1
I. PENDAHULUAN
Ikan nila BEST merupakan ikan nila varietas baru yang dikembangkan dari generasi ke-6 nila GIFT hasil evaluasi Balai Riset Perikanan Budidaya Perikanan
Air Tawar BRPBAT dalam kurun waktu 2004 - 2008 dan dilakukan di instansi penelitian Cijeruk. Permintaan ikan nila relatif besar yang ditunjukkan dengan
hasil panen yang hampir semuanya terserap oleh pasar, baik pasar domestik maupun pasar ekspor Deftriana 2010.
Pada pasar domestik permintaan ikan nila semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat mengkonsumsi ikan sebagai
sumber protein hewani. Kementrian Kelautan dan Perikanan KKP menargetkan produksi ikan nila tahun ini sebanyak 850.000 ton, jumlah tersebut naik dari tahun
2011 yaitu sebanyak 639.300 ton. Dari banyak strain ikan nila, nila BEST mempunyai ketahanan terhadap penyakit 140 lebih tinggi dibandingkan dengan
nila lokal Gustiano dan Arifin 2010. Transportasi ikan hidup dapat diartikan sebagai suatu tindakan
memindahkan ikan dalam keadaan hidup dari suatu tempat ke tempat lain yang di dalamnya diberi tindakan-tindakan untuk menjaga agar derajat kelangsungan
hidup ikan tetap tinggi hingga ke tempat tujuan. Sistem transportasi ikan dibagi menjadi dua, yaitu transportasi ikan sistem basah dan kering Wibowo 1993.
Pada transporasi sistem basah, media dituntut sama dengan tempat hidup ikan sebelumnya seperti air dan oksigen. Sistem basah terbagi atas dua metode yakni
metode terbuka dan metode tertutup Wibowo 1993.
Transportasi sistem basah tertutup yaitu air pada wadah pengangkut tidak
berhubungan langsung dengan udara. Sistem transportasi ini lebih menguntungkan, efesiensi penggunaan tempat, ikan yang diangkut lebih banyak,
dan dapat ditransportasikan hingga jarak yang jauh. Faktor yang berpengaruh penting pada transportasi ikan adalah tersedianya oksigen terlarut yang memadai.
Kemampuan ikan untuk mengkonsumsi oksigen dipengaruhi oleh toleransi terhadap stres, suhu, air, pH, konsentrasi CO
2,
dan sisa metabolisme lain seperti amoniak Junianto 2003.
2
Transportasi ikan terutama benih ikan biasanya dilakukan dengan menggunakan kepadatan tinggi untuk mengefisienkan biaya. Namun dalam
penanganannya, semakin padat ikan maka semakin tinggi tingkat stres pada ikan dan kondisi media air menjadi buruk sehingga resiko kematian dalam transportasi
semakin tinggi. Karena tingkat stres ikan yang tinggi dan kondisi media air transportasi yang menurun, maka dibutuhkan penambahan bahan penenang dan
bahan yang dapat menstabilkan kondisi kualitas air selama transportasi Charoendat et al. 2009. Amoniak merupakan hasil metabolisme ikan selama
transportasi, pada konsentrasi tertentu dapat menyebabkan kematian ikan. Swann 1993 menyatakan bahwa amoniak berbahaya terhadap ikan pada konsentrasi
0,2 L dan konsentrasi di atas 1,4
dapat menyebabkan kematian pada ikan selama transportasi, maka diperlukan cara untuk mengkontrol akumulasi
amoniak yang ada di dalam wadah transportasi. Permasalahan yang sering dihadapi oleh petani Indonesia dalam
pengiriman benih ikan nila adalah tingkat kelangsungan hidup yang rendah akibat ikan stres dan perubahan kualitas air selama transportasi, seperti O
2
dalam media air yang menurun, peningkatan CO
2
dan NH
3
. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan penelitian untuk meningkatkan efisiensi transportasi khususnya
untuk benih ikan nila BEST agar kematian bisa diminimalisir sehingga biaya transportasi lebih murah. Oleh karena itu diperlukan teknologi yang sesuai dan
tepat dengan tuntutan komoditi dan kondisi wilayah menggunakan sumberdaya lokal dan perbaikan teknologi Suparno et al., 1994.
Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yaitu transportasi ikan nila BEST ukuran 2-3 cm dengan lama transportasi 16 jam dengan dosis
zeolit 20 dan karbon aktif 10
dengan kepadatan benih ikan nila BEST yang berbeda, yaitu optimum pada kepadatan 700 ekorL menghasilkan tingkat
kelangsungan hidup 79 Handayani 2012. Simoes et al. 2011 melakukan penelitan transportasi ikan nila ukuran 3-5 cm dengan lama transportasi 24 jam
dan menambahkan minyak cengkeh 9 dalam transportasi tertutup dengan
kepadatan 50 ekorL menghasilkan tingkat kelangsungan hidup 98,67. Transportasi ikan patin ukuran 1,5 gram dengan kepadatan 150 ekorL dan
menambahkan zeolit 20 , karbon aktif 10
, garam 6 , dan minyak
3
cengkeh 5 ke dalam media transportasi menghasilkan SR 90 Pamungkas
2010. Transportasi dengan menambahkan zeolit 20 , karbon aktif 10
, garam 4
, dan minyak cengkeh 3 ke dalam media transportasi ikan
manvis ukuran 2 ekor dengan kepadatan 40 ekorL menghasilkan SR 93 Mahbub 2010. Oleh karena itu perlu diteliti lebih lanjut untuk transportasi benih
nila BEST dengan memberikan material tambahan seperti zeolit, karbon aktif, dan minyak cengkeh. Diharapkan material ini dapat memperbaiki dan
mempertahankan kualitas air selama proses transportasi, serta dapat menambah lama waktu transportasi. sehingga dapat meningkatkan efisiensi transportasi dan
meminimalisasi tingkat kematian ikan. Sifat zeolit sebagai adsorben dan penyaring molekul, dimungkinkan
karena struktur zeolit yang berongga, sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya.
Berdasarkan penelitian Ghozali 2007 dalam waktu satu jam zeolit yang berukuran 4060 mesh dengan berat 10 gram mampu menurunkan kandungan
TAN sampai 1,2 Karbon aktif mempunyai sifat adsorbtif terhadap suatu
larutan, gas, atau uap sehingga bahan tersebut dapat digunakan sebagai penjernih larutan, penghisap gas atau racun, dan penghilang warna. Sedangkan minyak
cengkeh mengkondisikan ikan dalam keadaan tenang sehingga tidak terlalu banyak aktivitas selama transportasi Mahbub 2010. Minyak cengkeh telah
terdaftar dalam kategori USFDA dan menjadi bahan umum yang dianggap aman karena memiliki karakteristik sebagai anestesi yang ideal, sehingga akan dianggap
sebagai pilihan untuk anestesi masa depan dalam akuakultur Charoendat et al. 2009. Minyak yang digunakan pada penelitian ini mengandung eugenol sebesar
61,77. Nemoto 1957 dalam Arfah dan Supriyono 2002 menyatakan bahwa
dengan pembiusan maka tingkat konsumsi oksigen ikan dan biota menjadi berkurang, laju produksi karbondioksida berkurang dan senyawa nitrogen yang
diekskresikan ikan ke dalam lingkungan pun dapat ditekan. Kondisi seperti inilah yang diharapkan dalam proses transportasi ikan. Respon yang diberikan ikan
selama mendapatkan perlakuan pembiusan akan berbeda bergantung pada tingkat pembiusan yang diberikan. Namun fase yang baik untuk transportasi adalah fase
4
pingsan, dimana reaktivitas ikan terhadap rangsangan luar tidak ada, kecuali dengan suatu tekanan dan pergerakan operkulum menurun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas zeolit 20 , karbon
aktif 10 , dan dosis minyak cengkeh yang berbeda
dalam mempertahankan kualitas air pada transportasi tertutup sehingga dapat meminimalisir tingkat
kematian ikan nila BEST yang diangkut selama 24 jam dan pascatransportasi.
5
II. METODELOGI