9. Memberikan penugasan yang menantang dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
10. Memberikan penghargaan bagi siswa yang berprestasi.
8. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan metode belajar yang mana siswa bekerja
dalam suatu kelompok kecil dengan cara saling membantu satu sama lainnya dalam dunia pendidikanSlavin, 1995: 284. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa
dikelompokkan secara variatif beraneka ragam berdasarkan prestasi mereka sebelumnya, kesukaan atau kebiasaan serta jenis kelamin Slavin,1995: 3.Menurut
Lee Manning dan Lucking belajar kooperatif mempunyai kelebihan yang tidak ditemukan dalam kegiatan individual seperti interaksi sosial, pertanggungjawaban
individu dan kerjasama dalam kelompok. Dalam kegiatan belajar individual cenderung mementingkan kepentingan pribadi dan tidak memperhatikan lingkungan
sekitarnya. Menurut Dewey dalam davies 1982: 31, kegiatan belajar individu maupun belajar bersama dalam kelompok harus didukung oleh inisiatif dari masing-
masing pribadi karena kegiatan belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan oleh mereka.
Dalam teori konstruktivisme peserta didik harus menemukan sendiri dan memecahkan informasi baru dengan aturan lama dan merevisinya apabila aturan-
atran itu tidak sesuai lagi. Sesuai dengan disiplin ilmu kimia dimana dalam hal ini perkembangan dalam dunia kimia sangat dinamis maka kondisi seperti ini mutlak
diperlukan. Pandangan konstruktivisme menyatakan bahwa peserta didik diberi kesempatan agar menggunakan suatu strategi sendiri dalam belajar secara sadar dan
pendidik dalam hal ini membimbing peserta didik ke tingkat pengetahuan kearah yang lebih tinggi. Oleh karena itu, agar peserta didik benar-benar memahami mereka
harus bekerja untuk memecahkan masalah dan kesulitan yang ada dengan ide-ide dan kemampuannya.
Ide pokok pada teori konstruktivisme adalah peserta didik secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. Pendekatan dalam pembelajaran
konstruktivisme dapat menggunakan pembelajaran kooperatif ekstensif. Menurut teori ini peserta didik akan lebih mudah menemukan dan mengerti akan konsep-
konsep yang sulit jika mereka dapat membicarakan dan mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok yang
terdiri sekitar 4 orang untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah dalam hal ini penekanannya pada aspek sosial dalam pembelajaran dan penggunaan
kelompok yang sederajat untuk menghasilkan pemikiran. Pada sistem pengajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan temannya
dalam tugas-tugas terstruktur dan inilah yang disebut pengajaran gotong-royong atau cooperative learning Slavin, 1995: 2.
9. Model Pembelajaran STAD Student Team Achievement Divisions