat kemoterapi, sebaiknya obat-obat yang hendak dicampur telah berada semuanya di ruang pencampuran agar petugas tidak keluar-masuk untuk menunggu obat datang, sehingga infeksi nosokomial dapat dihindari.

4.2.3 Pokja Perencanaan dan Evaluasi P2E