Artificial Reef Coral Recruitment and Benthic Organism Studies on Artificial Biorock, Pramuka Island-DKI Jakarta

karbon dioksida oleh zooxanthellae pada saat proses fotosintesis. Asam karbonat H 2 CO 3 berubah menjadi ion hidrogen H + dan karbonat HCO 3 - yang dapat berubah menjadi H 2 O dan CO 2 . Molekul 2HCO 3 - dalam kolom perairan tidak stabil, sehingga akan melakukan reaksi dengan mengikat kalsium dan membentuk CaHCO 3 2 yang berada dalam keadaan stabil. Apabila reaksi ini berlangsung cepat, maka keseimbangan reaksi akan bergeser ke kanan dan menghasilkan CaCO 3 + H 2 CO 3 . Berikut ini adalah reaksi kimia proses kalsifikasi atau pembentukan kalsium karbonat. Kalsium karbonat atau CaCO 3 yang terbentuk akan membentuk endapan menjadi rangka bagi hewan karang, CO 2 akan digunakan zooxanthellae untuk proses fotosintesis. Peranan zooxanthellae sangat besar dalam proses kalsifikasi, sehingga kecepatan kalsifikasi bervariasi berdasarkan tingkat kedalaman.

2.3 Artificial Reef

Artificial reef atau terumbu buatan merupakan suatu kerangka atau bangunan fisik yang sengaja ditenggelamkan ke dalam perairan dan diharapkan dapat berfungsi layaknya ekosistem terumbu karang. Artificial reef berperan untuk meningkatkan kelimpahan sumberdaya perikanan seperti ikan karang dan biota- biota ekonomis lainnya. Secara fisik, terumbu buatan dapat berperan sebagai pelindung pantai, media penempelan karang, tempat berlindung bagi ikan dan biota-biota laut. D’Itri 1985 mendefenisikan bahwa artificial reef merupakan suatu ekosistem yang tersusun dari struktur benda-benda keras yang ditenggelamkan pada dasar perairan yang kurang produktif. Mineral accretion dapat dikategorikan sebagai artificial reef. Salah satu jenis terumbu buatan yang paling banyak ditenggelamkan di Kepulauan Seribu adalah fish shelter yang terbuat dari campuran semen, pasir dan batu. Bentuk fish shelter tersebut bermacam-macam seperti bentuk piramida, kubus dan parabola. Fish shelter menyediakan lorong-lorong berupa ruang sebagai tempat ikan untuk berlindung. Cornelia et al. 2005 menyatakan terumbu buatan memiliki berbagai macam manfaat dan fungsi, antara lain: 1 Gudang keanekaragaman hayati biota laut. 2 Tempat tinggal sementara atau tetap, tempat mencari makan feeding ground, berpijah spawning ground, daerah asuhan nursery ground dan tempat berlindung bagi hewan laut. 3 Tempat berlangsungnya siklus biologi, kimiawi dan fisik dan mempunyai tingkat produktivitas yang sangat tinggi. 4 Tempat sumber bahan makanan dan obat-obatan. 5 Pelindung pantai dari hempasan ombak. 6 Sumber bangunan dan bahan-bahan konstruksi. 7 Sebagai tempat kegiatan budidaya perikanan. 8 Daerah rekreasi terutama rekreasi bawah laut. 9 Sarana penelitian dan pendidikan. Lokasi penempatan terumbu buatan sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan. Apabila lokasi penempatan terumbu buatan tidak cocok, maka hasilnya akan kurang maksimal. Kajian studi kelayakan wilayah perlu dilakukan sebelum menenggelamkan terumbu buatan. Lokasi penenggelaman terumbu buatan harus sesuai dengan parameter fisika-kimia perairan yang mencakup faktor-faktor pembatas pertumbuhan karang dan biota lainnya. Nybakken 1988 menjelaskan ada tujuh faktor pembatas bagi pertumbuhan terumbu karang, antara lain: suhu, kedalaman, cahaya, salinitas, sedimentasi, substart dan gelombang. Kriteria kesesuaian lokasi penempatan terumbu buatan disajikan pada Tabel 1. Bahan terumbu buatan harus memiliki kriteria tahan lama, aman atau tidak beracun, efektif, fungsional dan ekonomis. Sebaiknya terumbu buatan ditenggelamkan pada area yang telah mengalami degradasi habitat, sehingga secara perlahan-lahan habitat tersebut mengalami perbaikan. Tabel 1. Kriteria kesesuaian lokasi terumbu buatan Wiradisastra et al. 2004 in Corenelia et al. 2005 No. Parameter Sangat Sesuai [80] Cukup Sesuai [60] Sesuai Bersyarat [40] Tidak Sesuai [1] 1. Kedalaman perairan m [30] 7-10 5 - 7 10-15 1 - 5 15-25 1 25 2. Kemiringan dasar [10] 25 25-30 - 30 3. Oksigen terlarut mgl [5] 6 5-6 4 - 5 4 4. Salinitas ppt [5] 34-36 30 - 34 36 - 38 26 - 30 38 - 40 26 40 5. Suhu C [5] 25 – 29 23 - 25 29 – 32 20 - 23 32 – 34 20 34 6. Kecerahan [40] 85 65 – 85 45 – 65 45 7. pH [5] 7.5 – 8 6 - 7.5 8 – 9 5 - 6 5 9 Penerapan atau pengaplikasian terumbu buatan dengan menggunakan teknik mineral accretion harus disesuaikan dengan peruntukannya. Jika teknik mineral accretion digunakan sebagai media transplatasi karang, maka laju mineralisasi pada katoda dapat dipercepat. Berbeda dengan penerapan teknik mineral accretion untuk keperluan recruitment karang secara alami, proses mineralisasi pada katoda hendaknya diperlambat. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi proses mineralisasi lebih cepat daripada pertumbuhan larva karang, sehingga larva karang tidak tertutupi oleh padatan yang dihasilkan teknik mineral accretion. Arus yang dialirkan pada katoda harus lebih rendah atau dapat pula dilakukan pemutusan aliran listrik sementara, guna memberikan kesempatan pada larva karang untuk menempeltumbuh.

2.4 Mineral Accretion