Curah Hujan Debit Aliran Sungai

Sungai Citarum yang berhulu di gunung Wayang, Kabupaten Bandung 1700 m dpl melewati dasar cekungan dan mengalir ke Waduk Saguling dan bermuara di pantai Utara Jawa, tepatnya di Kabupaten Karawang. Sungai ini membagi geologi cekungan Bandung menjadi 4 unit berdasarkan ciri litologi yang membedakan batuan penyusunnya, yaitu: endapan tersier, hasil gunungapi tua, hasil gunungapi muda dan endapan danau Narulita et al., 2008. Karakteristik iklim di DAS Citarum Hulu adalah tipe monsoon tropis dengan musim kemarau dari bulan Juli sampai September dan musim hujan dari bulan Oktober sampai Juni Narulita et al., 2008. Variasi hujan tahunan rata rata terendah pada periode 1986 – 2004 adalah 1458 mm di tahun 1997 dan tertinggi adalah 2350 mm di tahun 1998 Narulita et al., 2008. Variasi temperatur udara harian 25 C sampai 28 C Weert, 1994. DAS Citarum Hulu memiliki luas sekitar 180.000 ha, dimana untuk keperluan pengelolaannya dibagi ke dalam 5 Sub DAS yaitu Sub DAS Cikapundung dengan luas 40.187 ha, Sub DAS Citarik 45.246 ha, Sub DAS Cirasea 37.816 ha, Sub DAS Cisangkuy 30.672 ha, dan Sub DAS Ciwidey 27.141 ha. Penggunaan lahan di DAS Citarum Hulu sebagian besar didominasi oleh lahan pertanian dan sawah. Hampir setiap Sub DAS memiliki lahan pertanian yang cukup luas. Namun ada satu Sub DAS yang di dominasi oleh lahan pemukiman, yaitu Sub DAS Cikapundung. Hal ini dikarenakan Sub DAS Cikapundung wilayahnya meliputi daerah perkotaan yaitu kota Bandung. Penggunaan lahan hutan yang paling mendominasi adalah hutan tanaman. Penggunaan lahan pada hutan lahan kering primer dan hutan lahan kering sekunder hanya terdapat sedikit dan hampir semuanya mengalami pengurangan luas pada setiap Sub DAS. Kondisi penggunaan lahan pada setiap Sub DAS selengkapnya dapat dilihat pada peta penggunaan lahan yang terdapat di Lampiran 13 – 22.

4.2 Curah Hujan

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puslitbang Air Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung, Jawa Barat dapat dilihat bahwa musim hujan umumnya terjadi di setiap Sub DAS pada bulan Oktober - Maret. Sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April – September. Umumnya setiap Sub DAS mengalami kenaikan total curah hujan dari tahun 2003 dan 2008 tetapi ada juga yang mengalami penurunan total curah hujan. Sub DAS yang mengalami kenaikan total curah hujan adalah Sub DAS Cikapundung, Cirasea, Citarik, dan Cisangkuy. Sedangkan yang mengalami penurunan total curah hujan hanya Sub DAS Ciwidey. Data curah hujan rata – rata setiap Sub DAS dapat dilihat pada Tabel 3. . Tabel 3. Rata – rata Curah Hujan Setiap Sub DAS Sub DAS Rata – rata Curah Hujan mm 2003 2008 Cikapundung 121,6 179,2 Citarik 167 193 Cirasea 134 159 Cisangkuy 174,6 188,7 Ciwidey 185 131 Jumlah curah hujan sangat mempengaruhi debit aliran sungai. Setiap kenaikan dan penurunan total curah hujan akan mempengaruhi total debit yang mengalir di suatu Sub DAS. Pada musim hujan umumnya debit akan meningkat sementara pada musim kemarau debit akan menurun. Debit yang sangat rendah pada musim kemarau menunjukkan daerah tersebut tidak mampu menyimpan cadangan air sehingga daerah tersebut mengalami kekeringan.

4.3 Debit Aliran Sungai

Berdasarkan data debit yang diperoleh dari Puslitbang Air Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung, Jawa Barat dapat dilihat bahwa debit masing – masing Sub DAS cukup bervariasi. Dari data tahun 2003 hingga tahun 2008, umumnya setiap Sub DAS mengalami peningkatan rata – rata debit harian hanya satu Sub DAS mengalami penurunan debit yaitu Sub DAS Citarik. Data debit harian rata – rata tahunan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata – rata Debit setiap Sub DAS Sub DAS Rata – rata Debit M 3 detik 2003 2008 Cikapundung 2,5 3,6 Citarik 1,9 1,4 Cirasea 1,9 3,5 Cisangkuy 4,5 18,6 Ciwidey 4,4 5,3

4.4 Penggunaan Lahan