Pengelolaan Tarsius dan Implikasi Terhadap Kelestarian

5.3. Pengelolaan Tarsius dan Implikasi Terhadap Kelestarian

5.3.1. Ancaman terhadap kelestarian

Selama penelitian, ada beberapa hal yang berpotensi mengancam kelestarian habitat tarsius yang terdiri dari kegiatan manusia dan gejala alam. Kegiatan manusia yang dapat menganggu kelestarian habitat tarsius di antaranya adalah pengambilan nira yang menjadi profesi sebagian penduduk desa. Kegiatan ini dapat mengganggu tarsius yang bersarang di pohon tersebut sehingga tarsius akan mencari tempat lain untuk dijadikan sarang. Namun, kegiatan ini belum sampai mengganggu populasi tarsius tersebut. Selain gangguan dari manusia, gejala alam yang berpotensi dapat mengganggu habitat tarsius adalah angin kencang yang terjadi pada saat musim peralihan musim hujan ke musim kemarau sampai awal musim kemarau. Angin ini dapat menyebabkan robohnya tanaman terutama yang masih berada pada tingkat pancang yang cukup banyak ditemukan di lokasi hutan sekunder Tombolo. Namun, perusakan habitat secara sengaja yang dilakukan oleh warga sekitar desa Tompobulu dan dapat mengganggu kelestarian populasi sampai saat ini tidak ada. Bahkan, warga desa dapat hidup berdampingan dengan tarsius. Hal ini terbukti dari banyaknya tarsius yang ditemukan di sekitar kawasan perumahan penduduk baik di pekarangan maupun di kebun dan pinggir sawah. Kegiatan illegal logging atau penebangan pohon secara ilegal juga tidak dilakukan warga setempat karena adanya peraturan desa yang dibuat oleh kepala desa yang melarang kegiatan tersebut. Walaupun sebagian besar masyarakat usia lanjut tidak mengetahui dampak ekologi dari illegal logging, namun mereka berpegang pada peraturan yang dibuat oleh kepala desanya tersebut. Sedangkan pemuda desa sebagian besar telah tergabung dalam kelompok pemuda “Dentong” telah mengetahui dampak dari perusakan hutan setelah penyuluhan yang dilakukan oleh pihak Taman Nasional. Kelompok pemuda yang bergerak di bidang ekowisata ini mengerti bahwa untuk mengembangkan ekowisata di daerahnya dibutuhkan upaya untuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam yang menjadi modal utama dari ekowisata. Keadaan ini sangat berbeda dengan habitat tarsius yang berada di Resort Pattunuang, TN Babul. Di daerah ini keberadan tarsius terancam akibat lokasi ini merupakan salah satu lokasi wisata baik wisata massal maupun wisata minat khusus. Selain itu, adanya pemburu dari masyarakat lokal yang tidak mengetahui manfaat ekologi dari tarsius juga mengancam keberadaan tarsius. Menurut masyarakat setempat, saat ini tarsius lebih sulit ditemukan karena vegetasi bambu yang menjadi lokasi sarang tarsius didaerah ini telah banyak berkurang akibat banyaknya masyarakat setempat yang mengambil bambu dari hutan.

5.3.2. Pengelolaan

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pengelolaan tarsius di resort Balocci dan sebagian besar wilayah TN Babul baru berjalan pada tahap survei lokasi penemuan tarsius. Pada awal bulan Juli, pihak pengelola telah melakukan survei lokasi tarsius di daerah resort Balocci dan beberapa resort lain yang berada di wilayah SPTN 1 TN Babul. Rencananya kegiatan ini akan terus berjalan sampai akhir tahun. Namun, perlindungan khusus terhadap habitat tarsius seperti pengelolaan habitat sampai saat ini belum dilakukan secara optimal dikarenakan kegiatan perlindungan masih dilakukan ke aspek lain. Penelitian khusus yang membahas mengenai tarsius di dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung lebih banyak dilakukan di Pattunuang dan Bantimurung. Sedangkan di lokasi lain lebih ditujukan kepada seluruh keanekaragaman jenis baik flora maupun fauna. Penelitian mengenai tarsius ini dilakukan oleh beberapa peneliti baik dari luar negeri maupun peneliti dalam negeri. Penelitian secara berkala mengenai ekologi tarsius telah dilakukan secara berkala sejak tahun 2009 oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Makassar. Pada tahun 2009, penelitian dilakukan di daerah Pattunuang, sedangkan tahun 2010 dilakukan di daerah Bantimurung. Sedangkan tahun 2011 dilakukan penelitian mengenai perilaku tarsius secara umum di daerah Pattunuang. Semua penelitian ini ditujukan demi kelestarian tarsius.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Perbandingan Keanekaragaman Jenis Herpetofauna antara TWA Bantimurung dengan TWA Pattunuang di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Sulawesi Selatan

0 4 15

Pengelolaan Taman Kupu-Kupu di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Maros Sulawesi Selatan

1 5 48

Pengaruh Kegiatan Wisata Terhadap Karakteristik Biofisik Ekosistem Gua Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung

1 7 27

Model Kesesuaian Habitat Tarsius (Tarsius Sp) Di Hutan Lambusango Pulau Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

2 19 65

STUDI VEGETASI PADA HABITAT TARSIUS (Tarsius Sp.) DI DESA KAMARORA KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU | Ekawati | Jurnal Warta Rimba 1955 5713 1 PB

0 1 7

KARAKTERISTIK FISIK HABITAT TARSIUS (Tarsius dentatus) DI KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU | Krisnatalia | Jurnal Warta Rimba 1944 5669 1 PB

1 1 10

KARAKTERISTIK BIOFISIK HABITAT TARSIUS (Tarsius pumilus) DI GUNUNG ROREKATIMBU KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU SULAWESI TENGAH | Sandego | Jurnal Warta Rimba 3570 11227 1 PB

0 1 10

ANALISIS STAKEHOLDER PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG, PROPVINSI SULAWESI SELATAN (Stakeholder Analysis of Bantimurung Bulusaraung National Park Management, South Sulawesi Province) | Kadir | Jurnal Manusia dan Lingkungan 18470 37083 1 P

0 0 11

ANALISIS KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG, PROVINSI SULAWESI SELATAN (Socio-Economic Analysis of Community Around Bantimurung Bulusaraung National Park, South Sulawesi Province) | Kadir | Jurnal Manusia dan

0 0 11

Pusat Penelitian dan Pengembangan Koservasi dan Rahabilitasi, Jl Gunung Batu No 5 Bogor. Telp. (0251) 8633234 ABSTRACT - PERILAKU HARIAN TARSIUS DALAM KANDANG DI PATUNUANG, TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG

0 1 14