50 yang dibutuhkan pabrik bioetanol. Selain itu menjadi keuntungan untuk pihak
pabrik gula sendiri karena memberikan tambahan penerimaan dari penjualan molases, limbah dari pabrik gula. Hubungan yang erat dengan pemasok menjadi
peluang bagi PASA untuk terus berproduksi karena ketersediaan bahan baku. Pada tahun 2012 pabrik gula Djatiroto menghasilkan molases dari proses produksi
gulanya sebesar 38 298 ton molases sedangkan kebutuhan bahan baku molases PASA terbanyak yaitu sebesar 24 703 Ton pada tahun 2008. Dengan demikian
besarnya molases yang dihasilkan pabrik gula Djatiroto mampu memenuhi kebutuhan molases PASA.
d. Produk Subtitusi
Pada produk subtitusi pada industri bioetanol molases adalah bioetanol yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung pati, gula maupun selulosa
misal singkong, jagung, nipah, aren ataupun sorghum. Dengan perkembangan teknologi saat ini, mulai dikembangkan pula tehnik pengolahan dari setiap
kandungan bahan tersebut. Bahan yang mengandung pati akan berbeda tehnik produksinya dengan bahan baku yang mengandung selulosa. Walaupun bioetanol
yang dihasilkan tiap bahan baku akan berbeda-beda namun menghasilkan produk yang kualitasnya dapat disetarakan namun tergantung dengan kadar bioetanol
yang ingin diproduksi.
Dalam pengembangan bioetanol ditiap daerah akan berbeda-beda penggunaan bahan bakunya, tergantung pada potensi bahan baku yang ada di
daerah tersebut. Industri bioetanol berbahan baku singkong di Indonesia menyebar luas di wilayah Lampung dan Jawa barat, industri tersebut yaitu Medco,
BPPT Lampung, Panca, Berlian Lima dan PT Bio Prima Energi memanfaatkan molases
dan jagung. Industri yang mengembangkan bioetanol dari nipah di wilayah Timur, Papua yaitu RAP Bintaro Bintuni juga memanfaatkan sorghum. Bioetanol
berbahan baku aren juga dikembangkan di wilayah Sulawesi, Maluku Utara dan Minahasa Selatan sedangkan sorghum selain di papua juga di kembangkan di
Balikpapan. Semakin banyaknya bahan baku yang dapat digunakan untuk memproduksi bioetanol dapat menggantikan bioetanol yang berasal dari molases
apabila bioetanol molases tidak dapat diproduksi atau mengalami kelangkaan stok akibat tidak tersedianya bahan baku molases.
e. Persaingan Antar Anggota Industri
Perusahaan yang memproduksi bioetanol dari molases di Jawa timur terdapat empat perusahaan. Perusahaaan etanol tersebutadalah Molindo raya
denga kapasitas 51 000 KL per tahun, PTPN X dengan kapasitas 30 000 KL per tahun, Ceria Abadi dengan kapasitas 12 000 KL per tahun dan PASA dengan
kapasitas 7 000 KL per tahun. Pesaing di wilayah ini tidaklah banyak akan tetapi kapasitas produksi dari para pesaing mempunyai kualitas yang mendekati fuel
grade
tidak menjadi ancaman PASA dalam memasarkan produknya. PASA mempunyai sasaran pasar yaitu industri-industri berbahan baku bioetanol,
sedangkan pesaing PASA mempunyai sasaran pasar ekspor untuk bahan bakar. Posisi PASA saat ini di industri bioetanol sebagai perusahaan pengikut
follower pasar. Pesaing yang kuat mempengaruhi pasar karena pesaing inilah yang mendominasi pasar dan mempunyai kekuatan menentukan harga dari etanol.
Namun demikian untuk menghindari adanya monopoli, pemerintah menetapkan
51 kebijakan harga pada bioetanol di Indonesia dengan mengacu pada harga
bioetanol di Thailand. Walaupun harga indeks pasar bioetanol dari Thailand lebih rendah daripada harga pokok produksi bioetanol Indonesia, hal tersebut tidak
menghalangi PASA untuk tetap berusaha berkembang dan bersaing di industri bioetanol Indonesia.
Tabel 11 Faktor eksternal PASA Djatiroto Faktor Eksternal PASA
Peluang 1. Peluang pasar bioetanol yang masih besar
2. Infrastruktur yang mendukung 3. Demografi wilayah memberikan sumber daya alam yang mendukung
pengoperasian pabrik 4. Hubungan distributor yang baik
5. Teknologi baru dalam pengolahan memanfaatkan limbahnya 6. Kebijakan pengembangan energi baru terbarukan
Ancaman 1. Persaingan yang ketat tidak hanya dari dalam tapi dari produk luar negeri
2. Pajak beacukai yang tinggi 3. Lokasi perusahaan yang dekat dengan pemukiman
4. Harga tetes yang fluktuatif 5. Harga indeks pasar yang rendah
6. Perijinan dan birokrasi
7 PERUMUSAN STRATEGI
A ’WOT SWOT-AHP
Penilaian AHP dilakukan oleh para pakar, mereka menilai bahwa diantara faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman; faktor yang paling penting
adalah faktor peluang 0.4. Faktor kedua yang dianggap penting adalah faktor kekuatan 0.267 diikuti faktor ancaman 0.167 serta faktor kelemahan 0.166.
Faktor peluang memberikan kondisi yang menguntungkan apabila perusahaan dapat memanfaatkannya. Faktor peluang terdiri beberapa kondisi
dimana peluang pasar bioetanol masih besar untuk dimasuki, infrastruktur di wilayah perusahaan berada mendukung aktivitas perusahaan, kondisi demografi di
wilayah perusahaan memberikan SDA yang mendukung pengoperasian perusahaan, hubungan yang baik dengan distributor, teknologi yang berkembang
dalam pengelolaan dan pemanfaatan limbah serta kebijakan pemerintah dalam pengembangan sumber energi baru terbarukan. Faktor dianggap penting oleh
pakar untuk dimanfaatkan adalah masih besarnya peluang pasar bioetanol 0.340, yang. Dimana pemanfaatan bioetanol ini tidak hanya dimanfaatkan untuk bahan
bakar tapi bisa digunakan dalam farmasi, kosmetik, maupun campuran produk lain yang membutuhkan etanol sebagai campuran maupun sebagai bahan baku