25 dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain: konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan berdasarkan: 1.
DOEN, formularium rumah sakit, Standar Terapi Rumah Sakit, ketentuan setempat yang berlaku.
2. data catatan medik
3. anggaran yang tersedia
4. penetapan prioritas
5. siklus penyakit
6. sisa persediaan
7. data pemakaian periode yang lalu
8. perencanaan pengembangan
c. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui, melalui:
i pembelian: - secara tender oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi
- secara langsung dari pabrikdistributorpedagang besar farmasi rekanan
ii produksipembuatan sediaan farmasi: - produksi steril
- produksi non steril iii sumbangandropinghibah
Universitas Sumatera Utara
26
d. Produksi
Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
e. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender,
konsinyasi atau sumbangan.
f. Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya,
mudah tidaknya meledakterbakar, dan tahantidaknya terhadap cahaya, disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan.
g. Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat
jalan serta untuk menunjang pelayanan medis Depkes RI, 2004.
2.5.2 Pelayanan Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinis adalah praktek kefarmasian berorientasi kepada pasien dengan penerapan pengetahuan dan keahlian farmasi dalam membantu
memaksimalkan efek obat dan meminimalkan toksisitas bagi pasien secara individual.
Universitas Sumatera Utara
27 Tujuan pelayanan farmasi klinis adalah meningkatkan keuntungan terapi
obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan obat sehingga meningkatkan dan memastikan kerasionalan, kemanfaatan dan
keamanan terapi obat. Pelayanan farmasi klinis meliputi:
a. pengkajian dan pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada
setiap tahap alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya
kesalahan pemberian obat medication error.
b. penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan
informasi mengenai seluruh obatsediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data
rekam medikpencatatan penggunaan obat pasien.
c. pelayanan informasi obat PIO adalah kegiatan penyediaan dan pemberian
informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat,
profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit.
d. konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan
pasienkeluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan kesempatan kepada pasienkeluarga pasien mengeksplorasikan diri dan
membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga pasienkeluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam
penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasi. Tujuan umum konseling
Universitas Sumatera Utara
28 adalah meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi,
meminimalkan resiko efek samping, meningkatkan cost effectiveness dan menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi.
e. visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter,
pasien serta profesional kesehatan lainnya. f.
pemantauan terapi obat PTO adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
2.6 Instalasi Central Sterile Supply Department CSSD
Central Sterile Supply Department CSSD atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi merupakan satu unit atau departemen dari rumah sakit yang
menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang membutuhkan kondisi steril.
Berdirinya CSSD di rumah sakit dilatar belakangi oleh: a.
besarnya angka kematian akibat infeksi nasokomial. b.
kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia di lingkungan rumah sakit.
Adapun tugas CSSD di rumah sakit adalah Depkes RI
a
, 2009: 1.
menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien. 2.
melakukan proses sterilisasi alatbahan.
Universitas Sumatera Utara
29 3.
mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perwatan, kamar operasi maupu ruangan lainnya.
4. memilih peralatan dan bahan yang aman dan efektif serta bermutu.
5. mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, disinfeksi maupun
sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu. 6.
melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi
nosokomial. 7.
memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan sterilisasi. 8.
mengevaluasi hasil sterilisasi. Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari proses pembilasan,
pembersihandekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan pengemasan, memberi label, sterilisasi, penyimpanan sampai proses distribusi Depkes RI
a
, 2009. Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alatbahan
steril terbesar di rumah sakit. Dengan pemilihan lokasi seperti ini maka selain meningkatkan pengendalian infeksi dengan meminimalkan resiko kontaminasi
silang, serta meminimalkan lalu lintas transportasi alat steril Depkes RI
a
, 2009. Ketersediaan ruangan CSSD yang memadai merupakan suatu keharusan
untuk keefisienan dan keoptimalan fungsi kerja CSSD. Untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih, maka ruangan
CSSD dibagi menjadi 5 bagian Depkes RI
a
, 2009: 1.
ruang dekontaminasi: terjadi proses penerimaan barang kotor, melakukan dekontaminasi dan pembersihan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan,
dipelihara, dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan
Universitas Sumatera Utara
30 untuk melindungi pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi,
racun dan hal-hal berbahaya lainnya. Sistem ventilasi harus didesain sedemikian rupa sehingga udara di ruang dekontaminasi harus:
- dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang mempunyai filter.
- tekanan udara harus negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan lainnya.
- tidak dianjurkan menggunakan kipas angin.
2. ruang pengemasan alat: untuk melakukan pengemasan dan penyimpanan
alatbarang bersih. Pada ruang ini dianjurkan ada tempat penyimpanan tertutup.
3. ruang produksi dan prossesing: linen diperiksa, dilipat, dan dikemas untuk
persiapan sterilisasi. Selain linen, pada daerah ini dipersiapkan pula bahan- bahan seperti kain kasa, cotton swab, dan lain-lain.
4. ruang sterilisasi: tempat dimana proses sterilisasi dilakukan. Untuk sterilisasi
Etilen Oksida, sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang terpisah tetapi masih dalam satu unit pusat sterilisasi dan dilengkapi exhaust.
5. ruang penyimpanan barang steril. Ruang ini sebaiknya dekat dengan ruang
sterilisasi. Apabila digunakan mesin sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang penyimpanan. Dinding dan lantai
ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat sehingga mudah dibersihkan, alat steril disimpan pada jarak 19 – 24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari
langit-langit serta 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya penumpukan debu pada kemasan, serta alat-alat steril tidak
disimpan dekat wastafel atau saluran pipa lainnya. Akses ke ruang penyimpanan steril dilakukan oleh petugas pusat sterilisasi yang terlatih, bebas
Universitas Sumatera Utara
31 dari penyakit menular dan menggunakan pakaian yang sesuai dengan
persyaratan. Dengan adanya CSSD di rumah sakit bertujuan:
1. mencegah infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah
mengalami pensortiran, pencucian dan sterilisasi dengan sempurna. 2.
memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan rumah sakit. 3.
menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan.
2.7 Instalasi Gas Medis