Alat Pendidikan Gizi Analisis keragaan usaha kesehatan sekolah dan penyelenggaraan pendidikan gizi di sekolah serta hubungannya dengan tingkat pengetahuan gizi siswa SMP negeri kota Depok

dengan sasaran yang besar masal atau kelompok lebih dipilih untuk mencapai tujuan pendidikan gizi yang dilakukan. Konseling gizi dilakukan di 46,2 sekolah. Kegiatan konseling ini biasa dilakukan oleh guru, terutama guru BKBP dan pendidik sebaya yang tergabung dalam ekskul PMR atau PC, setelah sebelumnya menerima pelatihan terkait materi gizi. Adapun praktek langsung dengan pemanfaatan kebun sekolah sebagai upaya pendidikan dan perbaikan gizi siswa dilakukan hanya di 23,1 sekolah. Sekolah yang melakukan praktek langsung tersebut melibatkan partisipasi aktif siswa dalam membuat kebun sekolah, sehingga selain siswa belajar menanam juga mengetahui sumber makanan yang baik bagi kesehatan.

c. Alat Pendidikan Gizi

Alat pendidikan yang dapat berupa alat peraga sebagai sarana penyampaian materi sangat penting sehingga materi yang disampaikan dapat lebih dipahami oleh sasaran. Alat mengajar sendiri didefinisikan sebagai alat untuk membantu memperluas atau mempertinggi efektifitas dari suatu metode dan teknik mengajar. Guhardja 1979 membagi alat mengajar menjadi empat golongan, yaitu alat-alat ilustrasi yang biasa digunakan saat ceramah, alat-alat penyebar, alat-alat lingkungan dan alat-alat praktek. Adapun alat yang digunakan dalam pendidikan gizi melalui UKS dapat ditampilkan dalam Tabel 22 sebagai berikut, Tabel 22 Sebaran sekolah berdasarkan alat pendidikan gizi yang digunakan di sekolah Alat peraga pendidikan gizi n Postergambar 8 61,5 Madingkording 2 15,4 Buku bacaan 12 92,3 Kartu menuju sehat KMS 2 15,4 Power point PPT 10 76,9 Brosur 3 23,1 Film 2 15,4 Pendidikan gizi dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media atau alat peraga. Buku bacaan merupakan alat yang paling banyak digunakan sekolah untuk menyampaikan materi gizi, yaitu sebanyak 92,3. Buku merupakan salah satu sumber daya yang dimiliki sekolah. Proses pendidikan bagi siswa tak lepas dari peranan buku. Heneman dkk 2008 dalam penelitiannya menggunakan metode Reading Across My Pyramid RAMP. Pendidikan gizi yang dilakukan dengan metode ini disesuaikan dengan kurikulum dan sumber daya yang ada di sekolah, yaitu keharusan siswa untuk membaca atau dengan kata lain menggunakan buku sebagai media pendidikan gizi. Hal ini terbukti efektif, walaupun tidak terlalu signifikan, akan tetapi terdapat kecenderungan meningkatnya pengetahuan siswa terkait dengan konsumsi pangan dan aktivitas fisik yang baik. Penggunaan slide presentasi PPT juga dirasa lebih praktis digunakan oleh 76,9 sekolah. Poster atau gambar digunakan sebagai alat peraga di 61,5 sekolah. Berdasarkan ketiga komponen belajar yang telah disebutkan di atas, keragaan penyelenggaraan pendidikan ini dibagi menjadi tiga kategori. Umumnya penyelenggaraan pendidikan gizi yang dilakukan di sekolah tergolong pada kategori baik, yaitu sebesar 61,5 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 23. Jumlah skor rata-rata yang kurang dari 60 mengindikasikan belum optimalnya proses pendidikan gizi yang dilakukan di setiap sekolah. Tabel 23 Statistik dan sebaran sekolah berdasarkan keragaan penyelenggaraan pendidikan gizi di sekolah Kategori n Cukup Baik 4 30,8 Baik 8 61,5 Sangat Baik 1 7,7 Total 13 100,0 Rataan ± simpangan baku 50,5 ± 3,5 Sebaran data sekolah yang ditampilkan pada Tabel 24 menunjukkan bahwa sekolah yang menyelenggarakan pendidikan gizi dengan sangat baik cenderung menggunakan teknik pendidikan yang beragam dengan melibatkan sangat banyak pihak sebagai pelaksana pendidikan serta menggunakan alat peraga sebagai alat penyampai pesan gizi yang sangat beragam. Selain itu sekolah dengan keragaan penyelenggaraan pendidikan gizi yang baik, memiliki persentase terbesar telah menggunakan teknik pendidikan yang sangat beragam 100 dan menggunakan alat pendidikan gizi yang sangat beragam pula 80, serta telah melibatkan pendidik dalam kategori jumlah yang banyak 83,3. Sedangkan sekolah dengan kategori cukup baik, pada komponen belajar yang diterapkan juga masih tergolong cukup. Teknik pendidikan sebagian besar terkategori cukup beragam 40, dengan pelibatan pendidik gizi yang juga cukup banyak 60, serta alat pendidikan yang cukup beragam 75. Tabel 24 Sebaran sekolah berdasarkan keragaan penyelenggaraan pendidikan gizi dan tiga komponen belajar Komponen belajar Penyelenggaraan pendidikan gizi Total Cukup baik Baik Sangat baik n n n n Teknik pendidikan gizi Cukup beragam 2 40,0 3 60,0 0,0 5 100,0 Beragam 2 28,6 4 57,1 1 14,3 7 100,0 Sangat beragam 0,0 1 100,0 0,0 1 100,0 Pendidik gizi Cukup banyak 3 60,0 2 40,0 0,0 5 100,0 Banyak 1 16,7 5 83,3 0,0 6 100,0 Sangat banyak 0,0 1 50,0 1 50,0 2 100,0 Alat pendidikan gizi Cukup beragam 3 75,0 1 25,0 0,0 4 100,0 Beragam 1 25,0 3 75,0 0,0 4 100,0 Sangat beragam 0,0 4 80,0 1 20,0 5 100,0 Tingkat Pengetahuan Gizi Siswa Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali kandungan gizi makanan serta kegunaan zat gizi tersebut dalam tubuh. Pengetahuan gizi ini mencakup proses kognitif yang dibutuhkan untuk menggabungkan informasi gizi dengan perilaku makan, agar struktur pengetahuan yang baik tentang gizi dan kesehatan dapat dikembangkan. Pengetahuan gizi seseorang juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan bisa menggambarkan kemampuan kognitif dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka semakin luas tingkat pengetahuan seseorang Emilia 2008. Pengukuran pengetahuan gizi siswa yang dilakukan menggunakan salah satu dari lima konsep perilaku gizi remaja yang dikemukakan oleh Emilia 2008, dimana pertanyaan yang diajukan terkait akan konsep dasar gizi. Pertanyaan yang banyak dijawab salah oleh siswa terkait konsep dasar gizi adalah mengenai makanan sumber zat besi dan jenis vitamin yang larut dalam air. Pertanyaan ini masing-masing dijawab dengan benar sebanyak 38,5 dan 48,1 siswa. Pertanyaan tentang protein sebagai zat gizi yang berperan sebagai zat pembangun dan pengatur hanya dapat dijawab benar oleh 59,6 siswa. Pertanyaan kurangnya zat besi dapat menimbulkan anemia juga dijawab benar dengan persentase rendah 53,8. Selain itu pertanyaan rentang usia dapat terjadinya gangguan obesitas hanya dijawab benar oleh 53,8 Tabel 25. Tabel 25 Persentase siswa yang menjawab benar terkait konsep perilaku gizi No. Pertanyaan lima konsep perilaku gizi n Konsep dasar Gizi 1 Istilah lain dari gizi 50 96,2 2 Pengertian ilmu gizi 51 98,1 3 Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh 50 96,2 4 Zat gizi yang berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur 31 59,6 5 Bahan makanan sumber protein hewani 50 96,2 6 Bahan makanan sumber karbohidrat 37 71,2 7 Zat gizi yang dapat digunakan sebagai sumber energi 41 78,8 8 Makanan sumber serat 50 96,2 9 Fungsi vitamin 51 98,1 10 Bahan makanan sumber vitamin 49 94,2 11 Vitamin yang larut air 25 48,1 12 Struktur jaringan tubuh yang diperkuat oleh Vitamin D dan Ca dapat memperkuat 39 75,0 13 Makanan sumber zat besi 20 38,5 14 Penyakit akibat kekurangan zat besi 28 53,8 15 Susunan menu makanan yang bergizi seimbang 50 96,2 16 Penyakit akibat konsumsi makanan dan minuman yang tidak bersih 51 98,1 17 Periode usia dimana fungsi pertumbuhan masih berlangsung 39 75,0 18 Periode usia dapat terjadinya gangguan obesitas 28 53,8 19 Penyimpanan zat gizi dalam tubuh akibat konsumsi energi yang berlebihan 39 75,0 20 Banyaknya air yang sebaiknya diminum setiap hari 47 90,4 Hal ini mengindikasikan kurangnya pengetahuan gizi siswa terkait aplikasi pemanfaatan zat gizi dalam tubuh untuk kehidupan keseharian. Rendahnya pengetahuan siswa terkait informasi anemia gizi besi, yang ditunjukkan dengan rendahnya persentase pertanyaan mengenai zat besi dan anemia yang dijawab benar, dapat menjadi salah satu kecenderungan masih banyaknya kasus anemia gizi besi di usia remaja. Depkes 2007 menyebutkan prevalensi anemia defisiensi besi pada anak usia sekolah di Indonesia sebesar 47,5 dan 57,5 terjadi pada anak usia 10-14 tahun yang rata-rata merupakan usia anak sekolah lanjutan tingkat pertama. Anak usia sekolah lanjutan, yang merupakan periode remaja sangat membutuhkan pengetahuan gizi yang baik dalam upaya mencegah terjadinya berbagai masalah gizi dan kesehatan di kemudian hari. Remaja umumnya menyukai sesuatu yang baru dan mudah terpengaruh oleh lingkungannya sehingga cenderung berani mengambil risiko tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang akan dampak yang ditimbulkan bagi kesehatannya. Karenanya pengetahuan yang baik terutama gizi diharapkan menjadi suatu benteng terhadap masalah gizi yang umum diderita oleh remaja, seperti gizi kurang dan gizi lebih. Tingkat pengetahun gizi siswa SMP Kota Depok, relatif berada pada kategori sedang 51,9 dan tinggi 42,3, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut, Tabel 26 Statistik dan sebaran siswa berdasarkan tingkat pengetahuan gizi siswa Kategori n Rendah 3 5,8 Sedang 27 51,9 Tinggi 22 42,3 Total 52 100,0 Rataan ± simpangan baku 79,4 ± 10,5 Tabel 27 menunjukkan bahwa, berdasarkan karakteristik siswa menurut jenis kelamin, umumnya siswa berjenis kelamin baik laki laki maupun perempuan memiliki tingkat pengetahuan gizi yang sedang, masing-masing sebanyak 46,2 dan 53,8. Siswa berjenis kelamin perempuan memiliki skor rata-rata tingkat pengetahuan gizi yang lebih baik dibanding laki-laki. Tabel 27 Sebaran siswa berdasarkan karakteristik dan tingkat pengetahuan gizi siswa Karakteristik siswa Tingkat pengetahuan gizi siswa Total Rataan ± simpangan baku Rendah Sedang Tinggi n n n n Jenis Kelamin Laki-laki 2 15,4 6 46,2 5 38,5 13 100,0 76,2 ± 14,0 Perempuan 1 2,6 21 53,8 17 43,6 39 100,0 80,5 ± 9,0 Usia tahun 12 0,0 3 42,9 4 57,1 7 100,0 82,1 ± 9,1 13 3 6,8 24 54,5 17 38,6 44 100,0 78,6 ± 10,6 14 0,0 0,0 1 100,0 1 100,0 95,0 ± 0,0 Berdasarkan karakteristik usia, persentase terbesar siswa berusia 12 tahun memiliki tingkat pengetahuan gizi yang tinggi, sebanyak 57,1. Sedangkan siswa dengan usia 13 tahun umumnya memiliki tingkat pengetahuan gizi yang sedang 54,5. Adapun sebanyak 100 siswa berusia 14 tahun memiliki tingkat pengetahuan gizi yang tinggi. Skor rata-rata tingkat pengetahuan gizi tertinggi dimiliki oleh kategori siswa berusia 14 tahun sedangkan yang terendah oleh siswa berusia 13 tahun. Hubungan Antar Variabel Hubungan Keragaan UKS dengan Keragaan Penyelenggaraan Pendidikan Gizi di Sekolah Data pada Tabel 28 menunjukkan bahwa sekolah dengan keragaan UKS yang sangat baik telah menyelenggarakan pendidikan gizi dengan sangat baik pula, dengan persentase terbesar yaitu 100. Sebanyak 75 sekolah yang tergolong memiliki keragaan penyelenggaraan pendidikan gizi cukup baik, memiliki keragaan UKS yang cenderung cukup baik. Uji korelasi Pearson menunjukkan keragaan UKS dan penyelenggaraan pendidikan gizi memiliki hubungan yang signifikan p=0,011, r=0,677. Semakin baik keragaan penyelenggaraan pendidikan gizi yang dilakukan di sekolah maka cenderung semakin baik pula keragaan UKS yang dilaksanakan. Keeratan hubungan antara keduanya tergolong kuat. Tabel 28 Sebaran sekolah berdasarkan keragaan UKS dan keragaan penyelenggaraan pendidikan gizi di sekolah Keragaan penyelenggaraan pendidikan gizi Keragaan UKS Total Cukup baik Baik Sangat baik n n n n Cukup baik 3 75,0 1 25,0 0,0 4 100,0 Baik 4 50,0 2 25,0 2 25,0 8 100,0 Sangat baik 0,0 0,0 1 100,0 1 100,0 Pendidikan gizi adalah salah satu program yang dilaksanakan sekolah melalui UKS yang secara umum merupakan rangkaian dari pendidikan kesehatan, salah satu komponen program pokok UKS TRIAS UKS. Pendidikan gizi salah satu upaya dalam perbaikan status gizi siswa. Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Siswa dengan Keragaan UKS dan Keragaan Penyelenggaraan Pendidikan Gizi di Sekolah Tingkat pengetahuan gizi yang tinggi, persentase terbesar dimiliki oleh sekolah dengan keragaan UKS yang cukup baik 54,5. Sedangkan tingkat pengetahuan gizi siswa yang rendah, terdapat pada sekolah dengan keragaan UKS yang sangat baik 16,7. Pelaksanaan UKS bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan siswa. Beberapa program tidak secara langsung berhubungan dengan tingkat pengetahuan gizi siswa. Adapun salah satu program yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi siswa adalah dengan pendidikan kesehatan yang dilakukan melalui upaya penyelenggaraan pendidikan gizi di sekolah. Tabel 29 Sebaran sekolah berdasarkan tingkat pengetahuan gizi siswa, keragaan UKS dan keragaan penyelenggaraan pendidikan gizi di sekolah Tingkat pengetahuan gizi siswa Total Rataan ± simpangan baku Rendah Sedang Tinggi n n n n Keragaan UKS Cukup baik 1 3,0 14 42,4 18 54,5 33 100,0 81,1 ± 10,5 Baik 0,0 6 85,7 1 14,3 7 100,0 76,4 ± 5,6 Sangat baik 2 16,7 7 58,3 3 25,0 12 100,0 76,7 ± 12,3 Keragaan penyelenggaraan pendidikan gizi Cukup baik 1 5,0 9 45,0 10 50,0 20 100,0 81,0 ± 10,1 Baik 2 7,4 16 59,3 9 33,3 27 100,0 77,2 ± 11,2 Sangat baik 0,0 2 40,0 3 60,0 5 100,0 85,0 ± 5,0 Persentase terbesar tingkat pengetahuan gizi siswa yang tinggi, sebesar 60 terdapat pada sekolah dengan keragaan penyelenggaraan pendidikan gizi yang baik. Adapun tingkat pengetahuan gizi yang rendah, persentase terbesar juga dimiliki oleh sekolah dengan penyelenggaraan pendidikan gizi yang tergolong baik 7,4. Upaya peningkatan pengetahuan gizi melalui sekolah dapat dicapai dengan proses pendidikan gizi yang berjalan secara efektif. Heneman dkk 2008 melalui penelitiannya berasumsi bahwa pembelajaran kesehatan yang diberikan memerlukan setidaknya 15 jam pertemuan dalam meningkatkan pengetahuan anak. Adapun pendidikan gizi di sekolah yang dilakukan secara ekstrakurikuler hanya diberikan dalam rentang waktu 2 jam. Peningkatan pengetahuan yang lebih besar dan signifikan mungkin dapat dicapai bila intervensi dilakukan secara menyeluruh dengan memberikan seluruh materi yang sesuai dengan kurikulum dan waktu pelaksanaannya. Peningkatan pengetahuan gizi siswa tidak hanya dapat dilakukan melalui pendidikan gizi yang dilakukan di sekolah. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa baik tingkat pengetahuan gizi yang tinggi maupun rendah dimiliki sekolah dengan keragaan penyelenggaraan pendidikan gizi yang baik, mengindikasikan adanya faktor lain yang memperngaruhi tingkat pengetahuan gizi siswa selain dari proses pendidikan di sekolah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut. Pada usia remaja tekanan dari teman sebaya lebih mendominasi dalam perilaku gizi Contento 2007. Akan tetapi lebih kuat dari pada itu, sebenarnya lingkungan keluarga melalui hubungan dengan orang tua, kakak-adik, dan tetangga dapat lebih berpengaruh dan merupakan salah satu faktor yang dapat menambah pengetahuan seseorang Syarief 1988. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Setiawati 2006 tentang peran teman sebaya dalam meningkatkan pengetahuan siswa, ternyata tidak memiliki hubungan yang signifikan. Lingkungan keluarga atau orang tua lebih menentukan. Selain itu media komunikasi juga sangat berperan dalam meningkatkan pengetahuan gizi siswa Suhardjo 1989. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian terhadap 13 sekolah SMP Negeri Kota Depok diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebanyak 53,8 sekolah memiliki keragaan UKS yang masih tergolong cukup baik. Hal ini menunjukkan pelaksanaan UKS yang belum optimal. Keragaan UKS dinilai dari pelaksanaan tiga program pokok UKS TRIAS UKS yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Setiap program pokok tersebut dinilai berdasarkan kriteria strata UKS yang telah dimodifikasi. a. Pendidikan kesehatan yang dilaksanakan sebagian besar terkategori baik 53,8. Umumnya dalam pelaksanaannya, sekolah yang tergolong cukup baik 7,7 terkendala dalam hal pelaksanaan pendidikan kesehatan secara ekstrakurikuler dan kurangnya pelibatan peran aktif pendidik sebaya sebagai salah satu penyampai informasi kesehatan. b. Pelayanan kesehatan relatif tersebar merata pada masing-masing kategori. Hal ini karena pelayanan kesehatan yang dilakukan di sekolah hampir seragam. Seluruh sekolah telah melaksanakan pelayanan kesehatan dasar kegiatan P3K dan P3P. Sekolah dengan kategori sangat baik 38,5 telah lebih unggul dalam melakukan kegiatan pemeriksaan dan pemantauan status kesehatan siswa, termasuk status gizi. c. Pembinaan lingkungan sekolah sehat memiliki kriteria yang paling banyak, umumya telah dilaksanakan dengan baik 61,5. Sekolah dengan kategori sangat baik 23,1 telah mengoptimalkan kebun dan kantin sekolah, terutama sebagai salah satu sarana pembelajaran siswa. 2. Pendidikan gizi dinilai dari komponen belajar yang terdiri atas pendidik, metode dan teknik pendidikan, dan alat pendidikan yang digunakan. Pendidik gizi yang banyak berperan dalam melakukan pendidikan gizi di sekolah adalah Puskesmas 92,3, guru 69,2, dan peer group 61,5. Teknik yang paling banyak digunakan adalah ceramah melalui penyuluhan 100, disamping konseling gizi 46,2 dan praktek langsung dengan berkebun 23,1. Adapun alat pendidikan yang sering digunakan adalah buku 92,3, slide presentasi 76,9, dan postergambar 61,5 untuk mempermudah penyampaian informasi gizi kepada siswa. Sekolah berdasarkan keragaan penyelenggaraan pendidikan gizi, sebagian besar termasuk dalam kategori baik 61,5. 3. Tingkat pengetahuan gizi siswa terkategori sedang 51,9 dan tinggi 42,3. Adapun pengetahuan gizi perempuan lebih baik dibanding laki- laki. 4. Uji hubungan menunjukkan terdapat hubungan positif antara keragaan UKS dengan penyelenggaraan pendidikan gizi p=0,011, r=0,677. Semakin baik keragaan UKS maka semakin baik pula keragaan penyelenggaraan pendidikan gizi yang dilakukan. Adapun antara keragaan UKS dan keragaan penyelenggaraan pendidikan gizi dengan tingkat pengetahuan gizi cenderung tidak menunjukkan adanya hubungan. Saran Pelaksanaan UKS sebagai sarana pembinaan pendidikan dan kesehatan di sekolah merupakan sesuatu yang sangat baik dalam upaya pembentuk budaya hidup sehat siswa, akan tetapi penerapannya belum optimal. Diperlukan suatu upaya multisektoral dengan pelibatan berbagai pihak untuk mengoptimalkan peran UKS sebagai peningkat derajat kesehatan siswa. Penelitian ini merupakan langkah awal dalam melihat potensi UKS melalui keragaannya, sehingga perlu diteliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelaksaaan UKS, penyelenggaraan pendidikan gizi, dan tingkat pengetahuan gizi siswa. Selain itu penelitian tentang penyelenggaraan pendidikan gizi yang mudah dan efektif diterapkan di sekolah sangat perlu untuk dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Adhistiana R. 2009. Studi tentang identifikasi muatan gizi dalam mata pelajaran serta pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi anak sekolah dasar. [skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ahmad S. 2005. Menggalakkan kembali usaha kesehata sekolah [terhubung berkala]. http:www.suarakarya-online.com. [11 Desember 2010]. Ali M. 2009. Peningkatan implementasi program usaha kesehatan sekolah di madrasah [terhubung berkala]. http:m-ali.net. [11 Desember 2010]. Anonim. 2009. Tinjauan usaha kesehatan sekolah [terhubung berkala]. http:tutorialkuliah.blogspot.com. [4 Agustus 2010]. Azrimaidaliza, Azkha N, Djafri D, Mangguang MD. 2009. Pembinaan usaha kesehatan sekolah di SMP Negeri 22 Padang tahun 2009 [terhubung berkala]. http:repository.unand.ac.id. [11 Desember 2010]. Baliwati YF dan Sunarti E. 1995. Diktat Penyuluhan Gizi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Contento IR. 2007. Nutrition Education, Linking Research, Theory, and Practice. United States: Jones and Bartlett Publishers. Depkes. 2003. Pedoman untuk Tenaga Kesehatan Usaha Kesehatan Sekolah di Tingkat Sekolah Lanjutan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Depkes. 2007. Pedoman untuk Tenaga Kesehatan Usaha Kesehatan Sekolah di Tingkat Sekolah Lanjutan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Depkes 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Effendi U. 2001. Analisis perencanaan kegiatan program UKS melalui peranan tim pembina UKS Kota Bandung tahun 2000. [tesis]. Depok: Program Pascasarjana, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Effendi YH, Atmojo SM, Subandriyo VU, Rustiawan A. 1993. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Emilia E. 2008. Pengembangan alat ukur pengetahuan. sikap. dan praktek gizi pada remaja. [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Guhardja S. 1979. Diktat Pendidikan Gizi. Bogor: Departemen Ilmu Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hasbullah. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Heneman K, Junge SK, Cherr SZ. 2008. Reading across my pyramid. a nutrition and health education curriculum. increases the health behavior knowledge of lower elementary students. Journal of Child Nutrition Management. Julistia N. 2006. Pengembangan aplikasi praktis UKS uji coba di Puskesmas Sukasari Kota Tanggerang. [tesis]. Depok: Program Pascasarjana, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Khumaidi M. 1989. Gizi Masyarakat. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Kwartantiyono AD. 2007. Studi tentang sarana dan prasarana usaha kesehatan sekolah UKS di SMP negeri se-kecamatan Singosari. [skripsi]. Malang: Program Studi Pendidikan Jasmani, Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Muflihati A. 2005. Pelaksanaan program pendidikan kesehatan reproduksi remaja berbasis sekolah studi kasus program penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi remaja di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. [tesis]. Depok: Program Pascasarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Mursyid H. 2003. Pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah di dinas kesehatan pemerintah Kota Medan [terhubung berkala]. http:library.usu.ac.id. [20 Juni 2010] Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Pranadji DK. 1989. Diktat Pendidikan Gizi Proses Belajar Mengajar. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Riyadi H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi Antrpometri. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Salmah S. 1995. Pengaruh metoda permainan dan ceramah dalam pendidikan kesehatan reproduksi suatu studi kasus pada siswa SMP Negeri 13 Jakarta tahun 1995. [tesis]. Depok: Program Pascasarjana, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Santoso M. 2010. Program pendidikan dalam mendukung kesehatan. [makalah seminar]. Boyolali: Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga. Setiawati NNE. 2006. Persepsi remaja tentang peran teman sebaya terhadap pengetahuan gizi, preferensi, dan kebiasaan makan serta konsumsi pangan dan status gizi remaja di SMP Negeri 1 Bogor. [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Soekanto S. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. Sutoyo IS. 2010. Indikator kualitas remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. Syarief H dkk. 1988. Model Pedidikan Gizi Sekolah Dasar. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [Tim Pembina UKS]. 2004. Pedoman Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah UKS untuk Guru di Jawa Barat. Bandung: Tim Pembina UKS Provinsi Jawa Barat. Walpole RE. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner penelitian Kuesioner Penelitian Sekolah ANALISIS KERAGAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH UKS DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GIZI DI SEKOLAH SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI SISWA SMP NEGERI KOTA DEPOK Nama Sekolah : ............................................................... Alamat Sekolah : ............................................................... ............................................................... ............................................................... Tanggal Wawancara : ............................................................... DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

a. Keragaan Usaha Kesehatan Sekolah UKS