34
3 Pemerintah daerah lain 4 Lembaga keuangan bank
5 Lembaga keuangan bukan bank; dan 6 Masyarakat
Pinjaman daerah yang bersumber dari pemerintah diberikan melalui menteri keuangan, sedangkan pinjaman daerah yang bersumber
dari masyarakat berupa Obligasi Daerah diterbitkan melalui pasar modal.
d. Persyaratan Pinjaman Daerah
1 Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidal melebihi 75 dari jumlah penerimaan APBD tahun
sebelumnya; 2 Rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman
DSCR paling sedikit 2,5; 3 Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang
berasal dari pemerintah; 4 Pinjaman Jangka Menengah dan Jangka Panjang dilakukan dengan
perstujuan DPRD.
e. Prosedur Pinjaman Daerah
Prosedur pinjaman
daerah dapat
dibedakan berdasarkan
sumbernya, yaitu ; 1 Pinjaman Daerah dari pemerintah yang dananya bersumber dari
Pinjaman Luar Negeri. 2 Pinjaman daerah dari Pemerintah yang dananya bersumber selain dari
Pinjama Luar Negeri
35
3 Pinjaman Daerah dari sumber Selain Pemerintah baik pinjaman jangka pendek maupun pinjaman jangka panjang. Pinjaman ini dapat
dilakukan sepanjang tidak melampaui batas kumulatif Pinjaman pemerintah dan Pemda.
f. Larangan Penjaminan
1 Daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman hak lain; 2 Pendapatan daerah danatau barang milik daerah tidak boleh dijadikan
jaminan; 3 Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik
daerah yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah.
g. Pembayaran Kembali Pinjaman
1 Seluruh kewajiban pinjaman daerah yang jatuh tempo wajib dianggarkan dalam APBD tahun anggaran yang bersangkutan.
2 Dalam hal daerah tidak memenuhi kewajiban membayar pinjamannya kepada pemerintah, kewajiban membayar pinjaman tersebut
diperhitungkan dengan DAU danatau Dana Bagi Hasil dari penerimaan Negara yang menjadi hak daerah tersebut.
B.
Hasil Penelitian Sebelumnya 1.
Penelitian Harmanto Yuandhi Wibowo 2006
Mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Daerah Sebelum Dan Pada Masa Otonomi Daerah Studi Kasus di
Kabupaten Sragen Tahun Anggaran 19961997-2005. Hasil dari analisis deskriptif menunnjukan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja
36
Daerah Kabupaten Sragen relatif mengalami peningkatkan dari tahun ke tahun. Hasil analisis kuantitatif menunjukan bahwa Kabupaten Sragen
belum mampu secara keuangan dalam dalam penyelenggaraan pemerintahan bila dilihat dari derajat desentralisasi fiscal, kebutuhan
fiscal, kapastas fiscal. Hasil penelitian tersebut menunjukkan proporsi PAD terhadap TPD tergolong rendah baik sebelum maupun pada masa
otonomi daerah. Rasio PAD sbelum otonomi daerah rata-rata sebesar 15,21 dan pada masa otonomi daerah rata-rata sebesar 9,45. Tingkat
kemandirian Kabupaten Sragen hanya sebesar 10,68 pada masa otonomi daerah dengan pola hubungan Instruktif.
2. Penelitian Yuliati dalam Abdul Halim, 2004