penurunan pertanian lahan kering campur, peningkatan pertanian lahan kering, dan sawah masing
– masing sebesar 53,7 , 34,8 , dan 20,3 . Di Sub DAS Cisangkuy penggunaan lahan yang mendominasi pada tahun
2003 adalah pertanian lahan kering campur sebesar 48,2 dan sawah sebesar 19,44. Tahun 2008 penggunaan lahan yang mendominasi adalah pertanian lahan
kering sebesar 30,8 , sawah sebesar 22,6 dan hutan lahan kering sekunder sebesar 15,1 .
Perubahan penggunaan lahan yang cukup besar di Sub DAS Cisangkuy adalah penurunan luas pertanian lahan kering campur sebesar 44,2 ,
peningkatan pertanian lahan kering sebesar 20,9 , dan sawah sebesar 16,3 . Di Sub DAS Ciwidey penggunaan lahan yang mendominasi pada tahun 2003
adalah pertanian lahan kering campur sebesar 60 , kemudian diikuti oleh hutan lahan kering sekunder sebesar 16,8 dan pemukiman sebesar 8,3 . Tahun 2008
penggunaan lahan yang mendominasi adalah sawah sebesar 30,5 , kemudian diikuti oleh pertanian lahan kering campur sebesar 18,9 , dan pemukiman sebesar 12,2 .
Perubahan penggunaan lahan yang cukup besar di Sub DAS Ciwidey adalah penurunan luas pertanian lahan kering campur sebesar 41 , kemudian diikuti oleh
peningkatan sawah sebesar 25,6 , dan hutan tanaman sebesar 9,8 .
4.5 Pengaruh Penggunaan Lahan terhadap Koefisien Aliran Permukaan
Koefisien aliran permukaan tahunan merupakan nisbah jumlah aliran permukaan runoff dengan curah hujan pada suatu DAS. Koefisien aliran permukaan
yang semakin besar menunjukkan jumlah curah hujan yang diserap atau dievapotranspirasikan berkurang dan jumlah air yang mengalir hasil air di titik
pelepasan sungai semakin besar. Koefisien aliran permukaan pada kelima Sub DAS dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan data pada Tabel 2, peningkatan koefisien aliran permukaan di Sub DAS Cisangkuy merupakan yang paling besar di antara Sub DAS yang lainnya.
Nilai koefisien aliran permukaan di Sub DAS Cisangkuy pada tahun 2008 adalah sebesar 84,6 , hal ini berarti jumlah air yang mengalir sebesar 84,6 dari total
hujan pada tahun 2008. Kondisi tersebut menunjukkan pada tahun 2008, Sub DAS
Cisangkuy mempunyai evapotranspirasi yang rendah karena hutan tinggal sedikit sehingga banyak air hujan yang menjadi aliran permukaan.
Tabel 4. Koefisien Aliran Permukaan pada Setiap Sub DAS
Curah Hujan mm Runoff mm
Koefisien Aliran Permukaan
NO SUB DAS 2003
2008 2003
2008 2003
2008 1
Cikapundung 1215,5
1792 190,9
283,1 15,7
15,8 2
Citarik 1998
2319 129,7
99,1 6,5
4,3 3
Cirasea 1607
1910 154,5
109,9 9,6
15,2 4
Cisangkuy 2094
2262 463,9
1914,5 22,2
84,6 5
Ciwidey 2217,1
1568,1 510,6
617,4 23
39,4
Peningkatan koefisien aliran permukaan yang sangat besar di Sub DAS Cisangkuy disebabkan peningkatan luas lahan sawah dan pertanian lahan kering
selain itu konversi hutan lahan kering primer menjadi lahan pertanian membuat daerah resapannya berkurang. Peningkatan nilai koefisien yang cukup besar juga
terjadi di Sub DAS Ciwidey tetapi nilai koefisien aliran permukaannya pada tahun 2008 hanya sebesar 39,4 dibanding tahun 2003 sebesar 23 . Nilai koefisien
aliran permukaan pada tahun 2008 tersebut masih cukup baik karena curah hujan total yang menjadi aliran permukaan sebesar 39,4 yang berarti kurang dari setengahnya
dari jumlah total curah hujan. Koefisien aliran permukaan di Sub DAS lainnya pada tahun 2008 tidak
mengalami perubahan yang cukup besar dari tahun 2003. Hal tersebut disebabkan penggunaan lahan di Sub DAS yang lainnya pada tahun 2008 luas hutan tanamannya
masih lebih tinggi dibandingkan dengan Sub DAS Cisangkuy. Hutan tanaman tersebut mampu meningkatkan infiltrasi tanah sehingga koefisien aliran
permukaannya tidak meningkat cukup besar.
4.6 Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Debit Aliran Sungai