bidang yang berbeda, namun masih dalam jangkauan yang dapat dikuasai. Pada setiap bidang dalam stuktur organisasi di Lapas Terbuka Jakarta saling
berkoordinasi dan bekerjasama untuk memberikan pelayanan kepada Warga Binaan Pemasyarakatan agar keberfungsiannya secara sosial dapat tercipta
kembali. Kinerja pegawai dari stuktur organisasi ini dipantau oleh Kepala Lapas Terbuka Jakarta, yang akan bertanggung jawab secara administratif dan
implementatif kepada Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.
1. GAMBARAN SDM PETUGAS LAPAS TERBUKA JAKARTA.
Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Jakarta memiliki jumlah pegawai sebanyak 58 orang, dengan komposisi jumlah pegawai laki – laki sebanyak 46
orang dan pegawai perempuan sebanyak 12 orang. Berikut ini adalah gambaran petugas Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Jakarta berdasarkan
kategori pendidikan dan golongan kepangkatan:
Tabel 3.1 Daftar Petugas Lapas Klas II B Terbuka Jakarta
Berdasarkan Kategori Latar Belakang Pendidikan
No Jenis Kelamin Pendidikan
Jumlah SLTP SLTA D3 S1 S2
1 Laki-laki
- 33
3 8
2 46
2 Perempuan
- 4
2 6
- 12
Jumlah -
37 5
14 2
58 Sumber : Urusan Kepegawaian dan Keuangan Lapas Terbuka Jakarta
Tabel 3.2 Daftar Petugas Lapas Klas II B Terbuka Jakarta
Berdasarkan Kategori kepangkatan
No Jenis Kelamin Gol. Kepangkatan
Jumlah I
II III IV
1 Laki-laki
- 33 13 -
46 2
Perempuan -
4 8
- 12
Jumlah -
37 21 - 58
Sumber : Urusan Kepegawaian dan Keuangan Lapas Terbuka Jakarta
2. KRITERIA PENGHUNI LAPAS TERBUKA JAKARTA.
Berdasarkan surat Direktur Jenderal Pemasyarakatan nomor : E.PR.07.03-725 tanggal 05 Desember 2003, perihal Operasionalisasi Lapas
Terbuka Jakarta, maka penempatan narapidana pada Lapas Terbuka Jakarta adalah berasal dari UPT Wilayah DKI Jakarta, Wilayah Jawa Barat , Wilayah
Banten, maupun narapidana yang berdomisili di sekitar wilayah Lapas Terbuka Jakarta. Namun demikian tidak semua narapidana dapat diterima
untuk menjadi penghuni Lapas Terbuka Jakarta, karena narapidana dengan kasus narkotika, teroris, illegal logging, 378 penipuan dan pidana khusus
lainnya untuk sementara tidak direkomendasikan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan untuk ditempatkan di Lapas Terbuka.
Pendekatan keamanan yang diterapkan di Lapas Terbuka Jakarta bersifat Minimum Security, maka narapidana yang akan ditempatkan di Lapas
ini harus memenuhi persyaratan – persyaratan sebagai berikut :
Pertama syarat substantif berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman, Nomor : M.01.PK.04.10, Tahun 1999, Tentang asimilasi,
Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas, pasal 7 ayat 2 yaitu: a. Narapidana telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas
kesalahan yang menyebabkan dijatuhi pidana. b. Narapidana telah menunjukkan perkembangan budi pekerti dan
moral yang positif. c. Narapidana telah berhasil mengikuti program kegiatan pembinaan
dengan tekun dan bersemangat. d. Kondisi masyarakat telah dapat menerima program kegiatan
pembinaan yang bersangkutan. e. Selama menjalankan pidana narapidana tidak pernah mendapat
hukuman disiplin sekurang – kurangnya dalam waktu 9 bulan terakhir sehingga narapidana yang diasimilasikan adalah narapidana
yang mempunyai masa pidana 12 bulan atau lebih. f. Masa pidana yang telah dijalani; untuk asimilasi, narapidana telah
menjalani minimal 12 setengah dari masa pidana, setelah dikurangi masa tahanan dan remisi dihitung sejak putusan
pengadilan memperoleh kekuatan hokum tetap. Kedua syarat administratif berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehakiman, Nomor : M.01.PK.04.10, Tahun 1999, Tentang asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas, pasal 8 yaitu :
a. Terdapat salinan putusan pengadilan ekstrak vonis.
b. Surat Keterangan asli dari Kejaksaan bahwa narapidana yang bersangkutan tidak mempunyai perkara atau tersangkut dengan
tindak pidana lainnya. c. Adanya Laporan Penelitian Kemasyarakatan LITMAS dari Bapas
tentang pihak keluargayang akan menerima narapidana, keadaan masyarakat sekitar dan pihak lain yang ada hubungannya dengan
narapidana. d. Salinan daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tetib yang
dilakukan narapidana selama menjalani pidana dari Kalapas. e. Salinan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana, seperti
garasi, remisi, dan lain – lain dari Kalapas. f. Surat pernyataan kesanggupan menerima jaminan dari keluarga
yang diketahui oleh Pemda setempat serendah – rendahnya Lurah atau Kepala Desa.
g. Surat Keterangan kesehatan dari dokter bahwa narapidana sehat jasmani maupun jiwanya.
Telah mendapat persetujuan Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP Lapas yang bersangkutan yang mengirim dan mendapat persetujuan Kalapas
serta Keputusan asimilasi dibuat oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM dengan tembusan Kepala Kepolisian setempat, Pemda dan
Hakim Wasmat.
C. Tahapan Sistem Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan WBP