28 Setiap elemen masyarakat yang dipilih menjadi sampel dalam penelitian ini
dianggap sebagai orang-orang yang memiliki “Information Rich” serta merupakan kelompok masyarakat yang dalam setiap profesi dan pekerjaannya telah terlibat
langsung atau merasakan dampak dari setiap variabel-variabel ekonomi yang menentukan tingkat daya saing ekonomi di daerah tersebut. Menentukan besarnya
responden dari setiap elemen masyarakat merupakan bentuk dari keputusan peneliti sendiri. Peneliti berhak menetapkan siapa saja yang menurutnya layak
menjadi responden sesuai dengan teknik purposive sampling yang diambil.
3.6 Metode Pengambilan Sampel
Prosedur pengambilan sampel atau responden dilakukan secara purposive sampling, yaitu dengan menentukan sampel atau responden yang dianggap dapat
mewakili segmen kelompok masyarakat yang dinilai mempunyai pengaruh atau banyak terlibat dalam peristiwa dan memiliki informasi penting yang diperlukan
dalam penelitian sebagai masyarakat yang merasakan dampak besar terkait daya saing ekonomi daerah. Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud
atau tujuan tertentu. Purposive sampling didasarkan pada suatu pertimbangan karakteristik tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-
sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Untuk dapat menggunakan teknik ini, peneliti harus benar-benar memahami populasi daerahnya.
29
3.7 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3.7.1 Jenis Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka jenis data yang digunakan adalah :
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama yang biasanya disebut dengan responden. Data atau informasi diperoleh melalui
pertanyaan tertulis dengan menggunakan kuesioner atau lisan dengan metode wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari sumber pertama melainkan dari instansi-instansi yang terkait dengan melakukan studi kepustakaan
terhadap bahan-bahan publikasi secara resmi, buku-buku, majalah-majalah serta laporan lain yang berhubungan dengan penelitian. Data ini biasanya digunakan
oleh para peneliti yang menganut paham pendekatan kualitatif.
3.7.2 Metode Pengumpulan Data
Sedangkan metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1.
Kuisioner
Kelompok masyarakat yang menjadi responden atau sampel dalam penelitian ini diberikan lembaran kuisioner. Kuisioner adalah daftar pertanyaan yang dibuat
berdasarkan indikator-indikator dari variabel penelitian yang harus direspon oleh responden. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi dari kelompok
30 masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian daya saing ekonomi Kabupaten
Labuhanbatu Utara. 2.
Wawancara Wawancara dapat dilakukan secara 1 Terbuka open-ended, yaitu peneliti
bertanya kepada responden kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa dan opini mereka mengenai peristiwa yang ada, 2 Terfokus, yaitu respoden diwawancarai
dalam waktu yang pendek, dan 3 Terstruktur, yaitu dengan menggunakan pertanyaan yang terstruktur. Teknik wawancara dilakukan kepada kelompok
masyarakat yang menjadi sampel untuk menggali informasi yang lebih mendalam mengenai saran atau keluhan masyarakat secara langsung terhadap
faktor-faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu Utara pada tahun 2014.
3.8 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu Utara pada tahun 2014 meliputi analisis deskriptif dan
Analytical Hierarchy Process AHP serta Expert Choice sebagai alat analisis data yang membantu memecahkan masalah berdasarkan AHP, . Secara jelasnya, teknik
yang digunakan antara lain sebagai berikut:
3.8.1 Alat Analisis Data
Program yang dapat digunakan sebagai alat analisis data dalam membantu memecahkan masalah berdasarkan AHP yaitu Expert Choice. Expert Choice
merupakan suatu program aplikasi yang dapat digunakan sebagai salah satu tool untuk membantu para pengambil keputusan.dalam menentukan keputusan yang
31 lebih efisien, analitis dan yang dapat dibenarkan. Expert Choice menawarkan
beberapa fasilitas mulai dari input data-data kriteria, dan beberapa alternatif pilihan, sampai dengan penentuan tujuan. Expert Choice mudah dioperasionalkan
dengan interface yang sederhana. Kemampuan lain yang disediakan adalah mampu melakukan analisis secara kuantitatif dan kualitatif sehingga hasilnya
rasional. Aplikasi area Expert Choice meliputi : a
Resource Allocation Alokasi Sumber Daya b
Vendor Selection Vendor Seleksi c
Strategic Planning Perencanaan Strategis d
HR Management Manajement SDM e
Risk Assessment f
Project Management Manajemen Proyek g
BenefitCost Analysis ManfaatBiaya Analisis
Software Expert Choice dapat menyediakan berbagai point dalam proses pengambilan keputusan, meliputi :
1 Struktur untuk seluruh proses pengambilan keputusan
2 Sebuah tool yang memfasilitasi kerjasama antara beberapa pihak yang
berkepentingan 3
Analisis pengambil keputusan 4
Meningkatkan komunikasi 5
Memberikan keputusan yang lebih cepat 6
Dokumentasi proses pengambilan keputusan 7
Sebuah konsesus keputusan
32 8
Keputusan akhir yang lebih baik dan dapat dibenarkan
3.8.2 Metode Analisis Data 1.
Analisis Deskriptif
Analisis ini memberikan gambaran tentang karakteristik tertentu dari data yang telah dikumpulkan. Data tersebut akan dianalisis sehingga menghasilkan
gambaran mengenai persepsi masyarakat terhadap faktor-faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Labuhanbatu Utara pada tahun 2014. Analisis data
disajikan dalam bentuk tabulasi, gambar chart dan diagram. Prioritas alternatif terbaik dari total rangking yang diperoleh merupakan rangking yang dicari dalam
Analytical Hierarchy Process AHP ini. Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode Analytic Hierarchy Process AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus
dipahami.
2. Analytical Hierarchy Process AHP
Analisis ini digunakan untuk memberikan nilai bobot setiap faktor dan variabel dalam menghitung faktor-faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten
Labuhanbatu Utara pada tahun 2014. Proses pemberian bobot indikator dan sub- indikator variabel dilakukan dengan menggunakan Analitical Hierarchy Process
AHP melalui kuisioner untuk kelompok masyarakat yang sudah ditentukan sebelumnya dari berbagai latar belakang disiplin ilmu.
Metoda Analytical Hierrchy Process AHP awalnya dikembangkan oleh Prof. Thomas Lorie Saaty dari Wharton Business School sekitar tahun 1970.
Metode ini digunakan untuk mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam pemecahan suatu permasalahan. Dalam kehidupan sehari-hari,
33 seseorang senantiasa dihadapkan untuk melakukan pilihan dari berbagai alternatif.
Disini diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang telah dilakukan. Dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak
dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan multifaktor dan mencakup berbagai
jenjang maupun kepentingan.
Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan
yang diskrit maupun kontinu. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan
preferensi relatif. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan secara efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses
pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian- bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi
nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana
yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Analytical Hierarchy Process AHP dapat menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagiannya, serta
menjadikan variabel dalam suatu hirarki tingkatan. Masalah yang kompleks dapat diartikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak
multikriteria, struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari
34 pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta
ketidakakuratan data yang tersedia. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan
menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan dengan hasil yang menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas.
Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan
yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. Selain
itu AHP juga memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan di dalam dan di luar kelompok elemen
strukturnya. Analytical Hierarchy Process AHP mempunyai landasan aksiomatik yang
terdiri dari : 1.
Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan. Misalnya, jika A
adalah k kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1k kali lebih penting dari A.
2. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan
perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk dengan bola tenis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam
hal berat.
35 3.
Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan complete hierarchy walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna incomplete
hierarchy. 4.
Expectation, yang berarti menonjolkon penilaian yang bersifat ekspektasi dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data
kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif. Secara umum pengambilan keputusan dengan metode AHP didasarkan pada
langkah-langkah berikut : 1.
Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2.
Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria–kriteria dan alternaif–alternatif pilihan yang ingin di rangking.
3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing–masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan
pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam
matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom. 5.
Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data preferensi perlu diulangi. Nilai eigen
vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.
6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
36 7.
Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis
pilihan dalam penentuan prioritas elemen–elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR 0,15 maka
penilaian harus diulang kembali. Rasio Konsistensi CR merupakan batas ketidakkonsistenan inconsistency
yang ditetapkan Saaty. Rasio Konsistensi CR dirumuskan sebagai perbandingan indeks konsistensi RI. Angka pembanding pada perbandingan berpasangan
adalah skala 1 sampai 9, dimana : -
Skala 1 = Setara antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lainnya.
- Skala 3 = Kategori sedang dibandingkan dengan kepentingan lainnya.
- Skala 7 = Kategori amat kuat dibandingkan dengan kepentingan lainnya.
- Skala 9 = Kepentingan satu secara ekstrim lebih kuat dari kepentingan lainnya.
Adapun Prinsip-prinsip dasar metode AHP adalah sebagai berikut Saaty, 1990:
a. Decomposition
Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami kalau sistem tersebut dipecah menjadi berbagai elemen pokok, kemudian elemen-elemen tersebut
disusun secara hirarkis. Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang
terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan
37 karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu
sistem dengan suatu struktur tertentu. Pada tingkat tertinggi dari hirarki, dinyatakan tujuan, sasaran dari sistem yang dicari solusi masalahnya. Tingkat
berikutnya merupakan penjabaran dari tujuan tersebut. Suatu hirarki dalam metode AHP merupakan penjabaran elemen yang tersusun dalam beberapa
tingkat, dengan setiap tingkat mencakup beberapa elemen homogen. Sebuah elemen menjadi kriteria dan patokan bagi elemen-elemen yang berada di
bawahnya. Dalam menyusun suatu hirarki tidak terdapat suatu pedoman tertentu yang harus diikuti. Hirarki tersebut tergantung pada kemampuan penyusun dalam
memahami permasalahan. Namun tetap harus bersumber pada jenis keputusan yang akan diambil.
Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria yang dibentuk sesuai dengan tujuan permasalahan, maka kriteria-kriteria tersebut harus memiliki sifat-sifat berikut :
1 Minimum
Jumlah kriteria diusahakan optimal untuk memudahkan analisis. 2
Independen Setiap kriteria tidak saling tumpang tindih dan harus dihindarkan pengulangan
kriteria untuk suatu maksud yang sama. 3
Lengkap Kriteria harus mencakup seluruh aspek penting dalam permasalahan.
4 Operasional
Kriteria harus dapat diukur dan dianalisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan dapat dikomunikasikan.
38
b. Comparative Judgment