Kerangka Pemikiran Teoritis .1 Analisis

22 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Willingness to Accept Willingness to Accept yaitu nilai yang bersedia diterima oleh masyarakat sebagai kompensasi atas penurunan kualitas sumberdaya alam. Metode Valuasi Kontingen Contingent Valuation Method adalah metode teknik survei untuk menyatakan keinginan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki nilai pasar seperti barang lingkungan. WTA merupakan bagian dari metode CVM yang akan digunakan dalam penelitian ini. Melalui tahapan dalam CVM akan diperoleh nilai WTA sebagai ganti rugi atas pencemaran Sungai Musi terhadap masyarakat. Penilaian akan dilakukan melalui tahapan-tahapan tersebut sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian dan juga menghindari bias yang terjadi dalam penelitian.

A. Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept WTA Masyarakat

Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pengumpulan nilai Willingness to Accept WTA dari setiap responden adalah : a. Responden merupakan warga sekitar Sungai Musi yang merasakan kerugian dari dampak pencemaran limbah industri dan bersedia menerima dana kompensasi. b. Nilai WTA yang diberikan merupakan nilai minimum yang bersedia diterima responden jika kompensasi yang diberi benar-benar dilaksanakan. c. Industri bersedia memberikan dana kompensasi atas penurunan kualitas Sungai Musi 23 d. Responden dipilih secara acak dari populasi yang terkena dampak penurunan kualitas Sungai Musi.

B. Metode Mempertanyakan Nilai Willingness to Accept

Metode yang dapat digunakan untuk memperoleh besarnya penawaran nilai WTAWTP responden Hanley dan Spash,1993 adalah : 1. Bidding Game Metode tawar-menawar Metode yang digunakan dengan menanyakan kepada responden tentang sejumlah nilai tertentu yang diajukan sebagai titik awal. Jika “Ya”, maka besarnya nilai uang dinaikan sampai titik maksimum yang telah disepakati. 2. Open-ended Question Metode pertanyaan terbuka Metode yang digunakan dengan menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah uang maksimum yang ingin dibayarkan atau jumlah uang minimum yang ingin diterima akibat perubahan kualitas lingkungan. Metode ini mempunyai kelebihan dimana responden tidak perlu diberi petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai awal yang ditawarkan sehingga tidak akan menimbulkan bias titik awal. Kelemahan metode ini yaitu kurangnya akurasi nilai serta terlalu besar variasinya, selain itu sering ditemui responden yang kesulitan dalam menjawab pertanyaan karena tidak biasa dengan pertanyaan yang ada dalam kuesioner. 3. Closed-ended Question Metode Pertanyaan tertutup Metode ini hampir sama dengan metode Open-ended Question, yang membedakannya yaitu bentuk pertanyaannya tertutup. Responden diberikan beberapa nilai WTAWTP yang disarankan kepada mereka dan kemudian akan dipilih, sehingga responden dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan keinginan dan kemampuannya masing-masing. 24 4. Payment Card Metode kartu pembayaran Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar atau kesediaan menerima, sehingga responden dapat memilih nilai maksimalminimal sesuai dengan preferensinya. Keunggulan metode ini adalah memberikan stimulant untuk membantu responden berpikir lebih leluasa tentang nilai maksimum atau minimum yang akan diberikan tanpa harus terintimidasi dengan nilai tertentu, sepert pada metode tawar- menawar. Penggunaan metode ini memerlukan pengetahuan statistik yang baik.

C. Langkah-langkah untuk Mengetahui Nilai Willingness to Accept

Masyarakat Nilai WTA masyarakat dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Ada enam tahapan dalam CVM Hanley and Spash, 1993 , yaitu : 1. Membangun Pasar Hipotetik Setting Up to the Hypotetical Market Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar hipotetik dan pertanyaan mengenai nilai barang atau jasa lingkungan. Pasar hipotetik tersebut membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya menerima dana kompensasi atas barang atau jasa lingkungan dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang berapa harga barang atau jasa lingkungan tersebut. 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTA Setelah membuat instrumen survei, kemudian membuat administrasi survei. Tahapan ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, surat, atau perantara telepon mengenai besarnya nilai WTA minimum yang bersedia diterima. Wawancara dengan teknik-teknik tersebut tidak menutup kemungkinan terjadinya bias yang dilakukan oleh petugas pada saat melakukannya. 25 3. Memperkirakan Nilai Rata-rata WTA Nilai WTA masyarakat telah terkumpul, kemudian menghitung nilai tengah dan nilai rata-rata dari WTA. Nilai tengah dihitung apabila terdapat rentang nilai penawaran yang terlalu jauh. Jika perhitungan nilai penawaran menggunakan rata-rata, maka nilai yang diperoleh akan lebih tinggi dari nilai yang sebenarnya. Nilai tengah penawaran tidak dipengaruhi oleh rentang yang cukup besar dan selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata. 4. Memperkirakan Kurva WTA Kurva penawaran dapat diperkirakan dari nilai WTA sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independennya. Kurva penawaran berfungsi untuk memperkirakan perubahan nilai WTA karena perubahan sejumlah variabel independen, dan untuk menguji sensitivitas jumlah WTA terhadap variasi perubahan mutu lingkungan. 5. Menjumlahkan Data Proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksudkan. 6. Mengevaluasi Penggunaan CVM Menilai sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilaksanakan. Penilaian dilakukan dengan cara melihat tingkat keandalan reability fungsi WTA R-Square R 2 dari model regresi berganda WTA. 26

D. Organisasi dari Pengoperasian CVM

1. Pasar hipotetik yang digunakan harus memiliki kredibilitas dan realitas. 2. Alat pembayaran yang digunakan danatau ukuran kesejahteraan WTPWTA sebaiknya tidak bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat. 3. Responden sebaiknya memiliki informasi yang cukup mengenai barang publik yang dimaksud dalam kuisioner dan alat pembayaran untuk penawaran mereka. 4. Jika memungkinkan, ukuran WTA sebaiknya dicari, karena responden sering kesulitan dengan nilai minimal yang ingin mereka terima. 5. Ukuran contoh yang cukup besar sebaiknya dipilih untuk mempermudah perolehan selang kepercayaan dan reabilitas. 6. Pengujian kebiasaan, sebaiknya dilakukan dan pengadopsian strategi untuk memperkecil strategi bias secara khusus. 7. Penawaran sanggahan sebaiknya diidentifikasi. 8. Diperlukan pengetahuan dengan pasti jika contoh memiliki karakteristik yang sama dengan populasi dan penyesuaian diperlukan. 9. Tanda parameter sebaiknya dilihat kembali jika mereka setuju dengan harapan yang tepat. Nilai minimum dari 15 untuk Radjusted, direkomendasikan oleh Mitchell dan Carson 1989 dalam Hanley dan Spash 1993. 27

3.1.2 Model Regresi Logistik

Analisis regresi logistik digunakan untuk mengetahui pengaruh satu variable independen atau lebih X terhadap satu variable dependen Y, dengan syarat: 1. Variabel dependent harus merupakan variable dummy yang hanya punya dua alternatif. Misalnya Puastidak puas, sukatidak suka, atau yatidak, dimana jika responden menjawab puas maka kita beri skor 1 dan jika menjawab tidak puas kita beri skor 0. 2. Variabel independent mempunyai skala data interval atau rasio. Model Logit menggunakan peubah penjelasnya baik itu peubah kategorik maupun peubah numerik untuk menduga peluang kejadian tertentu dari peubah respon kategori. Analisis pemodelan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan melalui transformasi logit Juanda , 2009. Peluang kejadian tertentu dari peubah respons kategori pi, ditransformasi sehingga : i = indeks semua kasus observasi 1,2,..,n. pi = peluang kejadian misalnya, membeli terjadi untuk kasus ke-i. log = adalah natural log bilangan dasar e. 28 Gambar 2. Gambaran Transformasi Logit, dengan Asumsi Peubah X Berskala Interval. Salah satu keuntungan penggunaan analisis regresi logistik adalah bahwa ukuran asosiasi ini seringkali merupakan fungsi dari penduga parameter yang didapatkan. Salah satu ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logistik adalah rasio odd. Regresi logistik tidak terbatas hanya dapat diterapkan pada kasus dimana variabel X nya bertipe interval atau rasio saja, tetapi regresi logistik juga dapat diterapkan untuk kasus dimana variabel X nya bertipe data nominal atau ordinal. Hal seperti ini analog dengan regresi linier dengan variabel dummy.

3.2 Kerangka Operasional