Iklim Bantimurung termasuk tipe iklim C Schmidth-Ferguson dengan iklim basah berlangsung selama delapan bulan, yaitu Oktober - Mei, bulan kering
selama tiga bulan, yaitu Juli - September dan bulan lembap berlangsung pada bulan Juni. Suhu udara rata-rata berkisar 26,5
- 27,8 °C dan kelembaban udara berkisar 66 - 87 Mustari 2007. Kecepatan angin rata-rata 3 knot dan
maksimum 20 knot.
3.4. Kondisi Biologi
Kawasan hutan pada Kelompok Hutan Bantimurung-Bulusaraung merupakan ekosistem karst Maros - Pangkep. Kawasan ini memiliki berbagai
jenis flora, antara lain bintangur Calophyllum sp., beringin Ficus sp., nyatoh Palaquium obtusifolium, lontar Borassus flabellifer dan kayu hitam Diospyros
celebica. Berbagai jenis satwaliar yang khas dan endemik Sulawesi dapat ditemukan
di TN Babul, diantaranya yaitu monyet hitam Macaca maura, kuskus sulawesi Strigocuscus celebensis, kuskus beruang Ailurops ursinus dan musang
sulawesi Macrogalidia musschenbroeckii. Jenis mamalia lain yang ditemukan diantaranya yaitu rusa timor Rusa timorensis serta berbagai jenis kelelawar buah
maupun kelelawar goa. Jenis burung yang ditemukan diantaranya yaitu julang sulawesi
Rhyticeros cassidix, kangkareng sulawesi Penelopides exarhatus, kakatua jambul-kuning Cacatua sulphurea, punai Treron sp., serta ayam hutan Gallus
gallus. Berbagai jenis reptili yang ada yaitu ular sanca Python reticulatus, ular daun, biawak Varanus salvator dan kadal terbang. Selain itu, terdapat berbagai
jenis kupu-kupu, diantara jenis yang terkenal adalah Papilio blumei, Papilio satapses, Troides halipton, Troides Helena dan Graphium androcles.
3.5. Keadaan Sosial - Ekonomi dan Budaya
Kawasan TN Babul berada di dalam tiga wilayah administrasi kabupaten, 10 wilayah administrasi kecamatan dan 40 wilayah administrasi kelurahandesa.
Masyarakat yang bermukim di sekitar taman nasional selain bekerja sebagai petani, peternak dan pedagang, sebagian juga menggantungkan hidupnya dari
hasil hutan. Akan tetapi, umumnya masyarakat menggantungkan hidupnya pada usaha persawahan dan pertanian lahan kering.
Masyarakat sekitar kawasan TN Babul didominasi oleh etnis Bugis dan Makassar. Dalam komunikasi sehari-hari mereka menggunakan bahasa Bugis dan
Makassar, akan tetapi keduanya dapat saling berkomunikasi dan saling mengerti kedua jenis bahasa tersebut. Adat istiadat yang mereka laksanakan dalam
kehidupan sehari-hari pun sangat dipengaruhi oleh kedua etnis tersebut. Mayoritas masyarakat kawasan ini menganut agama Islam.
3.6. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Lokasi pengamatan yaitu desa Tompobulu, merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Resort Balocci, Seksi Pengelolaan Taman Nasional SPTN
Wilayah I Pangkep, TN Babul. Keberadaan tarsius diidentifikasi tersebar di lokasi ini, baik daerah yang merupakan pemukiman penduduk dan di dalam wilayah
hutan sekunder. Tompobulu yang terletak di kaki Gunung Bulusaraung merupakan daerah yang memiliki aksesibilats relatif mudah. Lokasi ini dapat
ditempuh dengan menggunakan transportasi darat kendaraan roda dua ataupun roda empat dengan waktu kira-kira 3 jam dari Kota Makassar.
Desa Tompobulu telah dicanangkan sebagai salah satu desa konservasi. Selain itu, desa ini juga merupakan salah satu daerah tujuan ekowisata yang
banyak dikunjungi oleh turis lokal dan mancanegara karena merupakan gerbang masuk menuju puncak Bulusaraung yang merupakan puncak tertinggi di TN
Babul. Masyarakat desa Tompobulu didominasi oleh etnis Bugis Pangkep tetapi, dalam keseharian mereka menggunakan bahasa campuran bugis dan makassar
yang biasa disebut bahasa Dentong.
BAB IV METODE PENELITIAN