22
3.2 Pembahasan 3.2.1 Penelitian Pendahuluan
Hasil uji kemampuan puasa ikan menunjukkan bahwa benih ikan nila BEST dapat bertahan hidup hingga hari ke-7 tanpa pemberian pakan dengan
tingkat kelangsungan hidup sebesar 100. Dari hasil tersebut diketahui bahwa kematian ikan saat transportasi bukan disebabkan kelaparan tetapi karena faktor
lain seperti kualitas air. Hasil tersebut memberikan informasi bahwa benih ikan nila BEST dapat ditransportasikan selama 24 jam. Pemuasaan benih sebelum
perlakuan adalah lebih kurang selama 2 hari. Nilai tingkat konsumsi oksigen TKO ikan nila BEST dengan bobot rata-
rata 0,26 gram yaitu sebesar 2,95 mgO
2
.g
-1
.jam
-1
. Maka transportasi ikan nila BEST dengan kepadatan 700 ekorL diperkirakan konsumsi oksigen sebesar
12.885,6 mgO
2
Lampiran 1. Konsumsi oksigen ikan akan menurun seiring dengan meningkatnya bobot ikan. Nilai TKO berbeda-beda tergantung pada
spesies, ukuran, aktivitas, jenis kelamin, suhu, dan konsentrasi oksigen terlarut. Ikan yang memiliki bobot yang lebih kecil akan membutuhkan oksigen yang lebih
banyak dibandingkan ikan yang mempunyai bobot yang lebih besar karena ikan lebih kecil lebih banyak membutuhkan energi untuk pertumbuhan, aktivitas, dan
pembentukan jaringan baru Boyd 1990. Laju ekskresi ikan nila BEST dengan bobot rata-rata 0,26 gram yaitu
0,005 mgTAN.g
-1
.jam
-1
Lampiran 2. Maka diprediksi nilai TAN pada media transportasi dengan jumlah ikan sebanyak 700 ekor yang diangkut selama 24 jam
adalah sekitar 21,84 .
3.2.2 Penelitian Utama
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian transportasi ikan nila BEST ukuran 2-3 cm dengan lama transportasi 16 jam dengan dosis zeolit 20
dan karbon aktif 10 dengan kepadatan benih ikan nila BEST yang berbeda,
dimana kepadatan benih ikan nila BEST optimum pada kepadatan 700 ekorL menghasilkan tingkat kelangsungan hidup 79 Handayani 2012. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya Handayani 2012 yaitu adanya penambahan minyak cengkeh pada media transportasi. Adapun dosis yang
23
digunakan pada penelitian ini yaitu zeolit 20 , karbon aktif 10
dan minyak cengkeh 12
, 24 , 36
, dan 48 . Kepadatan tinggi
benih ikan nila BEST digunakan pada penelitian ini, untuk mengetahui efisiensi penambahan minyak cengkeh yang dilihat berdasarkan tingkat kelangsungan
hidup benih selama transportasi. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
kelangsungan hidup SR yang terbaik adalah perlakuan 24 yaitu mencapai
93,36. Sedangkan SR terendah terjadi pada perlakuan 36 yaitu 85,86
Tabel 3. Berdasarkan hasil pengamatan tingkat kelangsungan hidup selama transportasi benih ikan nila BEST diperoleh kematian mulai terjadi pada jam ke-8
sampai jam ke-24. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat metabolisme sehingga kualitas menurun seperti konsumsi oksigen yang tinggi, serta karbondioksida, dan
amoniak di dalam media transportasi. Penambahan bahan aktif ke dalam media mempengaruhi tingkat
kelangsungan hidup pada benih perlakuan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat diketahui bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan selama
transportasi dipengaruhi oleh kualitas air di dalam media dan adanya peran penambahan bahan ke dalam media yaitu zeolit, karbon aktif, dan minyak
cengkeh. Penambahan minyak cengkeh sebanyak 24 ke dalam media
transportasi memberikan hasil tingkat kelangsungan hidup SR yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya yaitu sebesar 93,36. Menurut
Swann 1993, penambahan bahan aditif dapat diberikan pada saat pengepakan ikan. Namun, dosis yang diberikan harus optimal karena dosis yang berlebih akan
mengakibatkan munculnya masalah pada saat perlakuan. Oleh sebab itu dibutuhkan pengukuran dosis yang tepat untuk setiap bahan aditif. Penambahan
minyak cengkeh pada media bertujuan untuk mengkondisikan ikan sehingga berada pada kondisi tenang atau tidak terlalu banyak aktivitas, sehingga laju
metabolisme tidak terlalu tinggi yang berdampak pada berkurangnya sisa metabolisme yang dihasilkan oleh ikan. Hal ini mengakibatkan kualitas air tetap
terjaga. Rendahnya konsentrasi NH
3
dari total amoniak nitrogen selama penelitian ini diakibatkan oleh suhu dan pH media air pengepakan yang rendah yaitu suhu
24
24-27
o
C dan pH 6,76-7,07. Selain itu, adanya daya serap zeolit dan karbon aktif terhadap amoniak. Menurut Effendi 2003 bentuk kandungan NH
3
dan NH
4 +
tergantung pada konsentrasi ion hidrogen pada air. Air dengan pH rendah memiliki ion hidrogen lebih banyak sehingga bentuk NH
4 +
lebih dominan. Jika pH meningkat di atas 7,2 maka jumlah ion hidrogen akan berkurang dan
mengakibatkan bentuk NH
3
lebih dominan. Peningkatan suhu air juga dapat menyebabkan meningkatnya NH
3
yang bersifat toksik sehingga dapat membahayakan ikan.
Suhu merupakan suatu variabel kualitas air yang sangat mempengaruhi variabel kualitas air yang lainnya Jensen 1990. Suhu yang meningkat akan
meningkatkan proses biokimia yang terjadi pada tubuh ikan. Sebaliknya, saat terjadi penurunan suhu, maka proses metabolisme dalam tubuh ikan mengalami
penurunan. Suhu dalam media pengepakan selama 24 jam berkisar 24-27
o
C. Fluktuasi tersebut masih dalam tidak membahayakan bagi kelangsungan hidup
ikan. Stickney 1979 dalam Mukti 2010 menyebutkan bahwa fluktuasi suhu yang membahayakan bagi ikan adalah 5
o
C dalam satu jam, sedangkan selama proses transportasi fluktuasi suhu harian hanya sebesar 1-2
o
C selama 4 jam. Derajat keasaaman pH selama perlakuan dari jam ke-0 hingga jam ke-24
relatif stabil untuk setiap perlakuan yaitu berkisar antara 6,76-7,07. Menurut Khairuman dan Amri 2003 derajat keasaman pH yang baik untuk ikan nila
berkisar 5-9, sehingga pH selama perlakuan masih dianggap memenuhi persyaratan ikan jenis ini.
Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut DO dalam media pengepakan menunjukkan DO semakin menurun seiring bertambahnya waktu.
Pada jam ke-24 dapat diketahui bahwa perlakuan 12 memiliki konsentrasi
DO tertinggi sebesar 2,8 mgO
2
, perlakuan 24 konsentrasi DO sebesar
2,2 mgO
2
, sedangkan pada perlakuan lainnya konsentrasi DO kurang dari 20 mgO
2
. Merkens dan Dwoning 1957 dalam Boyd 1990 menyebutkan bahwa ketika konsentrasi oksigen rendah maka toksisitas amoniak akan meningkat.
Kandungan oksigen terlarut yang baik untuk transportasi ikan harus lebih dari 2 mgO
2
L Pescod 1973 dalam Widiasto 2010. Selain itu Gomes et al. 2006 menyatakan bahwa konsentrasi DO di bawah 2
dapat menyebabkan
25
kematian sebagian besar ikan pada transportasi sistem tertutup. Konsentrasi DO yang terlalu rendah menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap kesehatan ikan
seperti anoreksia, stres pernafasan, hipoksia jaringan, ketidaksadaran, bahkan kematian Wedemeyer 1996.
Konsentasi TAN dari setiap perlakuan mengalami peningkatan konsentrasi seiring dengan bertambahnya waktu. Pada jam ke-24 dapat dilihat bahwa
konsentrasi TAN terendah pada perlakuan 12 sebesar 2,61
dan perlakuan 48
memiliki konsentrasi TAN tertinggi yaitu sebesar 2,95
. Peningkatan konsentrasi TAN di dalam media pengepakan disebabkan peningkatan laju metabolisme ikan pada media pengepakan. Frose
1986 dalam Mukti 2010 menerangkan peningkatan TAN dalam media pengepakan disebabkan tingginya laju metabolisme dalam proses transportasi tiga
kali lebih cepat dari metabolisme rutin. Salah satu cara untuk mengurangi konsentrasi amoniak adalah menggunakan zeolit dan karbon aktif, karena zeolit
dan karbon aktif ini mampu mengadsorbsi sejumlah amoniak dalam waktu tertentu Supriyono et al. 2007. Dalam waktu satu jam zeolit berukuran 4060
mesh dengan berat 10 gram mampu menurunkan kandungan TAN sampai 1,2
. Nilai CO
2
relatif berbanding lurus dengan kepadatan. Semakin padat ikan, nilai CO
2
semakin tinggi. Konsentrasi CO
2
dalam media air transportasi terus mengalami peningkatan dari jam ke-0 hingga jam ke-24. Pada jam ke-24
konsentrasi CO
2
tertinggi terdapat pada perlakuan 36 sebesar 59,93
, kemudian perlakuan 48
sebesar 50,34 dan perlakuan 12
dan 24
sebesar 39,93 . Nilai CO
2
yang tinggi disebabkan banyaknya zeolit dan karbon aktif tidak mampu menyerap banyaknya CO
2
yang ada di media air pengepakan. Menurut Setyawan 2003 selain dapat dipakai sebagai penyerap
ion NH
4 +
, Fe
+
, Mn
+
, zeolit juga dapat menyerap CO
2
dalam suatu perairan. Zeolit akan lebih aktif menyerap NH
4
di dalam media dibandingkan CO
2
karena NH
4
di dalam media lebih mudah berikatan dengan zeolit.
Menurut Berka 1986 dalam Pamungkas 2010 Kepadatan ikan dapat meningkatkan konsentrasi CO
2
saat transportasi, tetapi konsentrasi tersebut dapat ditoleransi jika ikan dalam keadaan tenang. Ikan dalam keadaan tenang
26
dipengaruhi adanya eugenol dalam minyak cengkeh. Hal ini sesuai dengan Ross dan Ross 2008 dalam Simoes et al. 2011
bahwa minyak cengkeh mengandung eugenol 70-79. Eugenol ini berfungsi sebagai bahan pemingsan. Kematian pada
perlakuan dapat dikatakan bahwa efektivitas bahan yang digunakan sebagai penenang telah berkurang. Hal ini dapat dilihat dari nilai DO yang semakin
menurun dan CO
2
yang semakin meningkat karena adanya aktivitas respirasi yang berarti aktivitas ikan kembali pada keadaan semula. Berka 1986 dalam
Pamungkas 2010 menambahkan bahwa nilai-nilai kritis untuk karbondioksida selama transportasi sistem tertutup tergantung pada spesies, namun bervariasi
antara 40 untuk spesies ikan di daerah bermusim, dan sampai dengan
140 untuk ikan tropis. Dalam hal ini ikan nila BEST termasuk ikan tropis.
Histologi adalah ilmu yang mempelajari struktur organ makhluk hidup secara terperinci beserta hubungan antar stuktur Bavelander 1998. Salah satu
keuntungan mempelajari histologi adalah mempermudah dalam mengamati kelainan atau abnormalitas tanda klinis yang dapat diketahui dari adanya
kerusakan pada organ yang diamati Nitimulyo et al. 1993. Insang merupakan organ respirasi pada ikan. Organ ini mempunyai peranan yang sangat penting
karena berfungsi untuk mengambil oksigen dari perairan. Tetapi organ ini juga merupakan bagian tubuh yang sangat rentan terhadap berbagai macam gangguan,
baik parasit, mikroorganisme patogen maupun perubahan lingkungan karena insang ini langsung bersentuhan dengan air. Komponen pernafasan insang terdiri
dari filamen atau lamela primer dan lamela sekunder. Insang merupakan organ respirasi utama dan vital pada ikan. Epitel insang ikan merupakan bagian utama
untuk pertukaran gas, keseimbangan asam basa, regulasi ion, dan ekskresi nitrogen. Hasil histologi menunjukkan bahwa terjadi abnormalitas pada insang
pada perlakuan 12 , 24
, 36 , dan 48
. Pada histologi insang ikan nila BEST pada perlakuan dosis minyak
cengkeh 12 , 24
, 36 , dan 48
setelah transportasi dan 24
dan 48 setelah pemeliharaan terdapat sel-sel yang darahnya
keluar dari pembuluh darahnya. Berdasarkan pengamatan ini maka dapat disimpulkan bahwa jaringan tersebut terdapat hemoragi. Hemoragi merupakan
keluarnya darah dari pembuluh darah dan banyak terdapat di kulit, membran
27
mukosa, di dalam rongga-rongga yang mengandung serous atau diantara sel-sel jaringan atau organ. Darah keluar dari pembuluh darah karena adanya lubang pada
dinding atau darah menerobos dinding yang utuh karena peningkatan porositas dari pembuluh darah tersebut Ersa 2008.
Edema adalah suatu akumulasi cairan yang abnormal di dalam rongga- rongga tubuh atau di dalam ruang-ruang interstitial dari jaringan dan organ yang
dapat mengakibatkan kebengkakan. Edema ditandai oleh adanya cairan kuning di dalam rongga abdominal atau material encerberair, seperti gelatin di dalam
jaringan. Kondisi-kondisi ini dapat dihubungkan dengan bahan-bahan toksik kimia, virus, bakteri dan penyakit parasitik. Kerusakan mekanis atau penyakit
dapat mempengaruhi ikan terhadap infeksi lebih lanjut karena edematos menyediakan suatu medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri, kekurangan
sumber energi yang mengganggu metabolisme, pemanasan mekanik atau dapat disebabkan oleh luka akibat listrik, akumulasi substansi yang abnormal di dalam
sel-sel yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau patogen-patogen seperti parasit dan toksin yang dihasilkan atau oleh bahan kimia beracun, ketidakseimbangan
nutrisi dan zat-zat iritan yang ringan Ersa 2008. Pada histologi insang ikan nila BEST setelah pemeliharaan dengan dosis minyak cengkeh 36
terlihat adanya edema.
Teleangiektasis adalah membengkaknya pembuluh darah pada insang ikan dan mirip dengan aneurisma pada hewan vertebrata tingkat tinggi. Teleangiektasis
merupakan suatu kondisi yang reversibel dan pasif. Teleangiektasis dapat disebabkan oleh kerusakan mekanis, bahan toksik, virus, bakteri, toksin-toksin,
parasit-parasit dan dalam beberapa kasus defisiensi nutrisi Plumb 1994 dalam Ersa 2008. Apabila banyak terjadi Teleangiektasis lamela, maka fungsi
pernapasan dapat terganggu, terutama pada temperatur tinggi, tingkat oksigen terlarut yang rendah, dan kebutuhan akan oksigen metabolik tinggi dari normal
Robert 2001. Teleangiektasis dapat dilihat pada histologi ikan dengan dosis minyak cengkeh 24
setelah transportasi dan 48 setelah
pemeliharaan. Hiperplasia merupakan penambahan dari suatu bagian tubuh atau organ
karena adanya peningkatan dalam jumlah sel-sel. Satu bentuk hiperplasia pada
28
ikan ditandai oleh meningkatnya ketebalan dari epitel lamela insang karena infeksi atau iritasi ringan yang berkelanjutan Robert 2001. Hiperplasia terjadi
pada tingkat iritasi yang lebih rendah dan biasanya disertai peningkatan jumlah sel-sel mukus di dasar lamela dan mengakibatkan fusi dari lamela Robert 2001.
Histologi pada perlakuan penambahan minyak cengkeh dengan dosis 12 ,
36 , dan 48
pada saat transportasi dan pascatransportasi ditemukan hiperplasia.
Fusi lamela merupakan level kerusakan cukup parah, karena fusi lamela merupakan kerusakan tahap lanjutan dari kerusakan hiperplasia. Histologi insang
ikan pada dosis minyak cengkeh 12 , 36
, dan 48 setelah
pemeliharaan menunjukkan kejadian fusi lamela insang ikan nila BEST setelah pemeliharaan 7 hari. Fusi lamela dapat menyebabkan ruang antar lamela sekunder
penuh dengan sel-sel baru dan memicu terjadinya perlekatan kedua sisi lamela sekunder Perry 1997.
Robert 2001 dalam Ersa 2008 menyatakan bahwa myxospora merupakan parasit kulit dan insang yang paling umum menginfeksi ikan air laut
dan ikan air tawar. Banyak spesies dari myxospora telah teridentifikasi, tetapi hanya beberapa spesies yang bersifat patogen. Beberapa jenis myxospora pada
umumnya membentuk plasmodia di dalam lamela insang dan lainnya di filamen insang Molnar 2002 dalam Ersa 2008. Pada insang infeksi tipe ini
kemungkinannya disebabkan oleh protozoa myxospora. Plasmodia banyak berkembang di dalam epitel lapisan lamela insang, yaitu diantara 2 lamela yang
bersebelahan. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila BEST yang dipelihara
pascatransportasi selama 7 hari memiliki nilai SR 100. SR selama pemeliharaan untuk semua perlakuan cukup baik yaitu di atas 80 sesuai SNI 01-6483.2-2000
BSN 2000. Hal ini diduga adaptasi pemeliharaan ikan nila BEST yang cepat dimana dilakukan pergantian air secara intensif sehingga kandungan bahan-bahan
saat pengepakan yang masuk ke dalam perairan menjadi terlarut dan hilang. Laju pertumbuhan harian yang paling tinggi dari semua perlakuan adalah
perlakuan 24 sebesar 8,74. Kemudian pada perlakuan 48
, 36
, dan 12 sebesar 8,60, 8,18, dan 7,16. Nilai laju
29
pertumbuhan ini berhubungan dengan konsumsi pakan benih dan kondisi ikan pascatransportasi.
Berdasarkan analisa usaha transportasi benih nila BEST dengan kepadatan 700 ekorL diperoleh biaya produksi yang paling rendah yaitu pada perlakuan
24 sebesar Rp. 47,70 ekor Tabel 4. Hal ini disebabkan pada perlakuan
24 memiliki SR yang tinggi, sehingga biaya produksi menjadi rendah.
Semakin banyak benih ikan yang bertahan hidup maka semakin murah pula biaya pengiriman dan semakin banyak keuntungan yang diperoleh.
Apabila penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, mengenai transportasi sistem tertutup dengan zeolit dan karbon aktif dengan
perlakuan ikan yang sama dan ukuran yang sama, penelitian ini lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari SR, penelitian ini memiliki SR tertinggi yaitu 93,36,
sedangkan penelitian Handayani 2012 memiliki SR 78, selain itu lama transportasi ikan dapat mencapai 24 jam. Penelitian ini juga lebih menguntungkan
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya apabila dilihat dari segi biaya.
30
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Penambahan zeolit 20 , karbon aktif 10
, dan minyak cengkeh pada media transportasi ikan nila BEST efektif untuk kepadatan 700 ekorL. Hasil
terbaik diperoleh pada penambahan minyak cengkeh sebanyak 24 dengan
tingkat kelangsungan hidup ikan sebesar 93,36. Nilai SR pemeliharaan benih pascatransportasi selama 7 hari senilai 100 dengan laju pertambahan bobot
harian terbesar yaitu sebesar 8,74. Biaya produksi paling rendah terdapat pada perlakuan 24
sebesar Rp. 47,70 ekor.
4.2 Saran
Transportasi ikan nila BEST sebaiknya dilakukan dengan penambahan zeolit 20
, karbon aktif 10 , dan minyak cengkeh 24
pada transportasi sistem tertutup ikan nila BEST ukuran 2-3 cm dengan kepadatan
700 ekorL selama 24 jam. Disarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan pencampuran garam dan minyak cengkeh sehingga dapat mempertahankan tingkat
kelangsungan hidup benih ikan nila BEST pada kegiatan transportasi tertutup dan lama waktu transportasi lebih dari 24 jam.