46
3.2.4.2 Wakil Kepala Pokja Perbekalan
Wakil kepala pokja perbekalan bertugas membantu kepala pokja perbekalan untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi, peracikan pembuatan pengemasan kembali, perbekalan farmasi serta
administrasi perbekalan farmasi, melaksanakan SIMRS instalasi farmasi.
3.2.4.3 Pokja Apotek
Pokja Apotek terbagi dua, yaitu pokja Apotek I dan pokja Apotek II yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, mempunyai tugas menyelenggarakan dan
mengkoordinasikan terhadap penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi
untuk pasien rawat jalan, rawat inap maupun gawat darurat serta melaksanakan SIMRS instalasi farmasi.
Pokja Apotek I melayani pasien Askes rawat jalan dan pasien umum rawat jalan. Sedangkan pokja apotek II melayani pasien Jamkesmas rawat jalan dan
rawat inap di luar jam kerja, pasien Askes rawat inap, pasien umum, pasien perusahaan, pasien hemodialisa rawat jalan dan rawat inap.
3.2.4.4 Pokja Farmasi Klinis
Pokja farmasi klinis dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik, mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal menyelenggarakan, mengkoordinasikan, melaksanakan pelayanan farmasi klinik
Universitas Sumatera Utara
47 secara professional dan melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan
pelayanan kefarmasian serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja farmasi klinis.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
A. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian pelayanan resep bertujuan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat dan apabila ditemukan, maka dikonsultasikan kepada dokter penulis
resep. Pelayanan resep mulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur
pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat medication error.
Tujuan: Untuk menganalisa adanya masalah terkait obat; bila ditemukan masalah
terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Kegiatan :
Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi:
• Nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan serta tinggi badan
pasien •
Nama, nomor izin, alamat dan paraf dokter
Universitas Sumatera Utara
48 •
Tanggal resep •
Ruangan unit asal resep Persyaratan farmasetik meliputi:
• Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan
• Dosis dan jumlah obat
• Stabilitas
• Aturan, dan cara penggunaan
Persyaratan klinis meliputi: •
Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat •
Duplikasi pengobatan •
Alergi, dan reaksi obat yang tidak dikehendaki ROTD •
Kontraindikasi •
Interaksi obat
B. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh obatsediaan farmasi lain yang pernah dan sedang
digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medikpencatatan penggunaan obat pasien.
Tujuan: a.
melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan.
b. mendokumentasikan adanya alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki
ROTD.
Universitas Sumatera Utara
49 c.
melakukan penilaian terhadap kepatuhan dan pemahaman pasien terhadap obat yang digunakan.
d. melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan.
e. memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat bantu
kepatuhan minum obat concordance aids.
C. Pelayanan Informasi Obat PIO
RSUP H. Adam Malik memiliki suatu unit Pusat Informasi Obat yang memberikan informasi obat yang benar bagi pasien dan keluarga pasien dalam
menggunakan obat yang benar. Informasi tentang penggunaan obat tersebut diberikan oleh apoteker yang bertugas di Pusat Informasi Obat setiap hari,
sehingga pasien dan keluarga pasien dapat memahami penggunaan obat yang benar dan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani proses
penyembuhan penyakit. Pelayanan Informasi Obat adalah kegiatan penyediaan dan pemberian
informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan
lainnya serta pasien dan pihak diluar rumah sakit. Tujuan :
a. menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit. b.
menunjang penggunaan obat yang rasional. Kegiatan :
1. menjawab pertanyaan.
2. menerbitkan buletin, leaflet, poster.
Universitas Sumatera Utara
50 3.
menyediakan informasi bagi Komite Sub Komite Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit.
4. bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien
rawat jalan dan rawat inap. 5.
melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya.
6. melakukan penelitian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan: 1.
sumber daya manusia 2.
tempat 3.
perlengkapan
D. Konseling
Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan pasien keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan kesempatan
kepada pasienkeluarga pasien mengeksplorasikan diri dan membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga pasienkeluarga
pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasi.
Tujuan umum konseling adalah meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi, meminimalkan resiko efek samping, meningkatkan
cost effectiveness dan menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi. Kegiatan yang dilakukan di konseling dimulai dari:
a. membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
Universitas Sumatera Utara
51 b.
mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three Prime Questions.
c. menggali informasi lebih lanjut dengan memberikan kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat. d.
memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan obat.
e. dokumentasi.
Faktor yang diperhatikan: 1.
kriteria pasien •
Pasien kondisi khusus pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan ginjal, ibu hamil dan menyusui.
• Pasien dengan terapi jangka panjangpenyakit kronis TB, DM,
epilepsi, dan lain-lain. •
Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit digoksin, phenytoin.
• Pasien yang menggunakan banyak obat polifarmasi.
• Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
2. sarana dan prasarana
• Ruangan atau tempat konseling.
• Alat bantu konseling kartu pasiencatatan konseling.
E. Pemantauan Terapi Obat PTO
Pemantauan Terapi Obat PTO adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi
Universitas Sumatera Utara
52 pasien. Tujuan pemantauan terapi obat adalah meningkatkan efektivitas terapi dan
meminimalkan resiko reaksi obat yang tidak dikehendaki ROTD. Tahapan Pemantauan Terapi Obat:
a. pengumpulan data pasien.
b. identifikasi masalah terkait obat.
c. rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.
d. pemantauan.
e. terapi lanjut.
Faktor yang harus diperhatikan: 1.
kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis bukti terkini dan terpercaya.
2. kerahasiaan informasi.
3. kerjasama dengan tim kesehatan lain dokter dan perawat.
F. Monitoring Efek Samping Obat MESO
Monitoring Efek Samping Obat MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respons terhadap obat yang tidak dikehendaki ROTD yang terjadi pada
dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait
dengan kerja farmakologi. Tujuan :
a. menemukan Efek Samping Obat ESO sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang. b.
menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan.
Universitas Sumatera Utara
53 c.
mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat.
d. meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.
e. mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.
Faktor yang perlu diperhatikan: a.
kerjasama dengan Komite Farmasi dan Terapi dan ruang rawat. b.
ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
G. Visite Pasien
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengalami
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada
dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit
atas permintaan pasien yang biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah Home Pharmaceutical Care. Sebelum melakukan kegiatan visite
apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medis atau sumber lain.
H. Evaluasi Penggunaan Obat EPO
Evaluasi Penggunaan Obat EPO merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan
kuantitatif. Tujuan:
a. mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan.
Universitas Sumatera Utara
54 b.
membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu. c.
memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat. d.
menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
I. Dispensing Sediaan Khusus
RSUP H. Adam Malik memiliki ruangan khusus untuk melakukan pencampuran obat-obat kemoterapi bagi pasien penderita kanker yang
membutuhkan obat-obat kemoterapi. Proses pencampuran dilakukan setiap hari berdasarkan permintaan dari dokter. Pencampuran dilakukan oleh apoteker
berdasarkan jadwal yang telah dibuat untuk melakukan pencampuran. Dispensing sediaan khusus steril harus dilakukan di instalasi farmasi
rumah sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya
kesalahan pemberian obat. Tujuan:
a. menjamin sterilitas dan stabilitas produk.
b. melindungi petugas dari paparan zat berbahaya.
c. menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.
1. Pencampuran obat Suntik
Melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin kompatibilitas, dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis
yang ditetapkan. Kegiatan :
a. mencampur sediaan intravena kedalam cairan infus.
Universitas Sumatera Utara
55 b.
melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai.
c. mengemas menjadi sediaan siap pakai.
Faktor yang perlu diperhatikan: a.
ruangan khusus. b.
lemari pencampuran Biological Safety Cabinet. c.
HEPA filter.
2. Penyiapan Nutrisi Parenteral
Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga
stabilitas sediaan, formula standar dan kebutuhan terhadap prosedur yang menyertai.
Kegiatan: a.
mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk kebutuhan perorangan.
b. mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi.
Faktor yang perlu diperhatikan: a.
tim yang terdiri dari dokter, apoteker, perawat, ahli gizi. b.
sarana dan prasarana. c.
ruangan khusus. d.
lemari pencampuran Biological Safety Cabinet. e.
kantong khusus untuk nutrisi parenteral.
Universitas Sumatera Utara
56
3. Penanganan Sediaan Sitostatik
Merupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan
pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung
diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya.
Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukannya harus sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai.
Kegiatan: a.
melakukan perhitungan dosis secara akurat. b.
melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai. c.
mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan. d.
mengemas dalam kemasan tertentu. e.
membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku. Faktor yang perlu diperhatikan:
a. ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai.
b. lemari pencampuran Biological Safety Cabinet.
c. HEPA filter.
d. alat pelindung diri.
e. sumber daya manusia yang terlatih.
f. cara pemberian obat kanker.
Universitas Sumatera Utara
57
J. Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah PKOD
Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas
usulan apoteker kepada dokter. Tujuan:
a. mengetahui kadar obat dalam darah.
b. memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan: a.
alat Therapeutic Drug Monitoringinstrumen untuk mengukur kadar obat. b.
reagen sesuai obat yang diperiksa.
3.2.4.5 Pokja Perencanaan dan Evaluasi
Pokja perencanaan dan evaluasi dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP
H. Adam Malik, mempunyai tugas menyelenggarakanmengkoordinasikan dan melaksanakan perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan
rumah sakit, melakukan evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik dan melaksanakan SIMRS instalasi farmasi.
Perencanaan dilakukan sebagai pedoman dalam merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi yang bertujuan untuk menentukan jenis dan jumlah perbekalan
farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat, dan meningkatkan efisiensi penggunaan perbekalan farmasi
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar yang telah ditentukan antara lain konsumtif, epidemologi atau kombinasi
keduanya.
Universitas Sumatera Utara
58 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit SIMRS adalah suatu sistem
yang berhubungan dengan pengelolaan data, pengumpulan data, penyajian informasi, analisis dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang
dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit. Teknologi informasi merupakan salah
satu teknologi yang sedang berkembang pesat saat ini dengan kemajuan teknologi informasi, pengaksesan data atau informasi yang tersedia dapat berlangsung
dengan cepat, efisien serta akurat. Hal ini jugalah yang menjadi pertimbangan
RSUP H. Adam Malik untuk melakukan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit berbasis komputer yang on line ke berbagai instalasi.
Setiap data mengenai kebutuhan obat-obatan langsung di entry ke bagian instalasi farmasi secara on line, sehingga kebutuhan obat-obatan dapat langsung
disediakan untuk depo yang bersangkutan. Hal ini dapat mempermudah dan mempercepat pekerjaan setiap SDM yang bertugas dalam pengelolaan perbekalan
farmasi. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit SIMRS juga mempermudah
bagian pokja perencanaan dan evaluasi untuk mengelola perbekalan farmasi, mulai dari membuat perencanaan perbekalan farmasi yang harus disediakan
untuk semua depo yang ada di rumah sakit tanpa harus mengumpulkan data ke setiap depo yang ada, sampai pembuatan laporan perbekalan farmasi. Pokja
perencanaan dan evaluasi merupakan admin bagi aplikasi SIMRS di instalasi farmasi yang bertanggung jawab menyusun data base atau master barang untuk
setiap perbekalan farmasi yang beredar di rumah sakit, baik jenis, spesifikasi, harga dan lain-lain. Jadi, dengan adanya Sistem Informasi Manajemen Rumah
Universitas Sumatera Utara
59 Sakit ini, sangat membantu untuk kemajuan dan perkembangan RSUP H. Adam
Malik.
3.2.5 Depo Farmasi 3.2.5.1 Depo Farmasi Rindu A
Depo farmasi Rindu A dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H.
Adam Malik, yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan terhadap penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan
farmasi serta melaksanakan SIMRS instalasi farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap di Ruang Inap Terpadu A. Sistem
distribusi obat yang dilakukan di Rindu A adalah secara One Day Dose Dispensing ODDD.
3.2.5.2 Wakil Kepala Depo Farmasi Rindu A
Wakil kepala depo farmasi Rindu A bertugas membantu kepala depo farmasi Rindu A untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi serta melaksanakan SIMRS instalasi farmasi terhadap kebutuhan
perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap terpadu A.
3.2.5.3 Depo Farmasi Rindu B
Depo farmasi Rindu B dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik, yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan terhadap penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan
farmasi serta melaksanakan SIMRS instalasi farmasi terhadap kebutuhan
Universitas Sumatera Utara