30 masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian daya saing ekonomi Kabupaten
Labuhanbatu Utara. 2.
Wawancara Wawancara dapat dilakukan secara 1 Terbuka open-ended, yaitu peneliti
bertanya kepada responden kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa dan opini mereka mengenai peristiwa yang ada, 2 Terfokus, yaitu respoden diwawancarai
dalam waktu yang pendek, dan 3 Terstruktur, yaitu dengan menggunakan pertanyaan yang terstruktur. Teknik wawancara dilakukan kepada kelompok
masyarakat yang menjadi sampel untuk menggali informasi yang lebih mendalam mengenai saran atau keluhan masyarakat secara langsung terhadap
faktor-faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu Utara pada tahun 2014.
3.8 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu Utara pada tahun 2014 meliputi analisis deskriptif dan
Analytical Hierarchy Process AHP serta Expert Choice sebagai alat analisis data yang membantu memecahkan masalah berdasarkan AHP, . Secara jelasnya, teknik
yang digunakan antara lain sebagai berikut:
3.8.1 Alat Analisis Data
Program yang dapat digunakan sebagai alat analisis data dalam membantu memecahkan masalah berdasarkan AHP yaitu Expert Choice. Expert Choice
merupakan suatu program aplikasi yang dapat digunakan sebagai salah satu tool untuk membantu para pengambil keputusan.dalam menentukan keputusan yang
31 lebih efisien, analitis dan yang dapat dibenarkan. Expert Choice menawarkan
beberapa fasilitas mulai dari input data-data kriteria, dan beberapa alternatif pilihan, sampai dengan penentuan tujuan. Expert Choice mudah dioperasionalkan
dengan interface yang sederhana. Kemampuan lain yang disediakan adalah mampu melakukan analisis secara kuantitatif dan kualitatif sehingga hasilnya
rasional. Aplikasi area Expert Choice meliputi : a
Resource Allocation Alokasi Sumber Daya b
Vendor Selection Vendor Seleksi c
Strategic Planning Perencanaan Strategis d
HR Management Manajement SDM e
Risk Assessment f
Project Management Manajemen Proyek g
BenefitCost Analysis ManfaatBiaya Analisis
Software Expert Choice dapat menyediakan berbagai point dalam proses pengambilan keputusan, meliputi :
1 Struktur untuk seluruh proses pengambilan keputusan
2 Sebuah tool yang memfasilitasi kerjasama antara beberapa pihak yang
berkepentingan 3
Analisis pengambil keputusan 4
Meningkatkan komunikasi 5
Memberikan keputusan yang lebih cepat 6
Dokumentasi proses pengambilan keputusan 7
Sebuah konsesus keputusan
32 8
Keputusan akhir yang lebih baik dan dapat dibenarkan
3.8.2 Metode Analisis Data 1.
Analisis Deskriptif
Analisis ini memberikan gambaran tentang karakteristik tertentu dari data yang telah dikumpulkan. Data tersebut akan dianalisis sehingga menghasilkan
gambaran mengenai persepsi masyarakat terhadap faktor-faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu Utara pada tahun 2014. Analisis data
disajikan dalam bentuk tabulasi, gambar chart dan diagram. Prioritas alternatif terbaik dari total rangking yang diperoleh merupakan rangking yang dicari dalam
Analytical Hierarchy Process AHP ini. Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode Analytic Hierarchy Process AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus
dipahami.
2. Analytical Hierarchy Process AHP
Analisis ini digunakan untuk memberikan nilai bobot setiap faktor dan variabel dalam menghitung faktor-faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten
Labuhanbatu Utara pada tahun 2014. Proses pemberian bobot indikator dan sub- indikator variabel dilakukan dengan menggunakan Analitical Hierarchy Process
AHP melalui kuisioner untuk kelompok masyarakat yang sudah ditentukan sebelumnya dari berbagai latar belakang disiplin ilmu.
Metoda Analytical Hierrchy Process AHP awalnya dikembangkan oleh Prof. Thomas Lorie Saaty dari Wharton Business School sekitar tahun 1970.
Metode ini digunakan untuk mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam pemecahan suatu permasalahan. Dalam kehidupan sehari-hari,
33 seseorang senantiasa dihadapkan untuk melakukan pilihan dari berbagai alternatif.
Disini diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang telah dilakukan. Dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak
dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan multifaktor dan mencakup berbagai
jenjang maupun kepentingan.
Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan
yang diskrit maupun kontinu. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan
preferensi relatif. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan secara efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses
pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian- bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi
nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana
yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Analytical Hierarchy Process AHP dapat menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagiannya, serta
menjadikan variabel dalam suatu hirarki tingkatan. Masalah yang kompleks dapat diartikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak
multikriteria, struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari
34 pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta
ketidakakuratan data yang tersedia. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan
menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan dengan hasil yang menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas.
Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan
yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. Selain
itu AHP juga memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan di dalam dan di luar kelompok elemen
strukturnya. Analytical Hierarchy Process AHP mempunyai landasan aksiomatik yang
terdiri dari : 1.
Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan. Misalnya, jika A
adalah k kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1k kali lebih penting dari A.
2. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan
perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk dengan bola tenis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam
hal berat.
35 3.
Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan complete hierarchy walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna incomplete
hierarchy. 4.
Expectation, yang berarti menonjolkon penilaian yang bersifat ekspektasi dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data
kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif. Secara umum pengambilan keputusan dengan metode AHP didasarkan pada
langkah-langkah berikut : 1.
Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2.
Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria–kriteria dan alternaif–alternatif pilihan yang ingin di rangking.
3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing–masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan
pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam
matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom. 5.
Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data preferensi perlu diulangi. Nilai eigen
vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.
6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
36 7.
Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis
pilihan dalam penentuan prioritas elemen–elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR 0,15 maka
penilaian harus diulang kembali. Rasio Konsistensi CR merupakan batas ketidakkonsistenan inconsistency
yang ditetapkan Saaty. Rasio Konsistensi CR dirumuskan sebagai perbandingan indeks konsistensi RI. Angka pembanding pada perbandingan berpasangan
adalah skala 1 sampai 9, dimana : -
Skala 1 = Setara antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lainnya.
- Skala 3 = Kategori sedang dibandingkan dengan kepentingan lainnya.
- Skala 7 = Kategori amat kuat dibandingkan dengan kepentingan lainnya.
- Skala 9 = Kepentingan satu secara ekstrim lebih kuat dari kepentingan lainnya.
Adapun Prinsip-prinsip dasar metode AHP adalah sebagai berikut Saaty, 1990:
a. Decomposition
Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami kalau sistem tersebut dipecah menjadi berbagai elemen pokok, kemudian elemen-elemen tersebut
disusun secara hirarkis. Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang
terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan
37 karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu
sistem dengan suatu struktur tertentu. Pada tingkat tertinggi dari hirarki, dinyatakan tujuan, sasaran dari sistem yang dicari solusi masalahnya. Tingkat
berikutnya merupakan penjabaran dari tujuan tersebut. Suatu hirarki dalam metode AHP merupakan penjabaran elemen yang tersusun dalam beberapa
tingkat, dengan setiap tingkat mencakup beberapa elemen homogen. Sebuah elemen menjadi kriteria dan patokan bagi elemen-elemen yang berada di
bawahnya. Dalam menyusun suatu hirarki tidak terdapat suatu pedoman tertentu yang harus diikuti. Hirarki tersebut tergantung pada kemampuan penyusun dalam
memahami permasalahan. Namun tetap harus bersumber pada jenis keputusan yang akan diambil.
Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria yang dibentuk sesuai dengan tujuan permasalahan, maka kriteria-kriteria tersebut harus memiliki sifat-sifat berikut :
1 Minimum
Jumlah kriteria diusahakan optimal untuk memudahkan analisis. 2
Independen Setiap kriteria tidak saling tumpang tindih dan harus dihindarkan pengulangan
kriteria untuk suatu maksud yang sama. 3
Lengkap Kriteria harus mencakup seluruh aspek penting dalam permasalahan.
4 Operasional
Kriteria harus dapat diukur dan dianalisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan dapat dikomunikasikan.
38
b. Comparative Judgment
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan criteria di atasnya. Penilaian
ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh dalam menentukan prioritas dari elemen-elemen yang ada sebagai dasar pengambilan keputusan.
Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison.
Yang pertama dilakukan dalam menentapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu pengambilan keputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasangan,
yaitu membandingkan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarki. Dalam perbandingan
berpasangan ini, bentuk yang lebih disukai adalah matriks, karena matriks merupakan alat yang sederhana yang biasa dipakai, serta memberi kerangka untuk
menguji konsistensi. Rancangan matrik ini mencerminkan dua segi prioritas yaitu, mendominasi dan didominasi.
Misalkan terdapat suatu sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n alternatif dibawahnya, A
i
sampai A
n
. Perbandingan antar alternatif untuk sub sistem hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matriks n
× n, seperti pada tabel 3.2 dibawah ini :
39
Tabel 3.2 Matriks perbandingan berpasangan
C A
1
A
2
A
3
….. A
n
A
1
A
2
A
3
….. A
n
a
11
a
21
a
31
….. a
n1
a
12
a
22
a
32
….. a
n2
a
13
a
23
a
33
….. a
n3
… …
… …
… a
1n
a
2n
a
3n
….. a
nn
Nilai a
11
adalah nilai perbandingan elemen A
1
baris terhadap A
1
kolom yang menyatakan hubungan :
a. Seberapa jauh tingkat kepentingan A
1
baris terhadap kriteria C dibandingkan dengan A
1
kolom atau b.
Seberapa jauh dominasi A
1
baris terhadap A
1
kolom atau c.
Seberapa banyak sifat kriteria C terhadap A
1
baris dibandingkan dengan A
1
kolom. Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari
skala perbandingan yang disebut Saaty pada tabel 4. Apabila bobot kriteria A
i
adalah Wi dan bobot elemen Wj maka skala dasar 1-9 yang disusun Saaty mewakili perbandingan WiWj1. Angka-angka absolute pada skala tersebut
merupakan pendekatan yang amat baik terhadap perbandingan bobot elemen A
i
terhadap elemen A
j
.
40
Tabel 3.3 Skala penilaian perbandingan
Skala tingkat kepentingan
Definisi Keterangan
1 Sama pentingnya
Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama
3 Sedikit lebih penting
Pengalaman dan penilaian sedikit memihat satu elemen dibandingkan
dengan pasangannya
5 Lebih penting
Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan
dengan pasangannya
7 Sangat penting
Satu elemen sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat nyata
dibandingkan dengan elemen pasangannya
9 Mutlak lebih penting
Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai dibandingkan dengan
pasangannya, pada tingkat keyakinan yang tertinggi
2,4,6,8 Nilai tengah
Diberikan bila terdapat keraguan penilaian antara dua penilaian yang
berdekatan
Kebalikan A
ij
= 1A
ji
Bila aktivitas i memperoleh suatu angka bila dibandingkan dengan
aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan i
Sumber: Thomas L. Saaty 1991
Thomas L. Saaty menyusun angka-angka absolute sebagai skala penilaian berdasarkan kemampuan manusia untuk menilai secara kualitatif, yaitu melalui
ungkapan sama, lemah, amat kuat, dan absolute atau ekstrim. Penilaian yang dilakukan oleh banyak partisipan akan menghasilkan pendapat yang berbeda satu
sama lain. AHP hanya memerlukan satu jawaban untuk matriks perbandingan.
Jadi semua jawaban dari partisipan harus dirata-ratakan. Dalam hal ini Saaty memberikan metode perataan dengan rata-rata geometric atau geometric mean.
Rata-rata geometric dipakai karena bilangan yang dirata-ratakan adalah deret
41 bilangan yang sifatnya rasio dan dapat mengurangi gangguan yang ditimbulkan
salah satu bilangan yang terlalu besar atau terlalu kecil. Teori rata-rata geometric menyatakan bahwa jika terdapat n partisipan yang
melakukan perbandingan berpasangan, maka terdapat n jawaban atau nilai numerik untuk setiap pasangan. Untuk mendapatkan nilai tertentu dari semua nilai
tersebut, masing-masing nilai harus dikalikan satu sama lain kemudian hasil perkalian itu dipangkatkan dengan 1n. Secara sistematis dituliskan sebagai
berikut :
a
ij
= z
1
. z
2
. z
3
. …. z
n 1n
dengan : a
ij
= Nilai rata-rata perbandingan berpasangan kriteria A
i
dengan A
j
untuk n partisipan. Z
i
= Nilai perbandingan antara A
1
dengan A
i
untuk partisipan i, dengan nilai i = 1, 2, 3, …, n n =
Jumlah partisipan
c. Synthesis of Priority
Dari setiap matriks Pairwise Comparison kemudian dicari eigenvector dari setiap matriks Pairwise Comparison untuk mendapatkan local priority. Karena
matriks Pairwise Comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis di antara local priority.
Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen- elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority
setting.
42
d. Logical Consistency
Salah satu asumsi utama model AHP yang membedakannya dengan model - model pengambilan keputusan lain adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak.
Dengan model AHP yang memakai persepsi manusia sebagai inputnya maka ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam
menyatakan persepsinya secara konsisten terutama kalau harus membandingkan banyak kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka manusia dapat menyatakan
persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak. Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri didasarkan atas
eigenvalue maksimum. Dengan eigenvalue maksimum, inkonsistensi yang biasa dihasilkan matriks perbandingan dapat diminumkan.
Rumus dari indeks konsistensi adalah:
CI =
λ
maks
– n n – 1 Dengan :
CI = indeks konsistensi
λ
maks
= eigenvalue maksimum n
= orde maktrik
Dengan λ merupakan eigenvalue dan n ukuran matriks. Eigenvalue maksimum
suatu matriks tidak akan lebih kecil dari nilai n sehingga tidak mungkin ada nilai CI negatif. Makin dekat eigenvalue maksimum dengan besarnya matriks, makin
konsisten matriks tersebut dan apabila sama besarnya maka matriks tersebut konsisten 100 atau inkonsistensi 0. Dalam pemakaian sehari-hari CI tersebut
43 biasa disebut indeks inkonsistensi karena rumus di atas memang lebih cocok
untuk mengukur inkonsistensi suatu matriks. Indeks inkonsistensi di atas kemudian diubah dalam bentuk rasio inkonsistensi
dengan cara membaginya dengan suatu indeks random. Indeks random menyatakan rata-rata konsistensi dari matriks perbandingan berukuran 1 sampai
10 yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory dan kemudian dilanjutkan oleh Wharton School.
Tabel 3.4 Pembangkit Random RI
N 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 RI
0.58 0.9
1.12 1.24
1.32 1.41
1.45 1.49
CR = CIRI CR = Rasio konsistensi
RI = Indeks random
Selanjutnya konsistensi responden dalam mengisi kuesioner diukur. Pengukuran konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat ketidak konsistensinan
respon yang diberikan responden. Sato dalam Chow and Luk 2005 telah menyusun nilai CR Consistency Ration yang diizinkan adalah CR 0,15.
44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Labuhanbatu Utara 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Labuhanbatu Utara
Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan daerah otonom yang berada pada jalur lintas timur pulau Sumatera dengan jarak 225 km dari Medan, Ibukota
Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah wilayah pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu berdasarkan Undang-Undang No. 23
Tahun 2008 tanggal 21 Juli 2008 tentang pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Labuhanbatu Utara berada pada
ketinggian 0-700 m diatas permukaan laut. Kabupaten Labuhanbatu Utara memiliki wilayah seluas 354.580 Ha yang
terdiri dari 8 Kecamatan yaitu NA IX-X , Marbau, Aek Kuo, Aek Natas, Kualuh Selatan, Kualuh Hilir, Kualuh Hulu dan Kualuh Leidong, serta 8 Kelurahan yaitu
Aek Kota Batu, Aek Kanopan Timur, Aek Kanopan, Marbau, Gunting Saga, Kampung Masjid, Bandar Durian dan Tanjung Leidong. Kabupaten Labuhanbatu
Utara di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu, di sebelah Selatan
berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu dan Kabupaten Padang Lawas Utara, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten
Toba Samosir.
45
4.1.2 Kondisi Demografi Kabupaten Labuhanbatu Utara